20 Contoh Peribahasa Jawa dan Artinya

20 Contoh Peribahasa Jawa dan Artinya

Mahendra Lavidavayastama - detikJogja
Minggu, 20 Agu 2023 10:53 WIB
Hands of an Asian woman studying in a coworking space
20 Contoh Peribahasa Jawa dan Artinya. Ilustrasi. Foto: Getty Images/iStockphoto/mapo
Jogja -

Tak hanya Bahasa Indonesia saja yang memiliki peribahasa, Bahasa Jawa pun memiliki peribahasa yang disebut dengan paribasan. Berikut ini 20 contoh peribahasa dalam Bahasa Jawa lengkap dengan artinya.

Mengutip buku Pitutur Luhur Budaya Jawa (2014) oleh Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, paribasan adalah ucapan yang tetap susunannya terdiri dari kumpulan kata (frase) dan mempunyai arti dan makna khusus tertentu.

Paribasan atau peribahasa Jawa ini merupakan salah satu dari kata-kata mutiara atau pitutur luhur budaya Jawa yang mengandung makna yang arif dan filososi luhur Jawa. Adapun pitutur luhur budaya Jawa lainnya adalah bebasan, saloka, dan pepindhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Peribahasa Jawa

  1. Ngunduh Wohing Pakarti (Menuai buah pekerti). Arti: setiap orang akan mendapatkan akibat dari perilakunya sendiri
  2. Witing Tresno Jalaran Saka Kulino (Berawalnya cinta karena terbiasa). Arti: terkadang cinta datang karena telah terbiasa
  3. Memayu Hayuning Bawono, Ambrasto Dhur Angkoro (Percantik keindahan dunia, berantas keangkaramurkaan). Arti: Hidup di dunia hendaknya berusaha memperindah dunia ini dengan rasa cinta kasih kepada semesta, dan memberantas angkara murka dari segala sifat tercela yang merusak dunia.
  4. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala). Arti: Orang seharusnya menjadi penerang dan memberi manfaat kepada setiap makhluk di sekitarnya.
  5. Aja keminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka (Jangan sok pintar nanti tersesat, jangan berbuat curang nanti celaka). Arti: Jangan berlaku sombong dan aniaya terhadap sesalam hika tidak ingin Tuhan murka dan memberikan bencana kepada kita.
  6. Ajining Diri Soko Lathi, Ajining Rogo Soko Busono (Kehormatan diri adalah dari lisan, kehormatan raga dari pakaian). Arti: Perhatikan setiap kata yang keluar dari lidah dan perhatikan perilaku dalam bergaul
  7. Mikul Dhuwur Mendhem Jero (Memikul tinggi-tinggi, memendama dalam-dalam). Arti: muliakan orang tua atau guru setinggi-tingginya sertia maafkan dan pendam dalam-dalam segala aib dan kesalahan orang tua serta guru.
  8. Becik Kethitik Ala Ketara (Kebaikan terdeteksi, Kejahatan Kelihatan). Arti: Setiap perbuatan semuanya akan tampak ketika waktunya tiba
  9. Aja Rumongso Bisa, Nanging Bisa'o Rumangsa (Jangan merasa bisa, tapi bisa lah merasakan). Arti: Jangan berperilaku sombong, hendaknya menjadi pribadi yang tahu diri.
  10. Ojo Dumeh (Jangan Merasa menang dulu atau jangan sombong dulu). Arti: Jangan lengah ketika merasa sudah lebih unggul dari lawan selama belum benar-benar usai
  11. Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe (Senyap dalam pamer, ramai dalam pekerjaan). Arti: Jadilah orang yang selalu giat dan ikhlas dalam bekerja tanpa butuh popularitas dan pamrih atau validasi dari sekitar.
  12. Adigang, adigung, adiguna. Arti: jaga kelakuan jangan sombong dengan kekuatan, kedudukan, serta latar belakang,
  13. Sabar iku ingaran mustikaning laku. Arti: Bersabar itu sangat indah dalam sebuah kehidupan
  14. Dudu sanak, dudu kadang, yen mati melu kelangan. Arti: Bukan keluarga, bukan saudara, namun jika tersakiti, maka akan ikut merasakan penderitaannya.
  15. Aja dadi kacang kang lali karo kulite. Arti: Jangan jadi orang yang mudah melupakan pengorbanan dan bantuan orang lain)
  16. Alam iki sejatining Guru. Arti: Alam adalah guru yang sebenar-benarnya bagi manusia)
  17. Bebek diwuruki nglangi (Itik diajar berenang). Arti: Seseorang yang sudah pandai tapi masih diajari melakukan hal yang menjadi keahliannya
  18. Sing eling lan waspada (Selalu ingat dan waspada). Arti: Hendaknya selalu ingat dan waspada
  19. Aja mung nggedhekake puluk (Jangan hanya membesarkan suap). Arti: Jangan hanya membesarkan nafsu makan
  20. Crah agawe bubrah, rukun agawe santosa (permusuhan membuat rusak, rukun membuat sentosa). Arti: Permusuhan mengakibatkan kerusakan, kerukunan membentuk kesentosaan


Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(sip/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads