Massa Jogja Memanggil Gelar Aksi Tolak Soeharto Jadi Pahlawan

Massa Jogja Memanggil Gelar Aksi Tolak Soeharto Jadi Pahlawan

Adji G Rinepta - detikJogja
Senin, 10 Nov 2025 13:09 WIB
Aksi Massa menolak Soeharto jadi pahlawan nasional di depan Monumen TKR, Senin (10/11).
Aksi Massa menolak Soeharto jadi pahlawan nasional di depan Monumen TKR, Senin (10/11). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Sejumlah massa yang mengatasnamakan diri Jogja Memanggil menggelar aksi di depan Munomen Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Gondokusuman, Kota Jogja. Mereka menolak penetapan Presiden kedua RI Soeharto menjadi pahlawan nasional.

Pantauan detikJogja, massa mulai berkumpul di depan monumen sekitar pukul 10.30 WIB. Mereka kemudian membentangkan poster-poster dan spanduk bertuliskan 'Soeharto Bukan Pahlawan'. Setelahnya, mereka bergantian meneriakkan orasi.

Massa juga membawa poster bergambar foto mendiang wartawan Udin, wartawan Harian Bernas yang meninggal Agustus 1996 lalu. Poster yang juga bertulis 'Dibunuh karena Berita' itu dipajang di bawah batu peresmian TKR.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru bicara aksi, Bung Koes, mengatakan penolakan penobatan Soeharto menjadi pahlawan ini tak lepas dari sejarah kelam yang diukir pada masa orde baru. Puncaknya, pada Mei 1998 silam rezim Soeharto dilengserkan oleh rakyat.

ADVERTISEMENT

"Hal ini sungguh disayangkan, jelas secara historis pada tahun 98 rakyat tumpah ruah di berbagai kota termasuk di Jogja terjadi protes besar untuk menuntut Soeharto turun dari jabatannya," jelas Bung Koes di sela aksi, Senin (10/11/2025).

"Ini artinya penguasa hari ini yakni rezim Prabowo-Gibran sedang menantang rakyat, dalam arti seolah-olah suara rakyat hanya bunyi-bunyi aja. Bukan merupakan sebuah bentuk dari upaya terus menjaga kewarasan dan terus merawat demokrasi, terus menjaga kehidupan HAM dan perjuangan lainnya," imbuhnya.

Monumen TKR sendiri tepat berada di seberang kantor DPD Partai Golkar DIY. Pemilihan tempat aksi ini, menurut Bung Koes, karena dua entitas tersebut sangat merepresentasikan Soeharto.

"Bagaimana saat Soeharto berkuasa, militer digunakan sebagai alat gebuk rakyat, sebagai upaya untuk tetap berkuasa lewat cara-cara kekerasan," papar Bung Koes.

"Golkar merupakan alat politik Soeharto untuk melenggangkan segala kebijakannya. Maka, kami mengadakan aksi di depan museum TNI dan Golkar merupakan bentuk simbolik bahwa dua entitas atau tempat ini merupakan alat penindas rakyat pada masa soeharto dahulu," sambungnya.

Aksi kemudian ditutup dengan pernyataan sikap yang berisi:

Upaya mengangkat Harto hari ini adalah genderang perang penguasa versus rakyat. Ini dibarengi dengan pelemahan sistematis: RUU HAM yang dilemahkan, pers yang dibungkam (seperti gugatan Mentan terhadap Tempo), dan Revisi UU TNI yang mengembalikan militer ke politik. Untuk itu, Jogja Memanggil menyerukan:

1. Harto bukan pahlawan!

2. Tolak RUU HAM!

3. Tegakan perlindungan pers!

4. Batalkan Revisi UU TNI, tarik militer ke barak!

5. Berikan pendidikan gratis, bukan makan beracun gratis!




(afn/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads