Cerita Pedagang Hewan Kurban di Bantul Sulit Kulakan Sapi

Cerita Pedagang Hewan Kurban di Bantul Sulit Kulakan Sapi

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 29 Mei 2024 12:59 WIB
Potret lapak pedagang hewan kurban di Kasihan, Bantul, Rabu (29/5/2024).
Potret lapak pedagang hewan kurban di Kasihan, Bantul, Rabu (29/5/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Sebagian pedagang hewan kurban di Tamantirto, Kasihan, Bantul, mengaku penjualannya menurun karena sulit mendapatkan sapi. Mereka bilang penjualan hewan kurban saat ini masih sepi.

Salah satu penjual sapi di Jogonalan Lor, Kalurahan Tamantirto, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Ahmad Suwardi mengatakan saat ini dirinya baru menjual 63 ekor sapi. Jumlah tersebut terbilang menurun ketimbang tahun lalu.

"Tahun lalu laku 67 ekor dan tahun ini sudah laku 63 ekor sapi. Jadi bisa dikatakan ada penurunan sedikit," kata Suwardi saat ditemui wartawan di Tamantirto, Kasihan, Bantul, Rabu (29/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun sapi yang Suwardi jual mulai dari harga Rp 19 juta, Rp 20 juta, dan yang paling tinggi Rp 26 juta untuk sapi jenis limosin. Sedangkan yang paling laku adalah sapi dengan harga Rp 21 juta hingga Rp 22 juta per ekor.

"Yang beli paling banyak dari Kota dan Sleman," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Suwardi mengaku turunnya penjualan karena sulit mendapatkan sapi. Padahal, Suwardi telah mencari sapi sejak sebelum bulan Ramadan agar mendapatkan keuntungan.

"Sebelum puasa itu sudah memelihara sekitar 20 ekor sapi dengan harga belu Rp 16 juta hingga Rp 17 juta. Karena kalau mengambil setelah Ramadan harganya pasti sudah naik dan barangnya juga sulit," ucapnya.

PMK Jadi Momok Peternak

Menurutnya, kesulitan mendapatkan sapi karena banyak peternak yang takut memelihara sapi akibat merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) tahun lalu. Selain itu, saat ini banyak peternak yang mengajak takmir masjid untuk datang langsung ke peternakannya.

"Barang (sapi) semakin sulit karena biasanya mengajak takmir ke lokasi sehingga harganya kan jadi naik. Selain itu, petani juga takut memelihara karena penyakit seperti PMK," katanya.

"Kalau saya ambil sapi-sapi ini dari Gunungkidul seperti Rongkop sampai Sadeng (Girisubo)," lanjut Suwardi.

Oleh sebab itu, Suwardi sudah tidak lagi melayani pembelian hewan kurban. Bahkan, Suwardi mengaku beberapa kali menolak permintaan sapi.

"Sudah sampai 63 saja, tidak tambah lagi. Wong saya sampai menolak pembeli karena memang barangnya tidak ada, ya sudah kalau tidak ada tidak usah dipaksakan," ujarnya.

Potret lapak pedagang hewan kurban di Kasihan, Bantul, Rabu (29/5/2024).Potret lapak pedagang hewan kurban di Kasihan, Bantul, Rabu (29/5/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Berbeda dengan Suwardi, Ahmad Suroyo mengaku tak kesulitan untuk mendapatkan sapi. Penjual sapi kurban di Tegal Senggotan, Tirtonirmolo, Kasihan, ini menyediakan 71 sapi dan baru laku 45 ekor.

"Jadi ada 26 ekor sapi yang belum laku. Karena itu hingga saat ini bisa dikatakan penjualan masih turun, tapi kan Idul Adha masih lama jadi masih ada kesempatan," ucap Yoyok, sapaannya.

Yoyok mengaku mendapatkan puluhan ekor sapi dari Gunungkidul dan Madura. Yoyok pun sempat mengkarantina sapi yang datang selama dua pekan sebelum masuk ke kandang utama.

"Kalau harga ada yang Rp 19 juta dari Madura, tapi yang banyak laku itu sapi yang harga Rp 24 juta dan Rp 25 juta. Untuk harga sapi yang paling mahal Rp 37 juta," katanya.

Yoyok mengaku tidak kesulitan mendapatkan sapi. Sebab, pria yang lama bekerja di Gunungkidul ini sudah punya jaringan petani dan peternak di Bumi Handayani.

"Tidak ada kesulitan barang kok, saya mengambil sapi-sapi ini dari Gunungkidul, khususnya Rongkop, Girisubo hingga Tepus dan juga dari Madura. Tapi dari Madura hanya ambil 10 ekor sapi dulu untuk percobaan," ujarnya.

"Kenapa tidak sulit karena saya sudah ada hubungan emosional dengan mereka, jadi mudah dan tidak ada masalah untuk ketersediaan barang (sapi)," imbuh Yoyok.

Di tempat yang sama, salah seorang penjual kambing di Tegal Senggotan yakni Setiyono mengaku baru menjual 10 ekor kambing. Padahal Setiyono mengaku memiliki 30 ekor kambing.

"Dari 30 ekor baru laku 10 ekor, biasanya baru laku keras kalau masuk seminggu sebelum Iduladha itu. Tapi ya harganya beda kalau dibandingkan beli sekarang," kata Setiyono.

Setiyono mengaku menjual kambing mulai dari Rp 1,8 juta hingga Rp 7 juta per ekor. Sedangkan untuk ketersediaan kambing, Setiyono mengaku tidak ada masalah.

"Tidak ada masalah soal ketersediaan, kambing ini mengambil dari Pasar Muntilan dan dari petani sekitar DIY juga," ucap pria yang sudah 10 tahun berjualan kambing ini.

Pemkab Bantul Pastikan Stok Kurban Aman

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bantul, Joko Waluyo mengaku ketersediaan hewan kurban di Bantul tidak mengalami kendala. Selain itu, untuk memastikan hewan kurban yang masuk sehat DKPP melakukan pemeriksaan ke kandang para penjual hewan kurban secara berkala.

"Untuk posisi ketersediaan hewan kurban kita aman ya. Hanya memang kebanyakan mengambil dari luar Bantul, terus dipelihara di Bantul," ujar Joko.

Terlepas dari hal tersebut, Joko meminta kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan plastik dalam membagikan daging kurban. Semua itu untuk meminimalisir produksi sampah.

"Dalam pembagian daging kurban kami sarankan jangan pakai plastik karena kita sudah repot soal sampah. Jadi kalau bisa wadah daging kurban pakai daun jati, daun pisang atau besek," katanya.




(ams/dil)

Hide Ads