Selama ini, kita sudah familier dengan moda transportasi kereta yang menggunakan rel, baik itu kereta api, kereta rel listrik (KRL), mass rapid transit (MRT), light rail transit (LRT) maupun kereta cepat. Kemudian munculah teknologi baru yang disebut kereta tanpa rel. Kehadirannya membuat banyak orang penasaran bagaimana cara kerja kereta tanpa rel karena kendaraan ini memiliki fisik yang mirip dengan bus.
Kereta tanpa rel atau autonomous rail transit (ART) merupakan inovasi modern dalam transportasi yang beroperasi tanpa rel fisik. Sistem ini menggunakan jalur virtual dan teknologi pintar untuk menggantikan rel baja tradisional.
Penasaran bagaimana kereta tanpa rel bekerja? Mari simak penjelasannya yang dirangkum dari artikel ilmiah berjudul Autonomous-rail Rapid Transit Tram: System Architecture, Design and Applications oleh Fang Jianghua dkk berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Kerja Kereta Tanpa Rel
1. Dasar Operasi Kereta Tanpa Rel (ART)
ART adalah sistem transportasi yang memanfaatkan teknologi jalur virtual sebagai pengganti rel fisik. Tidak seperti kereta tradisional, ART bergerak di atas roda karet dan mengikuti lintasan yang telah ditentukan melalui jalur virtual. Enam komponen utama dalam ART meliputi sumber daya listrik, sinyal komunikasi, kereta (tram) ART, jalur virtual, stasiun, dan pusat perawatan.
Dengan jalur virtual, ART mampu meniru sistem kerja kereta tradisional tetapi dengan biaya dan infrastruktur yang jauh lebih ringan. Lintasan virtual menggantikan peran rel baja dan memberikan keamanan serta efisiensi yang setara. Sistem ini sangat cocok untuk digunakan di daerah perkotaan yang membutuhkan transportasi cepat dan murah.
ART dirancang dengan struktur yang lebih sederhana, tanpa rel baja yang rumit. Teknologi pintar pada sistem ini memastikan bahwa kereta dapat bergerak secara otomatis, mengikuti rute yang telah diprogram, dan mengurangi biaya perawatan yang biasanya tinggi pada rel konvensional.
2. Penggunaan Jalur Virtual
Jalur virtual pada ART adalah inti dari pergerakannya. Jalur ini menggunakan tanda atau informasi kartografi yang dipasang di sepanjang rute yang akan dilewati. Dengan teknologi seperti pengenalan gambar dan Lidar SLAM (Simultaneous Localization and Mapping), ART dapat mengetahui posisi dan jalur yang harus dilalui secara akurat.
Sensor pada ART mendeteksi penanda di sepanjang jalur virtual, memastikan bahwa kereta mengikuti rute yang telah diprogram. Jalur virtual ini juga memberikan informasi pada kereta mengenai belokan, kecepatan, dan jarak tempuh. Dengan data ini, ART dapat bergerak dengan aman dan efisien di lingkungan perkotaan tanpa rel fisik.
Penggunaan jalur virtual memungkinkan ART untuk beradaptasi dengan berbagai jenis jalan dan kondisi lingkungan. Dengan sistem ini, ART bisa mengubah rute lebih mudah dibandingkan kereta konvensional, dan bahkan bisa menghindari rintangan di jalan raya.
3. Penggerak Listrik dan Kendali Jalur
ART digerakkan sepenuhnya oleh tenaga listrik sehingga lebih ramah lingkungan. Kereta ini menggunakan berbagai sumber daya listrik yang disesuaikan dengan kebutuhan operasional. Sistem penggerak listrik mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, mendukung inisiatif transportasi hijau yang lebih berkelanjutan.
Sistem kendali pada ART meliputi penelusuran otomatis, pelacakan jalur, dan panduan otonom. Dengan teknologi ini, ART dapat bergerak sendiri di jalur virtual tanpa bantuan pengemudi. Panduan seperti pengenalan gambar dan sensor Lidar membantu ART menentukan posisi dan menjaga kestabilan di rute yang dilalui.
Kendali jalur ini sangat penting untuk memastikan ART tetap berada di jalur yang benar. Sistem ini tidak hanya memantau posisi kendaraan, tetapi juga memastikan distribusi gaya dan tenaga sehingga kereta bergerak lancar dan aman di jalur virtual.
4. Kecerdasan Buatan untuk Penggerak Mandiri
ART menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menjalankan pergerakan secara otomatis. Sistem ini memantau jalur, perencanaan rute, dan mengendalikan pergerakan sesuai dengan lintasan yang telah diprogram. Kecerdasan buatan juga memungkinkan ART untuk menyesuaikan kecepatan dan arah sesuai kondisi jalan dan lalu lintas sekitar.
AI pada ART dilengkapi dengan teknologi komunikasi Vehicle-to-Everything (V2X), yang memungkinkan kereta berinteraksi dengan infrastruktur transportasi lainnya. Dengan teknologi ini, ART dapat menerima sinyal dari lampu lalu lintas atau bahkan berkomunikasi dengan kendaraan lain untuk menghindari kecelakaan.
Selain itu, sistem AI juga membantu dalam hal keselamatan. Sistem ini akan memberikan peringatan jika ada potensi bahaya di jalur yang dilalui, dan dapat menyesuaikan gerakan kereta untuk menghindari rintangan. Hal ini membuat ART sangat cocok digunakan di lingkungan perkotaan yang kompleks.
5. Struktur Kendali Pintar di Dalam Kendaraan
Di dalam ART, terdapat sistem kendali pintar yang berfungsi sebagai pusat pengambilan keputusan. Sistem ini menerima data dari berbagai sensor di sekitar kendaraan dan menganalisisnya untuk mengelola pergerakan ART. Lapisan atas sistem ini mencakup sensor multi-sumber dan perlindungan keamanan, yang memungkinkan ART bernavigasi secara mandiri.
Lapisan bawah dalam sistem kendali ini berfokus pada pelacakan jalur virtual dan penggerak kendaraan. Fungsi utama lapisan ini adalah memastikan bahwa ART tetap berada di jalurnya dan bergerak secara stabil layaknya kereta tradisional. Dengan sistem ini, ART dapat meniru pergerakan kereta rel konvensional tanpa memerlukan infrastruktur rel fisik.
Struktur kendali pintar pada ART membuatnya mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan menjaga kestabilan pergerakan. Kombinasi lapisan-lapisan kendali ini memberikan keamanan tambahan bagi pengguna dan memastikan bahwa ART beroperasi dengan efisien dan aman.
6. Aplikasi ART dalam Kehidupan Sehari-Hari
ART dapat digunakan dalam berbagai situasi, seperti di kota-kota besar sebagai jaringan transportasi, atau di kota kecil sebagai transportasi utama. ART juga cocok untuk area khusus seperti objek wisata atau jalur transportasi bandara, karena tidak memerlukan rel fisik dan dapat beradaptasi dengan berbagai medan.
Dengan fleksibilitasnya, ART memungkinkan pemerintah daerah mengembangkan jaringan transportasi yang ringan dan lebih terjangkau. Sistem ini juga cocok untuk area dengan infrastruktur yang padat atau medan yang sulit dipasangi rel, menjadikan ART pilihan transportasi yang sangat efektif.
Selain itu, ART juga mendukung upaya pengurangan polusi dan emisi karbon karena menggunakan tenaga listrik. ART tidak hanya menghemat biaya pembangunan infrastruktur, tetapi juga memberikan opsi transportasi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai cara kerja kereta tanpa rel. Semoga bermanfaat, detikers!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM