Dalem Pujokusuman dulunya merupakan tempat tinggal GBPH Pujokusuman. Dalem Pujokusuman ternyata pernah menjadi markas pergerakan para gerilyawan yang disebut sebagai Pasukan Hantu Maut.
Dilansir dari laman kemendikbub.go.id, Pasukan Hantu Maut merupakan pasukan perlawanan bak hantu yang akan memberi dan menyebarkan maut bagi tentara kolonial Belanda. Pasukan atau Laskar Hantu Maut terdiri dari para pemuda yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban di sebelah utara rel kereta api Stasiun Tugu sampai batas kota sebelah utara.
Dalem Pujokusuman saat itu diketahui digunakan sebagai tempat untuk menyimpan senjata dan pusat pergerakan para Pasukan Hantu Maut. Jejak markas Pasukan Hantu Maut itu masih terlihat dalam bentuk prasasti yang berada di gapura pintu masuk Dalem Pujokusuman. Dalam prasasti itu tertulis 'Ndalem Pujokusuman adalah Markas Gerilya Pasukan Gerilya Hantu Maut 19 Desember 1948 s/d 27 Desember 1949. Tetenger dari EX SWK.101/III'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putra GBPH Pujokusumo, KRT Jatihadiningrat atau Rama Titih, menerangkan GBPH Pujokusumo mempersilakan rumahnya menjadi pusat kegiatan para pasukan Hantu Maut tersebut mengingat markas Belanda di dekat Pojok Beteng Wetan.
"Hantu maut itu dulu di sini dipakai untuk pusat gerilyawan-gerilyawan kita melawan Belanda. Dulu kan markas Belanda dekat pojok beteng situ sebelah timur, posnya di situ. Bahdipok nama tempatnya (punya) seorang China," jelas Rama Titih saat diwawancarai detikJogja di kediamannya, Dalem Pujokusuman, Jogja, Kamis (7/9/2023).
![]() |
Kala itu keberadaan Pasukan Hantu Maut di Dalem Pujokusuman disembunyikan. Namun, akhirnya terungkap jika Dalem Pujokusuman menjadi markas Laskar Hantu Maut tersebut.
Terungkapnya markas Laskar Hantu Maut ini mengakibatkan GBPH Pujokusuman ditangkap dan kemudian diasingkan.
"Belanda dengan segala caranya dia membayar dua orang untuk mencari informasi 'apakah betul Pujokusuman dipakai untuk pergerakan gerilyawan'. Dua orang yang dibayar Belanda akhirnya bisa menguak (Dalem Pujokusuman jadi markas gerilyawan). Akhirnya di stealing oleh Belanda, ayah (GBPH Pujokusumo) dan ibu saya ditanyai, tapi tidak mengaku, akhirnya ayah saya karena nggak ngaku ditahan sama Belanda," terang Rama Titih.
Pada akhirnya Belanda membebaskan GBPH Pujokusumo untuk kembali ke Keraton Jogja. Atas jasanya nama GBPH Pujokusumo dijadikan sebagai nama Kampung Pujokusuman yang dulunya bernama Kampung Danudiningratan.
"Nama Pujokusuman karena jasa ayah saya yang menampung dan melindungi laskar hantu maut di dalem ini. Akhirnya orang-orang kampung di sini minta kepada Sultan dari Kampung Danudiningratan menjadi Kampung Pujokusuman. sebagai penghargaan," pungkas Rama Titih.
Artikel ini ditulis oleh Fiesta Inka Purwoko dan Iis Sulistiani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(/ams)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan