Serba-serbi Sekaten yang Digelar Keraton Jogja

Serba-serbi Sekaten yang Digelar Keraton Jogja

Tim detikJogja - detikJogja
Sabtu, 23 Sep 2023 06:00 WIB
Ada tradisi menarik yang diselenggarakan Keraton Yogyakarta untuk memeriahkan Idul Adha setiap tahunnya. Tradisi itu adalah Grebeg Besar. Penasaran? Yuk, lihat.
Garebeg Besar Keraton Jogja (Foto: Antara Foto/Andreas Fitri Atmoko)
Jogja -

Keraton Jogja tahun ini kembali menggelar rangkaian acara tahunan Hajad Dalem Sekaten, memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Rangkaian Sekaten digelar mulai Kamis (21/9) malam.

Rangkaian Acara

Pelaksanaan Sekaten akan digelar sepekan mulai Kamis, 21 September 2023 hingga Kamis, 28 September 2023. Acara ini ditandai dengan dikeluarkannya sepasang Gamelan Sekati yakni Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK Nagawilaga dari dalam Keraton Jogja. Kedua gamelan ini akan diletakkan di Pagongan Masjid Gedhe dan akan ditabuh selama kurun waktu tersebut.

Selanjutnya pada prosesi Garebeg Mulud, Penghageng II KHP Widya Budaya KRT Rintaiswara menjelaskan dilakukan dengan iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti, Kamandungan Lor, akan dibawa oleh Kanca Abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe. Di Masjid Gedhe, setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan," terang KRT Rintaiswara melalui keterangan tertulis yang diterima detikJogja, Kamis (21/9/2023).

Kanjeng Rinta, sapaannya, menambahkan sebelum dilakukan prosesi Garebeg Mulud, terlebih dulu akan dilakukan prosesi Numplak Wajik.

ADVERTISEMENT

"Pelaksanaannya di Panti Pareden, Kompleks Magangan pada Senin (25/9) selepas (bakda) asar akan dipimpin oleh Putra Dalem. Sementara untuk Gladi Resik Prajurit akan berlangsung Minggu (24/9) mulai pukul 15.30 WIB," lanjutnya.

Sementara itu, terdapat 10 bregada prajurit Keraton Jogja yang akan mengawal gunungan yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan.

Selanjutnya untuk gunungan Pura Pakualaman akan dikawal oleh Prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir.

Terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan pada prosesi pelaksanaan Garebeg Mulud. Kelima jenisnya adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.

"Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari Keraton sesuai dengan urutan tadi," tambah Kanjeng Rinta.

Akan ada tiga Gunungan Kakung, peruntukannya masing-masing untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu buah dan ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.

"Penambahan dua Gunungan Kakung ini, dilakukan pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X," tambahnya.

Jadwal Rangkaian Sekaten

Berikut adalah jadwal rangkaian acaranya:

  • Kamis, 21 September 2023, pukul 19.00 WIB-selesai
    Miyos Gangsa (Diawali Pembagian Udhik-udhik oleh Putra Dalem)
    Kagungan Dalem Bangsal Pancaniti (Pelataran Kamandungan Lor/Keben)
  • Minggu, 24 September 2023, pukul 06.30 WIB-selesai
    Gladi Resik Prajurit Jelang Garebeg Mulud
    Kagungan Dalem Pelataran Kamandungan Kidul-Pagelaran
  • Senin, 25 September 2023, pukul 15.00-17.00 WIB
    Hajad Dalem Numplak Wajik
    Panti Pareden, Kompleks Magangan, Keraton Yogyakarta
  • Rabu, 27 September 2023, pukul 18.30 WIB-selesai
    Kondur Gangsa (Diawali Pembagian Udhik-udhik oleh Ngarsa Dalem dan Pembacaan Riwayat Nabi Muhammad SAW)
    Kagungan Dalem Masjid Gedhe - Keraton Jogja
  • Kamis, 28 September 2023, pukul 08.00-12.00 WIB
    Hajad Dalem Garebeg Mulud
    Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran - Kagungan Dalem Masjid Gedhe Keraton Jogja
  • Kamis, 28 September 2023, pukul 19.00 WIB-selesai
    Bedhol Songsong Pementasan Wayang Kulit
    Lakon Mahabarata Lampahan Pandawa Mahabhiseka
    Dalang: M. Riyo Cermokondhowijoyo
    Kagungan Dalem Tratag Bangsal Pagelaran Keraton Jogja

Keseluruhan rangkaian agenda di atas bersifat terbuka untuk umum dan dapat disaksikan oleh umum serta disiarkan melalui Instagram live @kratonjogja. Adapun untuk agenda Bedhol Songsong akan disiarkan secara live streaming melalui YouTube Keraton Jogja.

Tak Gelar Pasar Malam Perayaan Sekaten

Keraton Jogja kembali gelar rangkaian acara Hajad Dalem Sekaten, memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun, pasar malam sekaten tidak akan digelar tahun ini.

Tepas Tanda Yekti Keraton Jogja, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tirtawijaya mengatakan alasan ditiadakannya pasar malam sekaten lantaran pihak Keraton ingin mengembalikan marwah sekaten.

"Sebenarnya Keraton sedang berusaha mengembalikan roh-nya sekaten. Kalau melihat sejarahnya, Keraton Jogja itu melakukan syiar budaya dengan berbagai macam hal salah satunya sekaten," jelas Kanjeng Tirta dalam jumpa pers di kompleks Kepatihan, Jumat (22/9).

Kanjeng Tirta mengatakan Hajad Dalem Sekaten dengan pasar malam adalah hal yang berbeda bagi keraton.

"Karena sudah mindset-nya masyarakat bahwa sekaten itu intinya pasar malem, sebenarnya tidak. Itu adalah dua hal berbeda," lanjutnya.

Kanjeng Tirta pun menerangkan awal mula adanya pasar malam saat Hajad Dalem Sekaten. Ia menceritakan Hajad Dalem Sekaten merupakan syiar agama Islam. Dengan Miyos Gangsa sebagai pembuka acara dan diakhiri dengan Kondur Gangsa.

"Jadi pada waktu itu penganut agama Islam memang tidak terlalu banyak di wilayah kita. Jadi dengan adanya sekaten masyarakat berbondong-bondong menuju tempat tersebut," terang Kanjeng Tirta.

"Pada saat itu masyarakat kurang hiburan atau belum banyak hiburan, sangat minim. Nah adanya sekaten ini dijadikan wahana atau wadah untuk syiar penyebaran agama Islam pada waktu itu," lanjutnya.

Lalu pada saat masa kolonial Belanda, lanjut Kanjeng Tirta, Belanda selalu khawatir jika ada perkumpulan masyarakat. Terlebih jika acara tersebut diadakan oleh pihak Keraton Jogja.

Oleh karena itu, Hajad Dalem Sekaten pada waktu itu dianggap ancaman oleh Belanda. Untuk itu, Belanda membuat siasat untuk memecah kerumunan masyarakat dengan membuat Pasar Malam.

"Belanda pada waktu itu sangat takut pada kegiatan yang ada di Keraton, setiap ada perkumpulan selalu curiga," jelas Kanjeng Tirta.

"Akhirnya membuat siasat, untuk acara sekaten ini fokusnya dipisah dengan adanya pasar malam, jadi fokusnya tidak di sekaten lagi, mereka akan terpecah fokusnya di pasar malam," tutupnya.

Larangan bagi Pengunjung

Keraton Jogja berlakukan sejumlah larangan saat pelaksanaan Hajad Dalem Sekaten yang telah dimulai Kamis (21/9) malam. Adapun sejumlah larangan tersebut guna kelancaran seluruh rangkaian acara sekaten.

1. Klir Area di Sejumlah Titik

Pengelola Data dan Informasi Kawedanan Tepas Tanda Yekti Keraton Jogja, KMT Tirtawijaya menuturkan titik-titik klir area berlaku saat prosesi Garebeg Gunungan Mulud.

Adapun titik-titik tersebut, tepatnya mulai dari kawasan Kamandungan Kidul, Magangan hingga Keben. Ketiga area tersebut juga masih masuk dalam area Kedaton Karaton.

"Kamandungan Kidul terus di Magangan sampai di area Keben itu klir area dari penonton jadi karena itu posisinya masih di dalam Kedaton. Proses ini sakral, ini akan dijaga mulai di event ini," jelas Kanjeng Tirta saat jumpa pers di Kompleks Kepatihan, Jumat (22/9).

"Jadi untuk pengunjung penonton yang akan menyaksikan prosesi jalannya Garebeg Mulud bisa di titik Pagelaran di Masjid Gedhe, di jalan sepanjang Malioboro maupun di sepanjang jalan Rotowijayan," sambungnya.

2. Dilarang Menerbangkan Drone

Keraton juga memberlakukan no flight zone atau zona tanpa drone yang berlangsung mulai Kamis (21/9) hingga prosesi Sekaten berakhir pada Kamis (28/9) di seluruh lokasi penyelenggaraan Sekaten. Larangan ini dikuatkan dengan diterbitkannya NOTAM oleh Airnav Jogja.

"Drone ini sangat mengganggu jalannya prosesi," terang Kanjeng Tirta.

Selain itu, akan ada dua ekor gajah yang mengawal pasukan dan gunungan ke Puro Pakualaman. Kanjeng Tirta mengatakan suara bising baling-baling drone akan membuat gajah panik.

"Ternyata gajah itu kalau mendengar suara drone seperti kumbang, itu akan bikin gajah itu tidak nyaman. Makanya pelarangan itu yang saya dapatkan dari pawang gajahnya. Karena sangat mengganggu, ditakutkan gajah akan mengamuk di lokasi tersebut," ujarnya.

3. Dilarang Membuka Payung

Selain gajah, akan ada pengawalan dari pasukan kuda. Larangan membuka payung diberlakukan saat barisan bregada kuda melintas. Menurut Kanjeng Tirta, payung yang terbuka akan menakuti kuda.

Larangan membuka payung ini sejatinya telah diberlakukan setiap penyelenggaraan Garebeg. Namun masih ada saja warga yang membuka payung saat menyaksikan prosesi Garebeg.

"Kuda takutnya dengan payung, makanya pada waktu itu jangan sampai ada yang membuka payung. Memang dari sekuriti Keraton bilang jangan buka payung karena kuda sangat takut dengan lingkaran payung karena merusak konsentrasi dan ditakutkan mengamuk," ujarnya.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads