Sebuah tugu unik berdiri di Dusun Kutan, Kalurahan Jatirejo, Kapanewon Lendah, Kulon Progo. Sekilas bentuk tugu itu memiliki bentuk botol atau dalam bahasa Jawa disebut gendul sehingga warga menyebutnya sebagai Tugu Gendul. Ternyata, pembuatnya bermaksud membuat replika peluru untuk tugu itu.
Tugu itu berdiri di simpang tiga antara jalan utama Ngentakrejo-Brosot dengan Jalan Lendah Wetan. Bangunan setinggi 2 meter itu sudah berdiri kokoh di tempat tersebut sejak 1949 silam.
Bentuk tugu itu memang serupa dengan botol. Hal yang mendekati bentuk peluru adalah ujungnya yang bersayap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tulisan di tugu itu juga memberikan kesan kuat bahwa berdirinya tugu adalah sebagai pengingat sebuah peperangan, dalam hal ini Agresi Militer Belanda di masa kemerdekaan. Adapun tulisan itu berbunyi 'MONUMEN SERANGAN UDARA DI KUTAN TAHUN 1949, DIRENOVASI BULAN JUNI 2017'.
Salah kaprah tentang penyebutan tugu itu juga diakui oleh Kepala Dusun Kutan, Mugiran.
"Iya mas, jadi sebenarnya itu bukan gendul atau botol tapi wujud peluru (bom). Cuma karena mirip botol jadinya masyarakat lebih sering menyebutnya Tugu Gendul atau kalau bahasa Indonesia berarti Tugu Botol," ungkap Mugiran, saat ditemui detikJogja di rumahnya, Selasa (16/9/2025) siang.
Mugiran mengatakan tugu ini sudah dibangun sejak lama dengan tujuan untuk mengingat peristiwa tragis saat masa Agresi Militer Belanda II di wilayah Kutan pada 1948-1949. Cerita yang berkembang di masyarakat menyebutkan jika dulu wilayah Kutan pernah jadi sasaran serangan udara yang dilakukan oleh militer Belanda.
"Kalau dari cerita simbah-simbah dulu, jadi di sini pernah ada serangan udara. Katanya karena terdapat tentara Indonesia. Jadi pihak Belanda itu mau menyerang tentara, tapi lewat jalur udara," ujarnya.
detikJogja mencoba mencari saksi sejarah atas perang tersebut, sekaligus saksi pembangunan Tugu Gendul. Sayangnya, sangat sulit untuk menemukannya lantaran peristiwa itu sudah terjadi lebih dari 70 tahun silam.
"Sekarang yang sepuh-sepuh sudah tilar (meninggal dunia) mas, jadi ya susah kalau mau nyari sumber yang benar-benar tahu," ungkapnya.
Namun, cerita tentang perang di Dusun Kutan itu telah tercatat di buku Ensiklopedi Budaya Kabupaten Kulon Progo 2015 yang kini tersimpan di Kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Kulon Progo.
Buku ini diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga Kulon Progo. Saat ini dinas tersebut sudah tidak ada, karena telah dipisah jadi masing-masing Dinas Kebudayaan (Disbud), Dinas Pariwisata (Dispar) dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora).
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Tugu Gendul dibangun untuk memperingati korban warga sipil yang jadi korban Agresi Militer Belanda tahun 1948.
"Beberapa tahun setelah peristiwa tersebut warga beramai-ramai membangun tugu yang berbentuk selongsong peluru untuk mengenang peristiwa tersebut. Namun karena manusia selalu melihat yang lebih dekat dengan kehidupannya, tugu yang berbentuk peluru itu lebih cenderung mirip berbentuk botol atau dalam bahasa Jawa disebut gendul, maka hingga saat ini tugu tersebut dinamakan Tugu Gendul," demikian isi buku tersebut.
Terdapat 2 Tugu Sejenis
Selain Tugu Gendul, Kulon Progo juga memiliki 2 tugu lainnya yang sama-sama menjadi pengingat peristiwa Agresi Militer II Belanda. Bedanya, 2 tugu yang lain memiliki bentuk yang memang lebih mirip disebut bom.
Kedua tugu tersebut adalah Monumen 7 Maret 1949 di depan Kantor Kapanewon Samigaluh, Gerbosari, Samigaluh dan Monumen Bom Gerbosari di Dusun Clumprid, Gerbosari.
Tugu pengingat perjuangan saat Agresi Militer Belanda di Kulon Progo. Foto diunggah Selasa (16/9/2025). Foto: Dok Buku Ensiklopedi Budaya Kulon Progo |
Monumen 7 Maret 1949 terdiri dari tiga bentuk, pertama replika bom menancap ke tanah, kedua tugu bertuliskan Perjuangan Rakyat Gerbosari, dan ketiga berupa tiang untuk mengibarkan bendera Indonesia. Monumen ini didirikan untuk mengenang tujuh pejuang anggota Detasemen Polisi Pamong Praja (DP3) yang gugur karena serangan bom Belanda pada Maret 1949.
Tugu pengingat perjuangan saat Agresi Militer Belanda di Kulon Progo. Foto diunggah Selasa (16/9/2025). Foto: Dok Buku Ensiklopedi Budaya Kulon Progo |
Sedangkan Monumen Bom Gerbosari berbentuk bom dengan bahan batu bata dan semen dengan tinggi 5 meter. Pada monumen ini terdapat sengkalan yang berbunyi 'Wahananing Poncokoro Anggotro NagorΓ³' yang artinya angka tahun 1957, selain itu terdapat juga angka tahun 7-3-1949.
(ahr/apl)














































Komentar Terbanyak
CVT Motor Itu Apa? Ini Tips Merawat, Cara Kerja, dan Fungsinya
Eks Bupati Sleman Sri Purnomo Tersangka Korupsi Hibah Pariwisata Ditahan
Kala Gubernur DIY Sultan HB X Sangsikan Aturan Baru MBG