Profil PT Pagilaran yang Terkait Kasus Dosen UGM Korupsi Kakao Rp 7,4 Miliar

Profil PT Pagilaran yang Terkait Kasus Dosen UGM Korupsi Kakao Rp 7,4 Miliar

Ulvia Nur Azizah - detikJogja
Kamis, 14 Agu 2025 15:49 WIB
PT Pagilaran
PT Pagilaran. (Foto: Instagram/@pagilaranindonesia)
Jogja -

Banyak masyarakat dibuat penasaran dengan PT Pagilaran buntut penetapan dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Hargo Utomo (HU) sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan fiktif biji kakao senilai Rp 7,4 miliar. Hargo yang menjabat sebagai Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM.

Ia diduga menyetujui pencairan kontrak pengadaan biji kakao dari PT Pagilaran tanpa pengecekan. Padahal faktanya tidak ada pengiriman barang ke Cocoa Teaching and Learning Industry (CTLI) UGM. Kasus ini bermula pada tahun 2019, ketika PT Pagilaran mengajukan pembayaran dengan dokumen yang tidak benar. Pihak kejaksaan menyebutkan kerugian negara mencapai miliaran rupiah.

Selain Hargo, Kejati Jawa Tengah juga menetapkan dua tersangka lainnya, yakni RG yang merupakan mantan Direktur Utama PT Pagilaran dan HY selaku Kasubdit Inkubasi PUI UGM. HU resmi ditahan pada 13 Agustus 2025 dan akan menjalani penahanan selama 20 hari di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang. Sementara itu, pihak UGM menyatakan menghormati proses hukum yang berlangsung dan berkomitmen bekerja sama dengan kejaksaan untuk penyelesaian perkara ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penasaran seperti apa profil PT Pagilaran, detikers? Mari simak penjelasan lengkap berikut yang dihimpun dari akun Instagram resmi milik perusahaan tersebut @pagilaranindonesia serta Laporan Kerja Praktik Evaluasi Perbandingan Prosedur Pengujian Kehalusan (Fineness) Cocoa Powder di PT Pagilaran Unit Segayung Utara Kabupaten Batang, Jawa Tengah Berdasarkan SNI 3747-2009 oleh Anissa Salshabilla.

ADVERTISEMENT

Profil PT Pagilaran

PT Pagilaran merupakan perusahaan perkebunan yang berada di bawah pengelolaan Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan peran strategis dalam mendukung Tridharma Perguruan Tinggi. Perusahaan ini tidak hanya bergerak di bidang produksi komoditas seperti teh dan kakao, tetapi juga berfungsi sebagai sarana pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Melalui pengelolaan yang profesional, PT Pagilaran berkomitmen menjadi entitas usaha yang produktif sekaligus mendukung pengembangan ilmu pengetahuan di bidang perkebunan.

Visi PT Pagilaran adalah menjadi perusahaan perkebunan dengan kinerja produktif, tumbuh pada tingkat tinggi, dan menjadi pelopor dalam penerapan teknologi serta pengelolaan yang efektif dan efisien. Perusahaan ini juga bercita-cita menjadi percontohan bagi pelaku usaha perkebunan dan objek studi bagi dunia akademik, dengan mengedepankan konservasi sumber daya lahan.

Misinya meliputi pengembangan unit produksi yang ekonomis dan menguntungkan, mendukung pendidikan serta penelitian di Fakultas Pertanian UGM, menjadi wahana penelitian di bidang perkebunan, dan berperan sebagai agen pembangunan wilayah melalui penerapan teknologi yang bermanfaat secara ekonomi maupun ekologis.

Sejarah Pendirian PT Pagilaran

Sejarah PT Pagilaran dimulai pada 1840, ketika E Blink, warga negara Belanda, mencoba menanam kina dan kopi di Pagilaran. Namun, hasilnya kurang memuaskan sehingga pada 1899 ia mengganti tanaman tersebut dengan teh. Perubahan ini membawa hasil lebih baik berkat kondisi tanah dan iklim yang sesuai. Perkebunan ini kemudian berkembang pesat di bawah pengelolaan maskapai Belanda di Semarang, salah satunya melalui pelelangan tanah di sekitar area.

Pada 1922, kepemilikan beralih ke bangsa Inggris setelah kebakaran di maskapai Belanda, dan pada 1928 perkebunan digabungkan dengan P&T Lands. Fasilitas kabel ban dibangun untuk mempermudah transportasi pucuk teh. Masa pendudukan Jepang mengubah kebun menjadi lahan pangan bagi tentara. Setelah perang, Inggris kembali menguasai kebun hingga 1949 dan melakukan perbaikan infrastruktur yang rusak.

Tahun 1964 menjadi titik penting ketika Prof Ir Toyib Hadiwijaya menyerahkan perkebunan kepada UGM sebagai sarana pendidikan dan penelitian. Status perusahaan berubah menjadi PN Pagilaran, lalu pada 1974 menjadi PT Pagilaran. Pada 1985, PT Pagilaran mendapat penugasan sebagai Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Jawa Tengah seluas 4.700 ha.

Bertepatan dengan tanggal 29 September 2016, saham PT Pagilaran dihibahkan kepada UGM untuk dikelola sebagai teaching industry. Pada September 2017, perusahaan resmi dikelola langsung oleh UGM dengan kantor direksi di Jogja dan unit produksi di berbagai daerah.

Alasan pendirian Unit Produksi Segayung Utara sendiri didasari Surat Keputusan Hak Guna Usaha (HGU) tahun 1977, yang memberikan hak kelola seluas 208,35 ha kepada PT Pagilaran selama 25 tahun. Lahan tersebut sebelumnya berupa kebun ketela, kopi, dan karet milik PT Segayung, tetapi kondisinya kritis akibat erosi. Dengan tujuan menjaga ekosistem sekaligus meningkatkan perekonomian lokal, PT Pagilaran menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar sebagai karyawan tetap maupun musiman.

Unit Produksi dan Usaha PT Pagilaran

Dengan pusat manajemen yang berada di Jogja, PT Pagilaran mengelola berbagai unit produksi yang tersebar di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Setiap unit memiliki karakteristik tersendiri, baik dari segi komoditas, ketinggian lahan, maupun sejarahnya. Mari simak detailnya di bawah ini.

1. Unit Produksi Pagilaran

Terletak di Blado, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, unit ini fokus memproduksi black tea orthodox dan kakao. Keunggulan unit ini terletak pada pengelolaan kebun teh yang memadukan teknik konservasi lahan dengan inovasi pengolahan, sehingga menghasilkan teh berkualitas ekspor.

Selain produksi, unit ini juga menjadi lokasi praktik lapangan mahasiswa. Mereka terlibat langsung dalam proses budidaya, panen, hingga pengolahan, yang memberikan pengalaman nyata di lapangan.

2. Unit Produksi Jatiboja (Kaliboja)

Unit ini berlokasi di Banjarnegara dan menghasilkan black tea orthodox. Pada 2017, unit ini mendapatkan sertifikasi Rainforest Alliance sebagai bukti komitmen terhadap praktik perkebunan berkelanjutan.

Sertifikasi ini menunjukkan bahwa kegiatan produksi di Kaliboja memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Para pekerja mendapatkan pelatihan dan fasilitas yang memadai, sementara praktik konservasi diterapkan untuk menjaga keberlanjutan lahan.

3. Unit Produksi Jatiboja (Jatilawang)

Jatilawang merupakan pusat produksi green tea yang diekspor ke berbagai negara. Kualitas teh hijau yang dihasilkan berasal dari kombinasi pemilihan varietas terbaik dan proses pengolahan yang menjaga cita rasa alami.

Selain menghasilkan komoditas unggulan, unit ini juga menjadi lokasi penelitian pengembangan produk baru berbasis teh hijau. Harapannya dapat memperluas pasar dan meningkatkan nilai jual.

4. Unit Produksi Sidoharjo

Unit ini memproduksi black tea orthodox dan menjadi bagian dari rintisan PIR Nasional. Dengan pendekatan ini, PT Pagilaran berperan dalam membina petani teh lokal untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar pasar global.

Di Sidoharjo, pelatihan dan pendampingan rutin diberikan kepada petani, sehingga mereka mampu mengelola kebun secara profesional. Hasilnya, kualitas teh meningkat dan pendapatan petani juga bertambah.

5. Agrowisata Pagilaran

Selain sebagai lokasi produksi, kebun teh Pagilaran juga dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Pengunjung dapat menikmati keindahan hamparan kebun teh, belajar proses pengolahan, dan membeli produk langsung dari sumbernya. Agrowisata ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat luas sekaligus sumber pemasukan tambahan bagi perusahaan.

6. Gudang Usaha Samigaluh

Gudang ini berfokus pada produksi premium tea dan menjadi pusat penelitian dan pengembangan (R&D). Di sinilah berbagai inovasi produk teh diuji sebelum dipasarkan.

Dengan fasilitas ini, PT Pagilaran dapat terus beradaptasi dengan tren pasar, menghasilkan varian produk yang lebih beragam, dan menjaga kualitas tetap prima.

Nah, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai profil PT Pagilaran yang terkait dengan kasus dosen UGM korupsi kakao Rp 7,4 miliar. Semoga bermanfaat!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads