Sempat ramai dibahas pada pertengahan 2024 lalu, perbincangan soal gempa megathrust kembali memenuhi media sosial jelang akhir tahun 2025. Lantas, benarkah Indonesia terancam potensi megathrust?
Dirujuk dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), megathrust adalah zona tempat dua lempeng tektonik bertemu dalam kondisi subduksi. Artinya, salah satu lempeng berada di bawah lempeng lain.
Posisi demikian menyebabkan penumpukan energi yang sewaktu-waktu bisa lepas. Ketika lepas, terjadilah gempa megathrust yang memiliki magnitudo besar, di atas 8.0. Gempa ini dapat terasa di wilayah-wilayah sepanjang patahan maupun tempat pertemuan lempeng tektonik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa megathrust pernah kejadian tahun 2004 silam, tepatnya tanggal 26 Desember di Aceh dengan kekuatan 9.1-9.3 skala Richter. Gempa itu dipicu subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Gempa megathrust ini diikuti tsunami setinggi puluhan meter yang menyebabkan kerusakan parah.
Akankah gempa serupa kembali terulang? Atau informasi seputar megathrust hanyalah isapan jempol belaka? Simak informasi gempa megathurst hoax atau fakta selengkapnya melalui uraian berikut.
Poin Utamanya:
- Gempa megathrust terjadi akibat energi yang dilepaskan lempeng tektonik.
- Ada 13 segmen megathrust di Indonesia. Beberapa sudah lama tidak melepaskan energi, seperti segmen Mentawai-Siberut.
- Mempelajari mitigasi bencana dan menyiapkan tas siaga bencana dapat dilakukan sebagai bentuk persiapan.
Gempa Megathrust Hoax atau Fakta?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Instagramnya, @infobmkg, mengunggah informasi soal gempa megathrust. Dijelaskan bahwa Indonesia memiliki 13 segmen megathrust yang tersebar dari ujung barat sampai timur. Ini daftar dan potensi magnitudonya:
- Megathrust Aceh-Andaman: Magnitudo 9,2
- Megathrust Nias-Simeulue: Magnitudo 8,7
- Megathrust Batu: Magnitudo 7,8
- Megathrust Mentawai-Siberut: Magnitudo 8,9
- Megathrust Mentawai-Pagai: Magnitudo 8,9
- Megathrust Enggano: Magnitudo 8,4
- Megathrust Selat Sunda: Magnitudo 8,7
- Megathrust West-Central Java: Magnitudo 8,7
- Megathrust East Java: Magnitudo 8,7
- Megathrust Sumba: Magnitudo 8,5
- Megathrust North Sulawesi: Magnitudo 8,5
- Megathrust Philippine: Magnitudo 8,2
- Megathrust Papua: Magnitudo 8,7
Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya ancaman gempa megathrust memang berpotensi ada. Hanya saja, waktu terjadinya tidak bisa diketahui karena sampai sekarang belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara presisi, baik dari segi waktu, lokasi, maupun kekuatannya.
"Bencana gempa megathrust memang ada potensi di wilayah Indonesia, namun saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan terjadi gempa besar jadi jangan dimaknai secara keliru," terang BMKG di kolom komentar.
Diketahui, beberapa segmen megathrust Indonesia sudah lama tidak melepaskan energi. Contohnya, segmen di Selat Sunda terakhir kali melepaskan energi yang berakhir dengan gempa pada 1757. Sementara itu, segmen Mentawai-Siberut belum aktif sejak 1797.
Mitigasi Gempa Megathrust
Sebagai bentuk persiapan, masyarakat perlu mengetahui mitigasi alias apa-apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat. Salah satunya adalah menyiapkan sejak sekarang tas siaga bencana.
Dilansir laman resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pangkal Pinang, tas siaga bencana mesti berisikan:
- Dokumen penting yang dibungkus plastik tahan air. Contoh dokumen penting adalah fotokopi KTP, KK, paspor, dan akta kelahiran. Masukkan juga sertifikat tanah, asuransi, dan surat nikah.
- Air minum minimal 3 liter per orang untuk 3 hari. Prioritaskan dalam kemasan kecil sehingga mudah dibawa.
- Makanan tahan lama, seperti hidangan kalengan, protein bar, dan biskuit. Fokuskan pada makanan yang tidak butuh disiapkan dengan rumit.
- Obat-obatan pribadi.
- Perlengkapan pertolongan pertama. Contohnya, perban, plester, dan obat antiseptik.
- Pakaian ganti yang nyaman, selimut cadangan, dan jaket.
- Lampu senter dan baterai cadangan. Selain senter, alternatifnya adalah lampu dengan tenaga surya atau lampu yang bisa diisi menggunakan tenaga tangan.
- Alat komunikasi dan perangkat pendukungnya. Apabila tas masih cukup, simpan juga radio kecil untuk sewaktu-waktu mendengar informasi dari pihak berwenang.
- Peluit.
- Masker, sarung tangan, dan jas hujan ringan untuk melindungi diri dari cuaca ekstrem.
- Uang tunai dalam pecahan kecil.
- Alat serbaguna, seperti pisau lipat, gunting, dan pembuka kaleng.
detikers juga perlu mempelajari mitigasi bencana gempa bumi secara umum. Diringkas dari situs BPBD Provinsi Jogja, ketika gempa terjadi, yang harus dilakukan adalah:
- Bila berada di dalam ruangan, berlindunglah di bawah meja. Lindungi kepala dengan bantal atau helm. Setelah aman, segera keluar.
- Hindari berdiri dekat tiang, pohon, sumber listrik, atau gedung yang mungkin roboh.
- Jangan keluar bangunan menggunakan lift, alih-alih, pergi lewat tangga darurat.
- Apabila sedang menyetir mobil, segera tepikan kendaraan di bahu kiri jalan, lalu berhenti.
Adapun pasca gempa bumi berhenti, ini mitigasinya:
- Ikuti instruksi dari petugas berwenang yang diumumkan melalui pengeras suara.
- Jika berada di pesisir pantai dan mendengar peringatan dini tsunami, segera evakuasi ke tempat tinggi.
- Tetap waspada akan kemungkinan gempa bumi susulan.
- Cek api atau potensi bencana kebakaran.
- Berdiri di tempat terbuka, jauh dari gedung atau instalasi listrik-air.
- Bila berada di daerah tebing, hindari daerah yang rawan longsor.
Mengenai informasi dari BMKG di atas, detikers diimbau tidak panik secara berlebihan. Yang terpenting, siapkan tas siaga bencana dan pelajari mitigasi megathrust. Kemudian, lakukan aktivitas harian secara normal dengan secara berkala mengecek informasi resmi.
Demikian penjelasan ringkas mengenai gempa megathrust hoax atau fakta di Indonesia. Semoga bermanfaat!
(sto/afn)












































Komentar Terbanyak
Termasuk Roy Suryo, Ini Daftar 8 Tersangka Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Peran Roy Suryo cs Tersangka Kasus Ijazah Jokowi: Editing-Manipulasi Digital
Penjelasan Gus Elham soal Viral Video Cium Anak di Panggung