Apa itu Jokteng? Ini Sejarah dan Lapisan Pojok Beteng Jogja

Apa itu Jokteng? Ini Sejarah dan Lapisan Pojok Beteng Jogja

Steffy Gracia - detikJogja
Jumat, 18 Agu 2023 11:38 WIB
Lokasi revitalisasi dan rekonstruksi Jokteng Lor Wetan Keraton Yogya dipasangi pagar, Senin (13/1/2020).
Apa itu Jokteng? Ini Sejarah dan Lapisan Pojok Beteng Jogja. Foto: dok detikcom
Jogja -

Masyarakat Jogja atau siapapun yang pernah tinggal di Jogja pasti sudah familiar dengan kata Jokteng. Pojok Beteng Jogja atau yang lebih akrab dikenal sebagai Jokteng merupakan area di sekitar sudut tembok atau dinding benteng Keraton Jogja.

Jokteng bukan hanya sekadar area di sekitar sudut benteng Keraton, melainkan pintu gerbang menuju dunia gemerlap tradisi, kebijaksanaan kerajaan, dan kisah-kisah bersejarah. Tidak hanya ditemukan riwayat kerajaan, tetapi juga hikayat kehidupan masyarakat Jogja yang dicerminkan dalam setiap ruangan dan ornamen.

Dikutip dari laman resmi Keraton Jogja, berikut ini sejarah Jokteng atau Pojok Beteng Jogja.

Sejarah Pojok Beteng Jogja

Sejarah Jokteng sendiri berakar pada Keraton Jogja yang mulai dibangun pada tahun 1755 oleh Sultan Hamengkubuwono I. Keraton ini dibangun sebagai simbol identitas dan kedaulatan budaya raja-raja Jogja, sekaligus sebagai pusat pemerintahan dan kehidupan kerajaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam arsitektur tradisional Jawa, benteng atau tembok biasa dibuat mengelilingi keraton sebagai pertahanan. Jokteng merupakan bagian dari kompleks benteng yang melindungi keraton. Tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan fisik, tetapi juga mencerminkan filosofi kehidupan dan tata nilai budaya Jawa.

Selama beberapa abad, Keraton Jogja dan Pojok Beteng telah menjadi pusat kegiatan budaya, upacara kerajaan, dan interaksi antara raja, bangsawan, sampai masyarakat umum. Contohnya seperti tradisi Grebeg Maulud (perayaan kelahiran Nabi Muhammad) yang sering diselenggarakan di area ini.Pojok beteng juga memiliki penamaan berdasarkan arah mata anginnya, yaitu Pojok Beteng Kulon, Pojok Beteng Wetan, Pojok Beteng Lor, dan Pojok Beteng Lor Wetan.

ADVERTISEMENT

Lapisan Jokteng

Di balik gemerlap sejarah Keraton Jogja, tersimpan dua lapis tembok yang membentengi rahasia dan keindahan kawasan keraton. Di lapisan pertama, terdapat tembok cepuri yang mengelilingi kedhaton atau kawasan keraton. Kemudian ada tembok Baluwarti yang biasa disebut sebagai Beteng yang jauh lebih luas dan kuat. Selain kedhaton, tembok Baluwarti juga melingkupi kawasan Jeron Beteng.

Cerita menarik dari "Baluwarti"yang berasal dari Bahasa Portugis baluarte, yang juga berarti benteng. Persamaan ini disimpulkan bahwa kata Baluwarti memang diserap dari Bahasa Portugis, mengingat pembangunan tembok tersebut memiliki masa yang sama dengan pembangunan Tamansari yang dirancang arsitek berkebangsaan Portugis.

Visual Beteng

Terdapat 4 pojok beteng, yang kini hanya tersisa 3 pojok beteng. Satu pojok benteng yang berada di sebelah utara-timur keraton hancur akibat serangan pasukan Inggris pada peristiwa "Geger Sepehi". Pojok beteng yang masih tersisa yakni Pojok Beteng Wetan (Timur), Pojok Beteng Kulon (Barat), dan Pojok Beteng Lor (Utara).

Visual tembok ini sendiri mirip persegi empat, namun lebih besar di bagian timur. Dari timur ke barat memiliki panjang 1200 meter, utara ke selatan 940 meter. Pada sisi luar benteng terdapat parit yang dalam dan air yang jernih. Parit ini disebut jagang, yang sisi luarnya diberi pagar bata setinggi 1 meter. Pohon gayam juga ditanam di sepanjang jalan yang melingkari benteng.

Awalnya tembok ini dibuat dari gelondongan kayu, kemudian diperkuat dengan lorong selebar 2,4 meter. Lorong ini digunakan sebagai pelataran benteng di bagian dalam di mana prajurit berjaga. Terdapat 5 gerbang dengan pintu yang melengkung sebagai tempat keluar masuk benteng. Terdapat panggung di atas gerbang. Gapura atau pintu gerbang benteng dilengkapi dengan 2 gardu jaga dan 4 buah longkangan guna tempat meriam.

Dari masa ke masa, benteng keraton telah menjadi saksi bisu berkembangnya kota Jogja. Walau posisinya tidak pernah berubah secara fisik, namun secara sosial melambangkan perubahan yang terjadi. Benteng yang awalnya menjadi pemisah tegas antara keraton dengan dunia luar, kini terbuka bagi rakyat.

Demikian informasi seputar Jokteng atau Pojok Beteng Jogja. Semoga bermanfaat ya, Lur!



Artikel ini ditulis oleh Steffy Gracia Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(apl/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads