Lasiyo Syaifudin atau Mbah Lasiyo (72) mendapat julukan 'Profesor Pisang' karena keberhasilannya mengembangkan pembibitan pisang. Dia mengungkapkan, rahasianya selama ini adalah penerapan 3M dan 'TUYUL', apa maksudnya?
Warga Padukuhan Ponggok, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul ini menjelaskan bahwa merawat tanaman pisang merupakan hal yang susah-susah gampang. Akan tetapi, jika telah memahami 3M maka semua itu akan terasa gampang.
"Gampang-gampang sulit, gampangnya kalau kita sudah mengetahui. Untuk cara mengetahui maka kita harus mempunyai modal, modalnya 3M," katanya saat ditemui di rumahnya, Rabu (3/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lasiyo menjelaskan, 3M adalah melihat, memahami, dan melaksanakan. Menurutnya, semua itu sangat berhubungan dalam melakukan pembibitan pisang.
"Pertama melihat, memahami dan melaksanakan. Kalau sudah melihat bagaimana cara menanam pisang, lalu kalau sudah bisa dipraktikkan atau menanam terus biar tidak lupa. Itulah modale Mbah Lasiyo," ujarnya.
Selain 3M, Lasiyo juga membeberkan hal lain yang menjadikannya mendapat julukan profesor pisang. Hal lain itu adalah persyaratan yakni memelihara TUYUL.
"Dan modal itu untuk keberhasilan yang lebih bagus lagi ada triknya. Yaitu ada persyaratan, persyaratannya adalah kita memelihara TUYUL," ucapnya.
Ketika ditanya soal TUYUL berhubungan dengan hal gaib, Lasiyo menampiknya. Lasiyo menyebut jika TUYUL adalah singkatan yang menjadi pegangannya dalam mengembangkan usaha pembibitan pisang.
"Kita memelihara tuyul bukan tuyul demit, setan, tapi itu singkatan. T adalah Takwa, U adalah Usaha, Y adalah Yakin, U adalah Ulet atau inovatif, dan L adalah Lincah jika ada pembeli atau tamu harus lebih diutamakan. Jadi yang lainnya merasa senang," katanya.
Secara rinci, Lasiyo menjelaskan bahwa takwa adalah bagaimana berpasrah diri kepada kepada Tuhan. Namun tetap berusaha agar hasil dari pembibitan pisang bisa maksimal bagus.
"Setelah itu kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan apa pun yang kita minta walaupun pemberian itu tidak spontan. Seperti saya dulu ingin naik pesawat terbang dan alhamdulillah saat ini sudah berhasil, bahkan beberapa kali," ujarnya.
Selain itu, Lasiyo mengatakan pentingnya bersyukur dalam segala hal. Salah satunya seperti bersyukur memiliki orang-orang yang selalu mendukungnya dalam pembibitan pisang.
"Lalu saya bersyukur punya banyak teman, rekan yang selalu memberikan dukungan, bimbingan hingga pengarahan. Seperti itulah yang boleh dikatakan membuat keberhasilan saya di masa tua ini," ucapnya.
![]() |
Sudah Siapkan Anak sebagai Penerus
Terkait penerusnya, Lasiyo mengaku sudah mempersiapkan. Penerus usahanya adalah sang anak.
"Sudah ada (penerusnya), anak saya itu," katanya.
Menurutnya, sang anak hingga cucunya kerap membantu saat pembibitan dan penjualan bibit pisang. Lasiyo pun bercerita bahwa bibit yang paling laris saat ini adalah bibit pisang raja, ambon, dan kepok.
"Untuk harga bervariasi, karena ada juga yang semeter harus congkel di kebun. Kalau yang ukuran satu meter itu satu Rp 15 ribu. Tapi kalau bibit Rp 13 ribu dan kalau beli lebih dari 10 harga satuannya jadi Rp 12 ribu," ucapnya.
Sedangkan pembeli bibit pisangnya dari berbagai daerah. Menurutnya, paling jauh adalah dari Banten.
"Kalau antar paling jauh ke Boyolali, kalau antar itu berapa pun dilayani asal ada hitung-hitungan ongkos kirimnya. Kalau yang Banten dan Bandung itu biasanya diambil pembelinya ke sini (rumahnya)," katanya.
Terkait rencana ke depan, Lasiyo mengaku ingin mengembangkan penangkaran bibit pisang. Mengingat untuk melakukan inovasi lainnya memerlukan waktu yang tidak sebentar.
"Rencana saya mau menambah kegiatan, yaitu penangkaran bibit yang secara mirip atau seperti kultur jaringan setelah saya punya sertifikat kompetensi," ujarnya.
"Jadi kalau lainnya belum berani. Karena belum saya uji tiga kali jadi belum bisa saya sampaikan," imbuhnya.
Namun, Lasiyo membocorkan bahwa saat ini tengah mengembangkan nutrisi rasa. Di mana nutrisi rasa itu menggunakan bahan alami.
"Ini baru mencoba membuat nutrisi rasa dengan bahan alami. Jadi nutrisi rasa itu kalau tanaman anggur, belimbing rasanya kecut biar rasanya manis bagaimana," ucapnya.
(apu/rih)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan