Petani cabai di kawasan Pantai Trisik, Kulon Progo, menghadapi masa sulit karena hasil panen mereka anjlok drastis hingga 50% akibat cuaca buruk yang didominasi hujan intensif. Kondisi ini diperparah dengan harga jual cabai yang terjun bebas.
Salah satu petani, Muryanto, menjelaskan bahwa hasil panennya turun sangat tajam. Dalam kondisi normal tanpa gangguan cuaca, ia biasa mendapatkan hasil minimal 1 ton dari lahannya. Namun kali ini, hasilnya diperkirakan hanya 5 kwintal atau anjlok 50 persen.
"Kalau normal satu tempat (lahan) minimal itu dapatnya 1 ton. Karena cuacanya kayak gini, hujan, terus cabai pada busuk, terus pada mati, ini paling cuman 5 kuintal saja dapatnya. Kemungkinan cuman itu dan sudah mentok karena barangnya sudah pada busuk, pohon pada mati," ungkapnya saat ditemui di lahan cabai wilayah Trisik, Banaran, Galur, Kulon Progo, Jumat (14/11).
Selain hasil panen yang merosot, petani juga harus menerima kenyataan pahit lain di mana harga jual cabai yang anjlok. Muryanto menceritakan, beberapa hari sebelumnya harga masih tergolong baik, mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogram, tapi dalam dua hari terakhir harga turun drastis.
"Sekarang harga turun, ya ganti harga lah. Dari kepala tiga (30 ribuan), empat (40 ribuan) kemarin sore dua koma (20 ribuan) berapa, lupa," jelas Muryanto.
Harga anjlok ini, menurut Muryanto, disebabkan oleh kondisi cabai yang rusak, terlalu basah dan busuk akibat diterpa hujan lebat. Mayoritas bibit cabai bahkan sudah mulai mati sejak usia sekitar satu bulanan setelah tanam.
Meskipun menghadapi kerugian ganda, para petani tetap berupaya maksimal untuk menyelamatkan tanaman yang tersisa. Muryanto kini meningkatkan intensitas perawatan, terutama penyemprotan.
"Kemungkinan kemarin satu minggu sekali, kalau ini mungkin dua hari sekali kita melakukan penyemprotan. Itu pun sudah dibikin maksimal, tapi ya tetap namanya apa ya mati, busuk, tetap busuk," keluhnya.
Namun, tingginya intensitas hujan membuat penanganan kerusakan menjadi sulit. Dengan kondisi yang serba merugikan ini, Muryanto mengaku hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut. "Sulit untuk penanganan. Ya pasrah saja untuk petani."
Penurunan hasil panen yang serupa juga dialami oleh petani lain, Suhariyanti. Ia menyebutkan bahwa hasil panen puncaknya kini hanya sekitar 6 kuintal, padahal sebelumnya bisa mencapai 1,3 ton.
"Anjloknya separuhnya hasilnya. Menurun juga," katanya.
Ia menambahkan, banyak pohon cabai yang mati sejak usia tanam sekitar satu bulan akibat cuaca hujan. Upaya petani dengan peningkatan perawatan seperti penyemprotan untuk mengatasi layu sudah terus dilakukan , tapi hal ini justru menambah biaya produksi mereka.
"Ya akhirnya jadi nambah biaya, malah semakin rugi," ujarnya.
Sementara itu Kepala Dusun Sidorejo, Banaran, Galur, Jaka Samudra, mengungkapkan bahwa hasil panen cabai di wilayahnya kali ini anjlok signifikan. Jika sebelumnya bisa 50-an ton sehari, kini tak sampai separuhnya.
"Tahun lalu, rata-rata hasilnya 40 sampai 50 ton sehari, sekarang cuma 15 sampai 20 ton sehari," kata Jaka.
Penurunan drastis hasil panen dipicu oleh faktor cuaca berupa hujan yang terus-menerus. Curah hujan tinggi meningkatkan kelembaban udara, yang membuat tanaman cabai menjadi rentan terhadap serangan penyakit.
Menurut Jaka, ada tiga jenis penyakit utama yang menyerang yaitu penyakit kuning jamur atau fusarium dan serangan ulat pada buah cabai, yang menyebabkan buah busuk dan rontok sebelum panen.
Di sisi lain para petani sudah berupaya keras, termasuk dengan menyemprotkan obat-obatan untuk mencegah penyebaran penyakit. "Sekarang ini tanamannya mau tidak mau yang dipertahankan dulu sampai (cabai) habis," jelas Jaka.
Penurunan hasil panen ini tidak hanya dialami di Trisik. Ketua Asosiasi Petani Cabai Kulon Progo "Champion Cabai", Sukarman, membenarkan bahwa hampir semua sentra cabai mengalami hal serupa dengan pemicu yang sama yaitu curah hujan tinggi dan banyaknya serangan penyakit.
"Iya, rata-rata sekarang memang begitu termasuk di tempat kami," ujarnya.
Kondisi ini menyebabkan produktivitas cabai merah keriting secara nasional menurun hingga 30 persen. Sukarman menambahkan, penurunan persediaan cabai ini justru bisa membuat harganya di pasaran semakin naik.
"Harganya justru bisa semakin naik karena persediaan cabai berkurang," terangnya.
Simak Video "Video: Seputar Fenomena Gelombang Rossby yang Picu Hujan dan Banjir di Bali"
(aap/ahr)