Di kompleks Keraton Jogja dahulu terdapat kampung-kampung khusus dihuni oleh para abdi dalem. Nama kampung itu disesuaikan dengan keahlian atau ciri masing-masing abdi dalem.
Salah satunya adalah Kampung Polowijan yang terletak di Kelurahan Kadipaten. Tapi detikers tahu nggak sih kalau kampung ini dahulu dihuni oleh para abdi dalem khusus penyandang disabilitas?
"Kampung Polowijan dulunya memang tempat tinggal Abdi Dalem Polowijan atau abdi dalem yang terdiri dari orang-orang bertubuh kerdil, albino, bongkok, pincang, dan beberapa kelainan fisik lainnya," terang Lurah Patehan, Gunawan (45) saat dihubungi oleh detikJogja, Rabu (6/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi fisik itu, mereka juga dipanggil sebagai Cebolan Abdi Dalem yang diambil dari kata 'cebol' atau berarti pendek. Mereka diangkat sebagai Abdi Dalem Polowijan oleh Raja Keraton Jogja, Sultan Hamengku Buwono.
Dikutip dari artikel jurnal berjudul Disabilitas dalam Budaya Jawa, para Abdi Dalem Polowijan mendapatkan peran istimewa dengan berjalan di belakang putra mahkota selama perayaan Grebeg. Ini merupakan simbol naungan kasih sayang dari Sultan dan menunjukkan bahwa Abdi Dalem Polowijan siap memberikan pengabdian mereka kepada negara. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh warga sekitar Kampung Polowijan yang pernah melihat pelaksanaan upacara tersebut.
"Waktu saya masih kecil, setiap upacara Grebeg ada Abdi Dalem Polowijan yang mengikuti Manggolo Yudho. Manggolo Yudho itu komandan, pasukan prajurit," cerita Adi (40), salah seorang warga di daerah Njeron Beteng.
Pada umumnya, peran atau tugas Abdi Dalem Polowijan di istana adalah sebagai pendamping raja. Mereka juga berperan sebagai penasihat, penghibur, hingga pelawak dan menjadi bagian dari upacara-upacara adat penting, seperti penobatan Sultan menjadi raja. Dalam upacara-upacara, mereka biasanya memakai busana tradisional berupa kain merah yang dihiasi dengan motif bunga dan sabuk besar, bertelanjang dada tanpa ada penutup kepala, dan menggunakan hiasan rambut dari bulu atau bunga.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sekarang, Abdi Dalem Polowijan sudah tidak dapat ditemui lagi karena telah dilebur dengan golongan abdi dalem yang lain, yaitu Punakawan dan Keprajan.
Dilansir dari laman Kraton Jogja, Abdi Dalem Punakawan adalah abdi yang berasal dari masyarakat umum, sedangkan Abdi Dalem Keprajan adalah abdi yang berasal dari TNI, Polri, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diterima dan diangkat sebagai abdi dalem. Lebih lanjut, kampungnya itu sendiri pun sudah berubah menjadi pasar dan warung-warung.
"Saat ini daerah Polowijan tidak lagi berstatus sebagai kampung," ujar Gunawan.
Kendati demikian, masih ada warga dari kerabat Keraton yang menempati daerah Polowijan, meskipun bukan merupakan Abdi Dalem Polowijan. Wisnu (80), salah seorang warga menerangkan bahwa ibu mertuanya merupakan penari Keraton.
"Saya tinggal di sini udah lama. Ini rumah asli bapak dulu, tapi bapak udah meninggal. Tinggal saya sama anak saya laki-laki," terangnya.
Saat ditelusuri lagi, salah satu penjual di Jalan Polowijan pun menjelaskan bahwa kios yang ia tempati adalah milik penghuni asli Kampung Polowijan dulunya.
"Yang punya rumah ini ya penghuni asli. Nggak di sini orangnya, cuma disewakan. Dari neneknya dia (pemilik) malahan," kata Tanto, penjual di Jalan Polowijan.
Perubahan tugas Abdi Dalem Polowijan terjadi pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sultan melakukan berbagai restrukturisasi di dalam lingkungan Keraton, termasuk mengenalkan kebijakan-kebijakan baru, misalnya penyederhanaan upacara adat yang sebelumnya rumit.
Hal ini pun berdampak pada keberadaan Abdi Dalem Polowijan dan kampungnya sehingga sekarang hanya berperan semata-mata simbolis dalam meneruskan tradisi leluhur. Meskipun begitu, sejarah mengenai peran Abdi Dalem Polowijan tetap bisa dikenang hingga saat ini.
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Jihan Nisrina peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu