Belakangan ini, jagat maya tengah ramai dengan isu BBM (Bahan Bakar Minyak) oplosan RON 90 dan 92. Sejatinya, apa itu BBM RON 90 dan 92 yang ramai diperbincangkan? Berikut ini pembahasan ringkas seputar perbedaan dan efeknya untuk kendaraan.
Menanggapi kabar terkait manipulasi BBM RON 90 yang dipasarkan sebagai RON 92, VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso buka suara. Menurutnya, informasi tersebut tidak sesuai alias salah.
"Ini kan muncul narasi oplosan itu kan juga nggak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Kejaksaan kan sebetulnya. Jadi di Kejaksaan mungkin kalau boleh saya ulangkan lebih mempermasalahkan tentang pembelian RON 90-92, bukan adanya oplosan sehingga mungkin narasi yang keluar, yang tersebar, sehingga ada disinformasi di situ. Tapi bisa kami pastikan bahwa produk yang sampai ke masyarakat itu sesuai dengan spesifikasinya masing-masing RON 92 adalah Pertamax, RON 90 adalah Pertalite," jelasnya, dikutip dari detikFinance, Rabu (26/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari kasus tersebut, pengguna kendaraan bermotor di Indonesia, terkhusus mobil dan motor, setidaknya mesti paham mengenai apa itu BBM RON 90 dan 92. Terlebih BBM sampai sekarang masih menjadi kebutuhan harian yang tak terelakkan.
Salah-salah pilih BBM, mesin kendaraan detikers bisa jadi rusak sehingga membuat pengeluaran membengkak. Nah, guna memudahkan, baca uraian mengenai perbedaan dan efek keduanya bagi kendaraan di bawah ini, yuk!
Sekilas tentang RON
Diringkas dari US Energy Information Administration, RON (Research Octane Number) adalah angka yang menunjukkan seberapa stabil bahan bakar terhadap tekanan sebelum terbakar sendiri. Semakin tinggi angka oktan, semakin tahan bahan bakar terhadap knocking atau ketukan pada mesin.
Untuk mengukurnya, digunakan mesin uji oktan yang membandingkan bahan bakar dengan campuran standar yang sudah diketahui angka oktannya, yaitu iso-oktana dan heptana. Proses ini seperti menimbang suatu benda dengan menggunakan batu referensi di timbangan. Sampel bahan bakar diuji hingga menghasilkan tingkat ketukan yang sama dengan bahan bakar referensi, lalu angka oktannya ditentukan.
Perbedaan RON 90 dan 92 Pertamina
Menurut penjelasan dari laman resmi My Pertamina, Pertalite adalah bahan bakar RON 90 dari Pertamina. Sementara itu Pertamax merupakan BBM RON 92 dari Pertamina.
Perlu diingat, RON 90 dan 92 bukanlah merk dagang, melainkan spesifikasi/karakteristik BBM. Contohnya, merk dagang BBM RON 92 di SPBU Shell adalah Shell Super. Adapun di BP (British Petroleum), bensin RON 92 punya merk jual BP 92.
Pembahasan mengenai beda BBM RON 90 dan 92 akan difokuskan untuk 2 merk dagang Pertamina, yakni Pertalite dan Pertamax. Berikut uraian ringkas keduanya:
BBM RON 90 (Pertalite)
Pertalite adalah bahan bakar terlaris karena harganya yang terjangkau. Biarpun mirip dengan pendahulunya, yakni Premium, Pertalite punya angka oktan lebih tinggi, yakni 90 berbanding 88. Pertalite bisa detikers dapatkan di seluruh SPBU Pertamina. Harganya stabil di angka 10 ribu rupiah per liter karena termasuk BBM bersubsidi.
BBM RON 92 (Pertamax)
Pertamax adalah bahan bakar Pertamina dengan angka oktan 92. Dibanding Pertalite, Pertamax tentu memiliki keunggulan tersendiri karena angka oktannya lebih tinggi. Karena tidak termasuk BBM subsidi, harga Pertamax bervariasi. Di DIY, harganya sejumlah Rp 12.900, sedangkan di Sumatera Barat sebesar Rp 13.500 per liter.
Perbedaan-perbedaan antara Pertalite dan Pertamax secara ringkas, diambil dari detikOto adalah:
- RON Pertalite 90, sedangkan Pertamax 92.
- Pertalite cocok digunakan untuk kendaraan dengan rasio kompresi 9:1 hingga 10:1. Adapun Pertamax cocok dengan rasio 10:1 hingga 11:1.
- Pembakaran Pertamax lebih sempurna dibandingkan Pertalite sehingga disebut lebih irit.
- Harga Pertalite lebih murah dibanding Pertamax.
- Warna Pertalite adalah hijau jernih dan terang. Sementara itu, Pertamax berwarna biru terang.
- Pertamax diklaim lebih ramah lingkungan dibanding Pertalite. Hasil pengujian oleh Rendi Prayoga dkk menemukan, emisi rata-rata Pertalite adalah 93.1429 ppm. Di sisi lain, emisi gas buang Pertamax 'hanya' ada di angka 78.4286 ppm.
Efek Penggunaan Pertalite dan Pertamax untuk Kendaraan
Kembali dirujuk dari detikOto, pemilihan BBM untuk kendaraan sebaiknya disesuaikan dengan rekomendasi pabrikan. Alasannya karena penggunaan BBM dengan oktan lebih rendah dari rekomendasi bisa membuat mesin kendaraan terkena efek buruk.
Lantas, apakah dengan memilih BBM beroktan lebih tinggi, otomatis mesin kendaraan semakin awet? Menurut Endro Sutarno, Technical Service Division PT Astra Honda Motor atau AHM, nilai oktan yang terlalu tinggi juga bisa memicu kerusakan mesin.
Misalnya, motor dengan kompresi 11,5:1 cocok diberi BBM dengan RON 90. Motor tersebut tetap boleh-boleh saja menggunakan bensin RON 92 atau 95. Namun, jika terlalu sering, akan muncul dampak jangka panjang, seperti suhu lebih tinggi dan suara bising (knocking).
"Kalau motor diisi pakai oktan lebih tinggi dari itu, maka tingkat panasnya bisa lebih tinggi lagi dan juga menimbulkan knocking," jelas Endro, dikutip detikJogja pada Rabu (26/2/205).
Pasalnya, mesin dengan rasio kompresi rendah bakal butuh tenaga ekstra untuk melakukan pembakaran. Alhasil, mesin bisa menjadi panas dan sisa-sisa bensin dapat mencemari komponen mesin lain.
Akhir kata, penggunaan Pertalite maupun Pertamax sebaiknya disesuaikan dengan rasio kompresi kendaraan. Secara umum, berikut ini rasio kompresi motor dan rekomendasi RON-nya yang perlu detikers ketahui:
- Rasio kompresi di atas 11:1 hingga 13:1 disarankan memakai RON 98
- Rasio kompresi di atas 10:1 hingga 11:1 disarankan memakai RON 92
- Rasio kompresi di bawah 10:1 hingga 9:1 disarankan memakai RON 90
- Rasio kompresi di bawah 9:1 dibolehkan memakai RON 88
Demikian pembahasan ringkas mengenai BBM RON 90 dan 92, meliputi perbedaan dan efeknya. Semoga menambah wawasan detikers, ya!
(sto/rih)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM