Kemenkominfo Beberkan Penyebab Beberapa Daerah Susah Sinyal

Kemenkominfo Beberkan Penyebab Beberapa Daerah Susah Sinyal

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 23 Nov 2023 18:06 WIB
Menara BTS dan Antena TV. 
dikhy sasra/ilustrasi/detikfoto
Ilustrasi sinyal seluler (Foto: Dikhy Sasra)
Jogja -

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyebut hampir 98% area pemukiman di Indonesia telah terlayani sinyal 4G. Meski begitu masih ada saja daerah-daerah yang susah sinyal. Ini penyebabnya.

Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemkominfo, Wayan Toni Supriyanto menyebut daerah yang sudah ter-cover sinyal 4G merupakan daerah permukiman.

"Kita dari coverage daerah pemukiman. kita sebenarnya untuk sinyal 4G itu sudah hampir 98%, itu artinya daerah-daerah pemukiman yang ada pelanggan (seluler)," jelas Wayan usai acara sosialisasi aplikasi Signal Monitoring (Sigmon) di Jogja, Kamis (23/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wayan membeberkan daerah yang susah sinyal atau blank spot tersebut utamanya berada di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar atau daerah 3T. Pasalnya, sinyal seluler sifatnya berbeda dengan sinyal radio.

"Sinyal seluler itu beda sifat dengan sinyal AM ya, kena obstacle (halangan) dia pasti tidak bisa menembus coverage wilayah yang memang ada pemukiman," jelas Wayan.

ADVERTISEMENT

"Memang ada daerah pemukiman yang sedikit dan memang belum ada sinyalnya itu namanya 3T. Memang masih ada banyak blank spot, seperti daerah-daerah perkebunan, daerah yang secara kualitas kontur alamnya itu sebenarnya perkotaan, pinggir laut misalnya," imbuhnya.

Masalah susah sinyal di sebagian wilayah tersebut, menurut Wayan turut menghambat percepatan transformasi digital di seluruh wilayah Indonesia yang sedang digaungkan Kemenkominfo.

Ia melanjutkan, ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Salah satunya menambah tower Base Transceiver Stasion (BTS) atau tower sinyal seluler.

"Memang sebenarnya harus nambah BTS atau ditambah repeater. Mungkin BTS-nya menggunakan satelit. Itu solusi teknologi sebenarnya," ungkapnya.

Upaya lain yang sedang dilakukan oleh Kemenkominfo yakni melibatkan pelanggan seluler untuk mengetahui titik mana yang sinyalnya susah dengan menggunakan aplikasi Signal Monitoring (Sigmon).

Wayan mengungkapkan aplikasi hasil kerja sama dengan Pusat Monitoring Telekomunikasi Pos dan Penyiaran (PMT) ini berfungsi sebagai pendeteksi awal. Ketika semakin banyak yang menggunakan, maka semakin mudah melakukan penetrasi secara real time untuk mengetahui kualitas layanan internet seluler di sejumlah wilayah.

"Makanya kita sosialisasi (aplikasi Sigmon) ke pemda, pemkab, dan pemkot harapannya pegawai mereka bisa memakai dan membantu," jelasnya.

Sosialisasi ini dilakukan bertahap dengan pertama kali digelar di Jakarta menyasar 100 Dinas Kominfo kabupaten/kota, kemudian bergeser ke Jogja dengan jumlah peserta yang sama.

Selanjutnya akan digelar di Bali, Sumatera, dan Sulawesi. Tujuannya agar semakin banyak pengguna aplikasi Sigmon, sehingga Kemenkominfo bisa memantau kecepatan layanan internet.

Sementara itu, Ketua Tim Pusat Monitoring Telekomunikasi, Indra Apriadi menyampaikan Sigmon sudah dilengkapi dengan fitur yang berfungsi untuk mengetahui sinyal siapa saja dan penyelenggara fixed broadband apa saja yang ada di titik tertentu.

Dari penggunaan aplikasi tersebut, Indra mengungkap, pihaknya bisa dapat langsung memonitor dan langsung mengetahui di mana lokasi sinyal yang bermasalah.

"Tindak lanjut penyelesaiannya saat kami menerima sampel data (dari aplikasi Sigmon) itu tergantung dari masalahnya. Jadi ada yang cepat ada juga yang tidak," ungkapnya.




(rih/dil)

Hide Ads