Heboh Residen RS Sardjito Jadi Korban Kekerasan Keluarga Pasien, Ini Faktanya

Heboh Residen RS Sardjito Jadi Korban Kekerasan Keluarga Pasien, Ini Faktanya

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Senin, 25 Agu 2025 20:33 WIB
Pemain PS Mojokerto Putra, Krisna Adi Darma, sedang dirawat di RS Dr. Sardjito usai mengalami kecelakaan motor.
RS Dr. Sardjito (Foto: Ristu Hanafi)
Sleman -

Dugaan pemukulan terhadap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) atau dokter residen pria inisial EN terjadi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito. Aksi pemukulan itu dilakukan oleh keluarga pasien dan ramai di beberapa media sosial.

Terkait hal itu, Manajer Hukum dan Humas RSUP Dr Sardjito, Banu Hermawan, mengatakan pihaknya tidak menoleransi perilaku kekerasan maupun bullying dalam bentuk apa pun.

"Kami sampaikan bahwa RSUP Dr Sardjito dan FKKMK UGM berkomitmen untuk menghilangkan atau zero bullying di dalam ranah pendidikan kedokteran. Kami tidak menolerir adanya bullying baik yang dilakukan oleh keluarga pasien atau oleh internal tenaga medis lain," kata Banu kepada wartawan, Senin (25/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan peristiwa berawal dari RSUP Dr Sardjito yang menerima pasien rujukan dari RS Soerojo Magelang yang dalam kondisi kritis. Pasien itu masuk ke UGD pada Jumat (22/8) dan pada saat datang sudah menderita pendarahan lambung. Namun, pada dini hari Sabtu (23/8) kondisi pasien sudah memburuk dan tidak tertolong.

ADVERTISEMENT

"Malam itu ternyata kondisinya makin buruk. Kita sudah berupaya maksimal sesuai dengan prosedur di bawah pengawasan dokter anestesi yang ketat ternyata beliau tidak bisa tertolong dan meninggal (pada Sabtu pagi)," kata Banu.

Atas kondisi itu, salah seorang keluarga korban merasa tidak terima, dan emosional. Secara spontan, keluarga pasien itu kemudian meluapkan emosi dengan melakukan kekerasan pada seorang dokter residen yang bertugas.

"Memang dipukul, begitu. Kemudian karena yang mukul cewek, dia sendiri mau jatuh. Nah residen kami sempat memegangi supaya dia (pelaku) nggak jatuh," jelasnya.

Banu menegaskan yang melakukan penganiayaan ini bukan keluarga pasien yang merupakan tenaga medis.

"Itu yang melakukan bukan nakes tersebut, tetapi keluarganya," jelasnya.

Banu juga meluruskan mengenai berbagai informasi yang beredar di media sosial. Dia bilang, pada saat pemukulan itu pelaku sempat menyebut dirinya keluarga Direktur Utama RSUP Dr Sardjito.

"Ini perlu kami luruskan keluarga pasien yang mengaku keluarga dirut, itu bukan keluarga dirut," jelasnya.

Kasus ini kemudian berakhir damai setelah terjadi pertemuan antara pelaku dengan korban. Saat pertemuan itu, pelaku mengaku meminta maaf atas peristiwa tersebut.

Selain itu, Banu mengatakan sudah ada pula surat akta penyelesaian sengketa yang ditandatangani oleh RSUP Dr Sardjito dan pihak keluarga.

"Kita sudah bertemu bersama artinya sepakat untuk menyelesaikan ini secara mediasi. Kami sangat memberikan perlindungan terhadap tenaga medis yang ada di kita. Kita tidak membiarkan bentuk apapun intimidasi dan sebagainya terhadap SDM kita," pungkasnya.




(ams/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads