Harga komoditas cabai di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meroket. Varian cabai keriting merah bisa tembus di angka Rp 60 ribu/kg.
"Sekarang cabai merah sudah Rp 60 ribu/kg, dari harga sebelumnya Rp 40 ribu," ungkap Sumiati, salah satu pedagang di Pasar Bendungan, Wates, Kulon Progo, Rabu (8/10/2025).
Selain cabai keriting merah, varian lain seperti cabai hijau, rawit hijau maupun rawit merah juga mengalami kenaikan. Untuk cabai hijau kini dihargai Rp 30 ribu dari sebelumnya Rp 20 ribu/kg, sementara rawit hijau dan merah dihargai Rp 40 ribu dari sebelumnya Rp 30 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau yang hijau ini Rp 30 ribu dari Rp 20 ribu. Terus yang lalap (rawit) hijau Rp 40 ribu dari Rp 30 ribu. Terus yang rawit merah juga dari Rp 30 ribu sekarang Rp 40 ribu," ujarnya.
Sumiati menyebut kenaikan ini disebabkan karena minimnya stok cabai dari petani imbas gagal panen di sejumlah daerah. "Karena ada gagal panen, jadi petani menyuplainya sedikit," ucapnya.
Sumiati mengatakan minimnya stok yang berakibat harga melambung juga mempengaruhi penjualan di lapaknya. Jika sebelumnya dia bisa menjual 5-6 kg cabai, kini turun di kisaran 3-4 kg per harinya.
"Ya berkurang pembelinya. Sebelumnya bisa 5-6 kg yang habis dalam sehari. Sekarang paling cuma 3-4 kg. Terus yang beli sekarang rata-rata di bawah 1 ons per orang. Biasanya 1/4 ons-1 ons. Kecuali kalau yang mau buat hajatan. Biasanya bisa beli lebih banyak sampai kiloan," ujarnya.
Kenaikan harga cabai juga dirasakan pedagang di Pasar Sentolo, Kulon Progo. Salah satu pedagang Sudarmi menyebut rata-rata harga cabai untuk varian keriting merah sudah menyentuh Rp 60/kg.
"Hari ini Rp 60 ribu. Naik dari kemarin sempet Rp 50 ribu. Memang dari sananya (penyuplai) sudah Rp 55 ribu, jadi saya jualnya Rp 60 ribu," terangnya.
Menurutnya kondisi ini sudah berlangsung sejak sepekan terakhir. Di mana harga cabai mengalami fluktuatif, tapi cenderung meningkat hingga akhirnya tembus di Rp 60 ribu.
"Sejak satu mingguan yang lalu. Cuma sempat turun, Rp 40-45 ribu, terus naik lagi Rp 50 ribu hingga sekarang Rp 60 ribu," ungkapnya.
Sudarmi mengatakan kenaikan ini menyebabkan daya beli masyarakat terhadap cabai menurun. Kini, pelanggannya lebih memilih beli secara eceran untuk menghemat biaya pengeluaran.
"Iya susah, kalau lagi normal saya bisa jual 1-2 kg, kalau banyak-banyak cepet busuk. Sekarang nyetoknya juga cuma sekilo aja. Pembelinya juga kurang, gara-gara harga naik. Pembeli lebih milih beli sedikit, 1 ons, 2 ons, beli Rp 2 ribu beli Rp 3 ribu. Kalau dulu-dulu bisa beli kiloan," ujarnya.
Sementara itu salah satu pembeli, Mekar, mengatakan kenaikan harga cabai membuatnya harus pintar dalam mengatur pengeluaran dapur. Salah satu caranya dengan memilih alternatif pengganti cabai sebagai bahan masakan.
"Ya kalau dibilang susah, ya susah. Kalau enggak ya dipermudah aja lah. Menyesuaikan aja. Misal harganya naik ya pakai alternatif lain, bisa pakai bon cabe, atau cabai bubuk lainnya," ujarnya.
"Kaya kemarin pas kelapa naik nggak turun itu ya sama, ibu-ibu pakainya santan bubuk, jadi pinter-pinter bersiasat aja," imbuhnya.
Meski begitu, Mekar tetap membeli cabai tapi dengan jumlah yang sedikit, di bawah 1 kg. "Paling 1 ons buat 3 hari. Ngirit sih sebenarnya, yang penting tetap ada buat bikin sambel karena anak-anak suka yang pedas-pedas gitu," ujarnya.
Mekar pun berharap pemerintah bisa turun tangan menuntaskan persoalan harga yang terus melambung ini. "Ya harapannya ada kebijakan mengatur bisa ada solusi buat nurunin, tapi petani tetep dapat hak-nya," ucapnya.
(aap/aku)
Komentar Terbanyak
Pegawai Bank Korupsi Rp 24 M buat Beli Mobil-Tas Louis Vuitton
Sugeng Ambal Warsa ke-269 Kota Jogja!
Awal Mula Terbongkarnya Skandal Naturalisasi Palsu Pemain Malaysia