Sebagian masyarakat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dengan berbagai tradisi. Di antaranya ziarah ke makam atau upacara adat.
Di beberapa daerah, peringatan Maulid diisi dengan berziarah ke makam pemuka agama atau sesepuh dan juga ke keluarga atau kerabat dekat. Sementara di Jogja, ada beberapa tradisi, salah satunya Sekaten yang digelar Keraton Jogja.
Tradisi-tradisi itu ada yang membutuhkan bunga. Lalu, seperti apa kondisi penjualan bunga tabur di Jogja jelang Maulid Nabi Muhammad SAW kali ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Kota Jogja, salah satu sentra bunga tabur berada di Pasar Kranggan, Jalan Pangeran Diponegoro. Pantauan tim detikJogja, Rabu (27/9/2023), para pedagang bunga tabur berjualan di bagian depan Pasar Kranggan. Terlihat penjual bunga menjajakan dagangannya menggunakan bakul dan nampan.
![]() |
Kondisi di sentra bunga Pasar Kranggan terlihat sepi pembeli. Penjual bunga tabur, Widi (43) mengatakan tidak banyak perbedaan jumlah pembeli di banding hari-hari biasa.
"Nggak pengaruh Sekaten, biasa aja," jelas Widi, Rabu (27/9).
Hal senada dikatakan penjual lainnya, Suparmi (60). Ia merasa tidak begitu banyak pembeli bunga dagangannya. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan tahun lalu, masih lebih banyak pembeli bunga pada tahun ini.
"Ramai sekarang, kemarin COVID nggak ada yang beli bunga," ujar Suparmi, Selasa (26/9).
![]() |
Suparmi mengatakan bahwa ia hanya menyediakan stok bunga seperti biasanya, tidak melebihkan meskipun menjelang peringatan Maulid. Salah satu alasannya adalah bunga yang dijual belum tentu akan habis dalam sehari.
"Kadang-kadang habis, kadang-kadang masih. Nek (kalau) nggak habis dimasukkan ke es, awetnya empat hari," jelasnya.
Terkait harga bunga tabur, saat ini tidak ada kenaikan. Berbeda ketika menjelang Idul Fitri, harga bunga dalam satu nampan bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
"Kalau Lebaran itu mahal, 150 ribu sampai 200 ribu, kalau hari biasa 35-40 ribu satu tempat," papar penjual bunga tabur lainnya, Sumirah (60), Selasa (26/9).
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar dan Elisabeth Meisya peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rih/apl)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang