Wanita Bantul Pilih Pensiun Kerja dan Bisnis Anggrek, Omzetnya Kini Rp 50 Juta

Wanita Bantul Pilih Pensiun Kerja dan Bisnis Anggrek, Omzetnya Kini Rp 50 Juta

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Selasa, 27 Mei 2025 14:30 WIB
Pemilik Widy Orchid di Mriyan, Donotirto, Kretek, Bantul, Sri Widyastuti (52), Selasa (27/5/2025).
Pemilik Widy Orchid di Mriyan, Donotirto, Kretek, Bantul, Sri Widyastuti (52) saat memberikan keterangan, Selasa (27/5/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Seorang wanita asal Mriyan, Donotirto, Kretek, Bantul memilih pensiun dini dari tempat kerjanya dan menekuni budi daya serta penjualan anggrek. Setelah bertahun-tahun menggeluti usahanya, kini dalam sebulan wanita berusia setengah abad ini mampu meraup omzet puluhan juta rupiah.

Adalah Sri Widyastuti (52), perempuan berambut pendek ini menceritakan awalnya bekerja menjadi analis kesehatan di rumah sakit milik PT Freeport Indonesia. Namun, setelah satu dekade akhirnya Sri memilih untuk kembali ke kampung halamannya.

"Saya kerja jadi analisis kesehatan di Timika 10 tahun dan tahun 2018 balik ke sini, tepatnya bulan Januari saya pulang," katanya kepada wartawan di kediamannya, Kretek, Bantul, Selasa (27/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan kepulangannya adalah untuk menekuni budi daya anggrek. Mengingat sejak di Timika Sri kerap menanam anggrek.

"Januari 2018 saya pulang ke sini dan bulan Maret belajar cara budi daya anggrek di Semarang sampai lewat YouTube juga. Lalu buka usaha anggrek dan punya kebun anggrek sampai saat ini," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Mengenai alasannya memilih usaha anggrek, Sri mengaku, karena sudah sejak lama menyukainya.

"Kalau alasan milih anggrek karena hobi, dan akhirnya keterusan sampai jadi usaha ini. Selain itu, harga anggrek stabil dan cenderung naik malahan," ucapnya.

Saat awal-awal merintis usaha, Sri memulai praktik untuk membuka botol sendiri. Adapun membuka botol anggrek berarti proses mengeluarkan anggrek dari wadah botol tempat mereka ditumbuhkan di laboratorium, biasanya dengan teknik kultur jaringan.

"Lalu membuat greenhouse dan berlanjut mencoba membesarkan anggrek," katanya.

Suasana green house milik wanita asal Bantul, Selasa (27/5/2025).Suasana green house milik wanita asal Bantul, Selasa (27/5/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Menurut Sri, bukan perkara mudah dalam membesarkan dan membudidayakan anggrek. Pasalnya memerlukan ketelitian dalam merawat tumbuh kembang anggrek.

"Kesulitan dalam membesarkan anggrek itu seperti banyak penyakit busuk batang dan akar, itu penyebabnya karena jamur. Jadi harus dilakukan fungisida seminggu sekali," ucapnya.

Namun, Sri menilai semua itu sepadan karena bisa melihat anggreknya bermekaran. Apalagi, mekarnya anggrek terbilang awet yakni sekitar tiga bulan.

"Saat ini saya punya ribuan pohon anggrek, kalau jenisnya sekitar 10 jenis," ujarnya.

Sri mengungkapkan, saat ini anggrek yang menjadi primadona adalah anggrek jadul. Mengingat anggrek tersebut mudah perawatannya dan mudah berkembang biak.

"Yang disukai pembeli saat ini anggrek jadul, karena mudah berkembang biak, mudah berbunga dan tidak rewel. Terus kalau kena hujan, kena panas itu bandel gitu anggreknya dan untuk pemula biasanya lebih suka yang anggrek-anggrek jadul gitu," katanya.

Terkait harga jual anggrek, Sri mengaku bervariasi. Salah satunya anggrek jadul khususnya keki mulai harga Rp 35 ribu. Sri menjelaskan, keki adalah anakan yang muncul dari batang anggrek.

"Tapi kalau yang paling murah itu Rp 20 ribu, itu bibit anggrek keriting. Kalau yang paling mahal itu Rp 17 juta, seperti rumpunan besar Capung Jawa," ujarnya.

Terkait pemasaran, Sri mengaku memilih secara online melalui media sosial (Medsos) dan offline. Untuk, offline, pembeli bisa langsung ke rumahnya yang saat ini disulap menjadi kebun anggrek.

"Pemasaran online dan offline, online itu lewat YouTube Widy Orchid. Kalau kirim paling jauh ke Aceh dan pernah juga sampai Raja Ampat," ucapnya.

Untuk omzet, Sri mengaku tidak menentu namun rata-rata menembus puluhan juta per bulan. Sedangkan dalam sebulan mampu menjual berapa anggrek, Sri enggan mengungkapkannya.

"Kalau omzet sekitar Rp 50 juta per bulan, itu omzet ya atau kotornya. Terus belum lagi bayar karyawan dan operasional kebun anggrek," katanya.

Sri juga menyebut, jika penghasilannya dari usaha anggrek akan kembali lagi untuk mengembangkan usahanya. Selain itu, Sri menghindari utang piutang dalam mengembangkan usahanya.

"Tidak, tidak lewat pinjaman, semua dibangun lewat anggrek, karena kami ini membangun semua bangunan ini dari usaha anggrek semua. Terus yang kami jual kan tidak cuma anggrek, tapi juga media, pot sampai pupuk gitu," ujarnya.




(afn/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads