Tiga pengusaha yang didominasi pengusaha tahu membangun jembatan apung yang menghubungkan Kabupaten Bantul dan Kulon Progo. Jembatan yang membelah aliran Sungai Progo ini dibuat untuk memotong waktu perjalanan Bantul-Kulon Progo hingga setengah jam.
Pantauan detikJogja, pintu masuk jembatan ini berada di selatan Kantor Kapanewon Pajangan, Bantul. Menyusuri jalan kampung nantinya tampak jembatan apung yang membentang di atas aliran Sungai Progo.
Jembatan tersebut berbahan kayu dengan drum dan besi di bawahnya. Tampak pula beberapa pengendara baik motor dan mobil silih berganti melewati jembatan apung tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu inisiator pembangunan jembatan apung Bantul-Kulon Progo, Sudiman (34), menceritakan inisiator jembatan tersebut adalah tiga orang.
"Ada 3 orang yang menginisiasi jembatan apung ini, 2 pengusaha tahu dan satunya pengusaha nontahu. Kalau saya pengusaha tahu," kata Sudiman kepada wartawan di Pajangan, Bantul, Selasa (19/8/2025).
![]() |
Warga Temben, Lendah, Kulon Progo ini melanjutkan, alasan pembangunan jembatan apung tersebut awalnya untuk mempermudah akses jualan tahu. Mengingat selama ini pihaknya harus memutar dan memakan banyak waktu.
"Tujuannya supaya kalau mau jualan tahu ke area Jogja bisa cepat. Karena selama ini melewati Jembatan Bantar dan dibandingkan lewat sini selisih waktunya bisa sampai sekitar setengah jam," ucapnya.
Sudiman dan kedua rekannya akhirnya memutuskan patungan untuk membangun jembatan itu. Sebab, biaya untuk membangun jembatan apung tidaklah sedikit.
"Biayanya sekitar Rp 150 juta, pembuatannya memakan waktu sekitar dua bulan karena panjang jembatan sekitar 70 meter dengan lebar 2,5 meter. Selain itu baru beroperasi sekitar 3 hari ini," ujarnya.
Terkait bahan baku jembatan apung itu, Sudiman menyebut menggunakan drum agar jembatan mengapung. Selanjutnya di atas drum dipasang besi dan di atasnya lagi menggunakan kayu sebagai jalan.
"Lalu dipasang sling baja sebagai penahan di masing-masing ujung jembatan. Karena itu jembatan ini mampu dilewati kendaraan bermotor dengan berat lebih dari satu ton," katanya.
Soal izin pembangunan jembatan apung, Sudiman mengaku telah berkoordinasi dengan warga setempat. Selain itu pihaknya juga sudah meminta izin kepada Lurah setempat.
"Iya (sudah izin), warga setempat yang mau dilewati izin dulu dan izin pak Lurah. Pak Lurah malah bangga, senang, karena kalau mau pergi ke Jogja jadi lebih cepat," ujarnya.
Sudiman juga tidak mempermasalahkan jika nantinya pemerintah keberatan dengan jembatan tersebut. Mengingat sebelumnya tidak ada jembatan yang bisa dilewati mobil.
"Kulon Progo-Bantul efisien lewat sini, karena sebelumnya tidak ada jembatan di sini apalagi yang bisa dilewati mobil. Kalau misalnya pemerintah mau membuatkan yang lebih layak, jembatan ini tidak ada tidak masalah," ucapnya.
Terkait jika terjadi luapan aliran Sungai Progo dan merusak jembatan tersebut, Sudiman juga tidak akan mempermasalahkannya. Menurutnya, semua itu bagian dari risiko pendirian jembatan tersebut.
"Ya itu risiko, kalau musim hujan lalu kalinya banjir dan misalnya jembatan jebol ya tidak apa-apa, pasrah saja," ujarnya.
(ams/rih)
Komentar Terbanyak
UGM Batalkan Sewa Gedung untuk Launching Buku Roy Suryo dkk
Ditolak UGM, Launching Buku Roy Suryo dkk Pindah ke Kafe
Judul Buku Roy Suryo dkk yang Batal Dilaunching di UC UGM: Jokowi's White Paper