Wanti-wanti Dinkes soal Bahaya Daging Anjing: Kematian Akibat Rabies 100%

Wanti-wanti Dinkes soal Bahaya Daging Anjing: Kematian Akibat Rabies 100%

Adji G Rinepta - detikJogja
Kamis, 30 Okt 2025 08:59 WIB
Ketahuan Makan Daging Anjing di Rumahnya, Pria di Β Ini Dipenjara
Ilustrasi. Foto: Ilustrasi iStock
Jogja -

Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY membeberkan bahayanya mengonsumsi daging anjing menyusul maraknya warung olahan daging anjing di Bantul. Dinkes menyebut ada ancaman virus rabies yang tingkat kematiannya bagi pengonsumsinya mencapai 100%!

Plt Kepala Dinkes DIY, Akhmad Akhadi, memaparkan resiko penularan penyakit atau transmisi yang paling fatal akibat mengonsumsi daging anjing adalah rabies.

Pasalnya, kata Akhmad, virus rabies terdapat pada otak, daging,serabut saraf, dan kelenjar ludah pada anjing. Bahkan kalaupun anjing itu sudah mati, virus rabies juga masih bisa menularkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mekanisme penularan rabies itu adalah berpindahnya virus dari hewan penular ke manusia. Kalau dengan disembelih, dipukul, ya itu kemudian juga berisiko menularkan," paparnya saat dihubungi, Rabu (29/10/2025).

"Ketika dia mengambil otaknya, kemudian memegang dagingnya, dagingnya itu ada serabut saraf, kemudian masuk ke tubuh kita melalui mikro laserasi namanya, luka-luka kecil di tangan itu sudah bisa menularkan," sambung Akhmad.

ADVERTISEMENT

Menurut Akhmad, penularan virus, kuman, cacing, dan parasit itu justru terjadi paling besar pada saat mengolah daging, termasuk rabies. Yang paling berbahaya lagi, ternyata tingkat kematian akibat Rabies mencapai 100%.

"Sehingga itu beresiko pada saat mengolahnya. Resiko kedua pada saat kemudian memakannya, ketika makanan itu dimasak kurang matang," ungkapnya.

"Rabies, case vatality rate, angka kematian akibat rabies itu 100%, jadi orang kena rabies itu pasti meninggal," tegas Akhmad.

Selain Rabies, lanjut Akhmad, pada daging anjing juga terdapat cacing pita dan parasit lain. Seperti Tania Spesies, Trisinella, dan Toksokara. Resiko ketiga, ada ancaman Leptospirosis.

"Jadi Leptospirosis tidak saja kemudian ditularkan melalui tikus, tapi juga bisa ditularkan melalui mamalia lain, termasuk adalah anjing," ungkap Akhmad.

"Kemudian ada resiko penularan bakteri, contohnya Salmonella, E Coli, Stafilokokus Aureus. ini kalau kena pertama kali masuk ke kita melalui apa yang kita makan, reaksinya itu seperti keracunan makanan," imbuhnya.

Selain resiko-resiko di atas, Akhmad melanjutkan, kebanyakan anjing yang dikonsumsi masyarakat berasal dari anjing liar atau anjing yang dipelihara tanpa perlakuan untuk membuat hewan peliharaan menjadi sehat.

"Jadi dagingnya itu, di samping punya kuman segala macam, dan kalaupun mereka liar, yang kita nggak tahu makan apa saja sehingga berbahaya, ada zat-zat kimia juga yang dimakan oleh anjing itu," pungkasnya.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads