Kementerian Pertanian (Kementan) memprediksi kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak akan meningkat selama dua bulan ke depan. Perubahan cuaca dan mobilisasi ternak jelang Idul Fitri dan Idul Adha menjadi alasannya.
"Kami sudah memprediksi bahwa Januari, Februari, Maret 2025 akan terjadi peningkatan kasus PMK karena data kita 2023-2024 memang di periode itu terjadi peningkatan kasus seiring dengan perubahan cuaca, adanya mobilisasi ternak untuk Idul Fitri maupun persiapan Idul Adha, sehingga ini menimbulkan peningkatan kasus," ucap Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, saat ditemui wartawan usai peninjauan vaksinasi PMK di Wates, Kulon Progo, DIY, Senin (13/1/2025).
Agung mengatakan peningkatan kasus PMK di seluruh Indonesia sudah terlihat sejak minggu ketiga Desember 2024. Bahkan pihaknya menemukan adanya lonjakan kasus secara signifikan hanya dalam kurun waktu sehari pada 31 Desember lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang di tahun 2024 kemarin ternyata lebih cepat. Minggu ketiga Desember 2024 peningkatan kasus sudah terjadi, bahkan 31 Desember dalam 1 hari secara nasional peningkatan kasusnya melebihi dua kali standar deviasi yang ditetapkan, kemudian turun kembali dan terjadi fluktuasi tapi tetap terjadi deviasi, itu kondisi nasional," ujarnya.
Agung mengatakan untuk total jumlah kasus PMK di Indonesia, terhitung sejak Januari 2024 hingga kemarin, mencapai 13 ribu. Dari jumlah itu, sebanyak 338 ekor ternak dinyatakan mati akibat terpapar penyakit tersebut.
"Secara nasional kita saat ini sekitar 13 ribuan kasus dari 28 Januari 2024. Dan juga kematian sekitar 338 ekor dan ini tentunya trennya terus menurun," terangnya.
Untuk menekan kasus PMK, Kementan akan melakukan vaksinasi ternak ke seluruh Indonesia pada akhir Januari sampai dengan Februari 2025. Adapun total dosis vaksin yang disiapkan sebanyak 4 juta.
"Sampai 2025 ini tahap awal 4 juta dosis, akan didistribusikan secara bertahap. Setiap permohonan kami akan evaluasi berdasarkan laporan kasus," ujar Agung.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti, mengatakan hingga kini sudah ada 1.785 ternak di DIY yang terjangkit PMK. Hanya Kota Jogja yang belum ditemukan adanya kasus tersebut.
"Di DIY sampai 9 Januari sebanyak 1.785 kasus, dengan rincian yang sembuh 14, yang mati 118 dan potong bersyarat 47. Jadi saat ini 1.606 dari 4 kabupaten dan 1 kota. Yang masih 0 kasus Kota Jogja," ucapnya.
Dia menyebut dampak PMK membuat pasar hewan di seluruh DIY sepi. Menurutnya banyak pedagang ternak kini lebih memilih menjual ternaknya secara langsung daripada harus lewat pasar hewan yang dikhawatirkan jadi tempat penularan PMK.
"Di beberapa pasar sudah sepi, nggak ada perdagangan. Efeknya ada penurunan transaksi, mungkin peternak takut bawa ternak ke pasar hewan, jadi jual langsung tanpa lewat pasar hewan," ujarnya.
(rih/apu)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan