Spanduk protes terbentang di antara gunungan sampah di depo sampah THR, di Jalan Brigjen Katamso, Mergangsan, Kota Jogja, hari ini. Menurut petugas di depo, spanduk itu dipasang oleh sejumlah warga.
Pantauan detikJogja, Selasa (16/9/2025) siang ini, spanduk putih dengan panjang sekitar 5 meter itu bertuliskan 'Masyarakat Jogja Nagih Janji' dengan cat merah. Spanduk itu dipasang menutupi gunungan sampah setinggi kurang lebih 4 meteran di depo itu.
Salah satu petugas depo, Yanto mengatakan spanduk protes ini dipasang sekitar pukul 09.00 WIB pagi tadi. Menurutnya, pemasang spanduk itu mayoritas adalah penggerobak sampah dengan seragam berwarna oranye.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya ada 50-an orang lah tadi yang ke sini. Datang langsung pasang spanduk itu, nggak menyampaikan apa-apa, cuma pasang spanduk," jelas Yanto saat ditemui wartawan, Selasa (16/9/2025).
Yanto mengaku sempat berbincang dengan massa pemasang sepanduk. Menurutnya, maksud mereka memasang spanduk itu guna menagih janji Pemkot Jogja terkait penyelesaian masalah sampah.
Mengingat dalam beberapa hari belakangan sejumlah depo nampak dipadati gunungan sampah, termasuk depo THR di Brigjen Katamso ini.
"Ya warga itu kan mempertanyakan janji Pemkot ya, sing jare (yang katanya) mau menyelesaikan sampah. Tapi sudah sebulanan lebih kondisi deponya kayak gini," paparnya.
Jogja Darurat Sampah
Menanggapi itu, Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo, mengakui saat ini kota Jogja masuk kondisi darurat sampah. Berkurangnya pengiriman sampah ke TPA Piyungan menjadi alasan utamanya.
"Ini kondisi cukup darurat, karena memang begitu Piyungan hanya bisa menerima 600 ton sebulan sedangkan kita produksi 300 ton sehari. Bisa anda bayangkan itu," ungkap Hasto saat ditemui di Kompleks Kepatihan, hari ini.
"Sampai bulan Juli, kami masih bisa membawa ke Piyungan. Tapi mulai Agustus sampai akhir tahun kita hanya dijatah 2.400 ton selama empat bulan. Sebulan hanya 600 ton. Ini yang menjadi over di depo," sambungnya.
Guna mengatasi masalah sampah yang tak kunjung usai ini, Hasto mengaku telah menyiapkan langkah terbaru. Salah satunya dengan membagikan ember kepada warga agar diisi dengan sampah rumah tangga dan tidak dibuang ke depo-depo.
"Saat ini, sisa makanan dapur sehari dari Kota Jogja hampir 100-125 ton. Mulai dari rumah makan, angkringan, dan sebagainya. Kami ingin menyelamatkan itu untuk dipilah dengan cara membagikan ember agar tidak jadi satu dengan sampah lain," jelasnya.
"Kami akan membagikan ember ke warga, kemudian kita ambili sampah dan tidak dibawa ke depo. Karena sisa makanan itu ada yang bisa dimanfaatkan untuk ternak, budidaya maggot dan sebagainya," imbuhnya.
Pembagian ember itu bakal dilakukan perangkat kalurahan secara masif. Dengan ember-ember itu, Hasto berharap sampah organik rumah tangga tidak dibuang ke depo. Nantinya, ia akan melibatkan banyak OPD untuk menjemput ember-ember itu.
"Kami akan mengarahkan Satpol PP, Linmas, dan tenaga yang ada untuk bergerak jemput sampah ke rumah khusus sampah organik basah," ujar Hasto.
(ams/ahr)
Komentar Terbanyak
Pakar UII Tak Percaya Ada Beking di Kasus Ijazah Jokowi: Ini Perkara Sepele
Siasat Anggun Sopir Bank Pencuri Rp 10 M Hilangkan Jejak Selama Buron
Siapa Beking Isu Ijazah yang Dicurigai Jokowi?