Sejarah tak selalu tertulis rapi di atas prasasti. Dia bisa tertanam dalam genangan sawah, tersembunyi di balik rimbunnya pohon preh, dan paling utama tersimpan rapi dalam ingatan para sesepuh.
Pun demikian Padukuhan Diro yang terletak di Kalurahan Sendangmulyo, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman. Tak ada literatur pasti soal bagaimana Diro dahulu ada. Tapi, Diro hari ini dikenal sebagai sentra kerajinan besek yang sibuk. Selain sebagai salah satu wilayah penghasil padi.
Menyibak sejarah Diro, berarti mengurai kembali benang ingatan dan merajut narasi lisan. Dari generasi ke generasi, warisan narasi soal sejarah Diro coba terus dirawat. Hingga sampai pada seorang Wardi Utomo (88).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Narasi lisan turun temurun itu yang kemudian menghubungkan tempat asal Wardi dengan: Majapahit, perang, hingga mitos-mitos lain.
"Itu sejarahnya, tidak tahu benar atau tidak. Tapi cerita dari simbah seperti itu," kata Wardi saat ditemui di rumahnya. Tentu jawaban Wardi tidak menggunakan bahasa Indonesia melainkan menggunakan Bahasa Jawa.
Wardi mengaku sebagai satu-satunya sesepuh kampung dan penutur sejarah yang tersisa. Di usianya yang hampir satu abad itu, dia menggali lagi memori untuk menuturkan sejarah leluhurnya.
Wardi Utomo (88), sesepuh kampung, menunjukkan sendang Beji yang menjadi saksi sejarah berdirinya Padukuhan Diro, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Rabu (12/11/2025) Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja |
Sejarah terbentuknya Padukuhan Diro erat kaitannya dengan sejarah Majapahit. Konon, Diro dulunya nama kerajaan. Sundiro, namanya. Tapi di kesempatan lain, Sundiro, oleh Wardi disebut sebagai patih di Majapahit. Di kesempatan lain disebut sebagai Bupati.
"(Dulu) Kerajaan Sundiro. Tilase (jejaknya) keraton itu ada di sana," ujarnya. Wardi menunjuk ke selatan, arah jalan utama menuju Kantor Kalurahan Sendangmulyo dan menegaskan bahwa di situlah dulu berdiri istana Kerajaan Sundiro.
Nama 'Diro' sendiri, menurut penuturan turun-temurun, berasal dari peristiwa bersejarah. Konon, Patih Sundiro yang berasal dari Majapahit terlibat pertempuran di wilayah yang kini dikenal sebagai Padukuhan Prapak. Tak jauh dari Padukuhan Diro.
Patih tersebut gugur dalam pertempuran tersebut. Kematian Sundiro inilah yang kemudian dikenang dan melekat menjadi cikal bakal nama wilayah. Yang kemudian oleh Kyai Rogo wilayah itu dinamakan Diro.
"Aslinya (pendiri) Diro itu Kyai Rogo. Yang nurunke cikal bakal sini, yang nurunke Diro (yang jadi pendiri Diro)," ujarnya.
Diro tidak hanya menyimpan kisah kerajaan, tetapi juga narasi mistik yang diwakili oleh sosok Eyang Bagus Jawal. Dia dikenal sebagai sosok pepundhen atau leluhur yang dihormati yang bersemayam di gunung Blimbingan letaknya separuh di Dusun Diro, separuh di Dusun Blimbingan.
Eyang Bagus Jawal dikenal memiliki satu set gamelan lengkap. Dikisahkan, di gunung Blimbingan terdapat pohon tanjung. Di pohon itulah Eyang Bagus Jawal menggantung gamelan.
Sendang Beji yang menjadi saksi sejarah berdirinya Padukuhan Diro, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Rabu (12/11/2025) Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja |
"Di gunung blimbingan itu juga ada sendang. Di situ ada pohon Tanjung. Itu tempat untuk menggantungkan gamelan," ujarnya. "Ning gamelane sak niki nggih ilang. Kirang pirsa teng pundi (tapi gamelannya sekarang hilang, tidak tahu di mana)," kenang Wardi.
Konon, jika warga Diro atau Blimbingan hendak meminjam instrumen untuk suatu acara misalnya gender atau barong-mereka cukup 'menjawab' (memohon) di sana, dan instrumen tersebut akan tampak. "Tapi itu cerita dari simbah saya," ujarnya.
Hingga kini, sendang di gunung Blimbingan masih rutin dibersihkan menjelang peringatan 17 Agustus, sebuah tradisi bersih desa yang menunjukkan penghormatan terhadap Eyang Bagus Jawal.
Tapi, Wardi mengatakan ada dua peninggalan lain yang menegaskan sejarah Diro. Sendang Beji. Di seputaran sendang tersebut, memang ditemukan puing batuan. "Dulu ada dua arca di sini, tapi sekarang sudah hilang," katanya.
"Sini juga kalau 17 Agustus dibersihkan. Sama kaya yang di Blimbingan," imbuh dia.
Ada satu lagi peninggalan lain. Di dekat Sendang Beji, terdapat sebuah cungkup. "Cungkup itu ceritanya untuk menjemput pengantin baru," ujarnya.
Sejarah selalu terbentuk dengan banyak versi. Bentuk cerita selanjutnya datang dari Dukuh Diro, Stefanos Sunarto. Sudut pandang yang dibuat setelah mendapat konsensus dan kini tertuang dalam narasi di laman resmi kalurahan.
Hampir sama, tapi berbeda dengan kisah yang dituturkan Mbah Wardi. Narto, begitu dukuh itu disapa, menyebut Padukuhan Diro merupakan sebuah kerajaan. Konon, hal itu diperkuat dengan keberadaan sendang di wilayah Diro dan petilasan yang ada di situ.
"Keberadaan Sendang Beji di Padukuhan Diro terkait erat dengan keberadaan petilasan Kyai Tunggul Wulung," kata Narto.
Diduga, Ki Ageng Tunggul Wulung adalah keturunan dari Prabu Brawijaya V. Kyai Tunggul Wulung adalah pengawal Raden Bondan Kejawan.
"Keduanya berasal dari Majapahit yang melarikan diri hingga wilayah ini. Pelariannya dari Majapahit itu sempat mendirikan pesanggrahan di wilayah Diro. Pusat dari istana kecil itu berada di sekitar Sendang Beji Diro," ucapnya.
Narasi ini didukung oleh temuan fisik. Narto juga mencatat bahwa di sekitar Sendang Beji dahulu ditemukan arca-arca dan puing batuan yang membentuk struktur seperti candi, bukti peninggalan era lampau.
Adapun cungkup di dekat Sendang Beji, menurut versinya diduga adalah makam dari seorang ronggeng.
Terlepas dari adanya perbedaan sejarah itu, Diro hari ini tetaplah daerah yang disibukkan dengan anyaman bambu. Yang juga hidup sebagai Desa Wisata Diro.














































Komentar Terbanyak
Termasuk Roy Suryo, Ini Daftar 8 Tersangka Kasus Tudingan Ijazah Palsu Jokowi
Peran Roy Suryo cs Tersangka Kasus Ijazah Jokowi: Editing-Manipulasi Digital
Museum Soeharto Gelar Doa Bersama Jelang Pengumuman Gelar Pahlawan