Jogja yang dikenal dengan Kota Pelajar dan dihuni oleh banyak mahasiswa membuat daerah ini menjadi ladang bagi bisnis ritel. Barang-barang perlengkapan rumah tangga, termasuk perlengkapan kos, menjadi komoditas yang banyak dicari.
Tak heran, dua jenama minimarket jaringan nasional yang paling populer di Indonesia banyak membuka gerai di daerah yang memiliki banyak kampus dan jadi jujukan mahasiswa dari berbagai kota ini.
Di tengah himpitan dua raksasa bisnis retail itu terselip beberapa gerai swalayan lokal. Mereka sebenarnya sudah lebih dulu eksis bermain di pasar ritel Jogja jauh sebelum minimarket modern berdatangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah himpitan itu, swalayan lokal tak sekadar bertahan. Mereka masih mampu berkembang lantaran nama mereka sudah menancap kuat di kepala warga Jogja selama puluhan tahun.
Salah satunya adalah Mirota Kampus, yang kini telah berubah nama menjadi Manna Kampus. Swalayan ini tidak hanya dikenal oleh warga Jogja, namun juga mahasiswa lantaran gerainya dibuka dekat beberapa kampus.
"Manna Kampus yang sebelumnya Mirota Kampus itu tanggal berdirinya pada 13 Mei 1985. Sekarang, kami sudah menginjak 40 tahun," kata Manajer Public Relations Manna Kampus, Andreas Probo Heri Saputro saat ditemui detikJogja di kantornya, Selasa (16/9/2025).
![]() |
Mirota Kampus pada awalnya berdiri pada 1985 di kawasan Babarsari, dekat dengan kampus Universitas Pendidikan Nasional (UPN) Veteran dan Universitas Atma Jaya (UAJY). Hal ini yang membuat brand swalayan itu cukup kuat di kalangan mahasiswa.
Sedangkan gerai kedua dibuka di kawasan Terban, yang hanya sepelemparan batu dari Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada (UGM). Pasarnya juga sama, yaitu mahasiswa. Kini, setelah 40 berdiri, Mirota alias Manna Kampus telah memiliki 10 gerai yang terdiri dari tujuh supermarket serta tiga minimarket.
Swalayan lainnya, Pamella, bahkan lebih 'senior' dibanding Mirota Kampus. Swalayan lokal Jogja ini mengawali bisnisnya lewat sebuah warung kecil di kawasan Jalan Kusumanegara. Kini, dalam usianya ke 50 tahun, Pamella sudah memiliki 9 gerai di Jogja dan sekitarnya.
![]() |
Swalayan ini didirikan oleh pasangan Sunardi Syahuri dan Noor Liesnani Pamella. Nama belakang sang istri dijadikan nama warung yang awalnya berjualan layang-layang dan pancing itu.
"Modalnya Rp 250 ribu atau waktu itu senilai 10 gram emas," kata Pamella mengenang.
Uang itu diperoleh dari utang ditambah hasil menjual kado pernikahan. Siapa sangka, kini Pamella telah menjadi bisnis menggiurkan, meski kompetitor bermodal besar ikut bermain di pasar retail Jogja.
Disamping dua brand yang cukup terkenal di pusat-pusat keramaian Jogja itu, masih ada sejumlah swalayan lokal yang memilih bermain di wilayah pinggiran. Salah satunya adalah DM Baru Swalayan.
Swalayan lokal ini menguasai kawasan Bantul. Terdapat 7 gerai yang dimiliki oleh DM Baru itu.
Sayangnya, pengelola DM Baru belum bersedia untuk berbagi cerita. Salah satu perwakilan manajemen mengatakan belum memiliki waktu untuk diwawancara.
Menjadi Kenangan Alumni Kampus Jogja
Swalayan lokal Jogja rupanya tidak sekadar menjadi pilihan bagi warga dan mahasiswa. Namun, mereka juga menjadi kenangan bagi mereka yang pernah kuliah di Kota Gudeg itu.
"Dulu kami saat mahasiswa kenalnya ya Mirota Kampus dan Pamella. Minimarket modern belum ada," kata Khairunnisa Wardani, alumnus Fakultas Kedokteran UGM angkatan 1993.
Wanita yang kini bertugas menjadi dokter spesialis anak di Wonogiri tersebut mengaku memiliki kenangan tersendiri dengan swalayan lokal itu, terutama Mirota Kampus.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Jogja, dia mendapatkan kos di kawasan Karangwuni. Kamar yang didapatkannya hanya memiliki kasur dan lemari tanpa perabot tambahan.
Dia kemudian mencari informasi tempat berjualan barang kebutuhan kos yang lengkap. Salah satu kerabatnya memberikan rekomendasi agar dia ke Mirota Kampus yang berada di Jalan C Simanjuntak.
"Saya ingat sekali. Hari itu juga saya bersama teman kos berjalan sekitar 5 kilometer untuk belanja di sana," kata dia.
"Dulu kuliah tidak punya motor. Ke mana-mana jalan kaki atau naik Kopata kalau nggak Aspada," kenang dia.
Usai berbelanja, dia biasanya berjalan-jalan menuju seputaran Kopma UGM untuk makan siang.
(ahr/ahr)
Komentar Terbanyak
Pakar UII Tak Percaya Ada Beking di Kasus Ijazah Jokowi: Ini Perkara Sepele
Siapa Beking Isu Ijazah yang Dicurigai Jokowi?
Mencicip Kue Kontol Kejepit di Keramaian Pasar Kangen Jogja