Istri diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan, Meta Ayu Puspitantri, akhirnya tampil di hadapan publik. Ia meminta supaya kasus kematian suaminya bisa diusut secara transparan.
Untuk diketahui, Arya Daru Pangayunan (39) ditemukan tewas dalam kamar kosnya di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Jasad korban ditemukan pertama kali oleh penjaga kos pada Selasa (8/7) pukul 08.30 WIB. Saat ditemukan kepala korban dalam kondisi terlilit lakban.
Dalam konferensi pers yang digelar di Kotagede, Jogja, Pita, panggilan Meta Ayu, meminta kepada Presiden Prabowo Subianto maupun Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memberi atensi kepada pengusutan kasus mendiang suaminya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepada bapak Presiden, bapak Kapolri dan Menteri Luar Negeri, saya hanya bisa berharap dan memohon untuk kasus ini dapat selesai dengan baik, jujur dan transparan," kata dia, Sabtu (27/9/2025).
Pita meminta adanya kejelasan karena Daru merupakan orang yang sangat berharga baginya maupun orang tua almarhum. Ia juga meminta penanganan kasus kematian Arya Daru menggunakan hati nurani.
"Saya masih percaya Allah itu menciptakan hari nurani di dalam hati masing-masing orang. Hakikatnya Allah menciptakan hari nurani di hati masing-masing setiap orang," ucapnya.
"Saya mewakili diri saya dan keluarga dan anak-anak berharap semoga hati nurani itu tidak sepenuhnya dihilangkan. Karena itu berarti anda mengelak dari apa yang sudah baik yang sudah diciptakan Allah SWT," lanjut Pita.
![]() |
Pengacara Ungkap Teror yang Dialami Keluarga Daru
Penasihat hukum keluarga Arya Daru, Nicholay Aprilindo, mengungkap sejumlah teror yang dialami keluarga mendiang. Pertama pada tanggal 9 Juli sekitar pukul 21.00 WIB. Di mana saat itu pihak keluarga mendapatkan amplop yang berisi styrofoam bunga Kamboja, hati dan bintang usai menggelar tahlilan.
"Kedua, makam almarhum pada tanggal 27 Juli diacak-acak dan teror ketiga, baru-baru ini pada bulan September ini makam almarhum ketika istrinya berkunjung bersama anaknya ditaruh bunga mawar merah berbentuk garis," tuturnya.
Nicholay menilai semua teror itu sebagai pesan kepada keluarga Daru. Namun hingga saat ini Nicholay belum bisa mengartikan pesan-pesan tersebut.
"Itulah beberapa teror yang dialami oleh keluarga. Ini adalah ada suatu clue atau pesan, bagi kami sebagai penasihat hukum dari pihak tertentu kepada keluarga, istri orang tua almarhum," ujarnya.
Sedangkan apa yang membuat semua kejadian itu sebagai teror, Nicholay menyebut bahwa suatu hal yang membuat takut.
"Ya teror, teror itu artinya membuat rasa takut. Karena saya sudah konfirmasi ke keluarga mereka tidak pernah melakukan hal itu," ucapnya.
Pita Meminta Hentikan Framing Negatif ke Mendiang Suami
Ia melanjutkan dengan meminta agar suaminya jangan di-framing secara negatif.
"Sehingga saya mohon tidak ada lagi framing-framing negatif untuk suami saya. Kami berdua sudah sangat cukup untuk satu sama lain, suami saya tidak neko-neko, saya kenal betul suami saya," ujarnya.
Nicholay menambahkan, framing negatif terhadap almarhum Daru tidak seharusnya dilakukan. Menurutnya, almarhum Daru harus bisa beristirahat dengan tenang.
"Setop membuat framing-framing negatif terhadap almarhum, berikanlah ketenangan pada almarhum untuk beristirahat di alamnya. Berikanlah ketenangan kepada keluarga, istri dan anaknya," katanya.
Menyoal seperti apa framing yang dimaksud, Nicholay menyebut karena membawa-bawa kata privasi.
"Saya harus tegas, framing negatif dengan ada kata-kata adanya privasi, kata-kata privasi itu merupakan framing negatif," ujarnya.
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Sederet Fakta Heboh Surat Perjanjian SPPG Minta Rahasiakan Kasus Keracunan
Istri Diplomat Arya Daru Muncul ke Publik, Serukan Ini ke Presiden dan Kapolri
Sentil MBG, Sultan HB X Cerita Pengalaman Dapur Umum Erupsi Merapi