7 Fakta Kamitetep: Asalnya dari Mana hingga Cara Mengobati Jika Terpapar

7 Fakta Kamitetep: Asalnya dari Mana hingga Cara Mengobati Jika Terpapar

Anindya Milagsita - detikJogja
Kamis, 14 Agu 2025 11:10 WIB
Phereoeca uterella/kamitetep
Ilustrasi fakta kamitetep. (Foto: Reddit/Celeste Ray)
Jogja -

Bagi sebagian orang kamitetep menjadi sebuah istilah yang terdengar tak asing lagi di telinga. Namun demikian, tidak sedikit juga yang mungkin masih belum begitu familiar dengan kamitetep ini. Untuk mengenalnya secara lebih dekat, ada beragam fakta kamitetep yang patut dicermati melalui pemaparan berikut ini.

Di dalam Kamus Bahasa Jawa Tegal-Indonesia yang disusun oleh Balai Bahasa Jawa Tengah, kamitetep diartikan sebagai sejenis kutu yang menyebabkan kulit gatal. Sementara itu, kamitetep merupakan sejenis ngengat yang memiliki nama ilmiah Phereoeca uterella. Di dalam bahasa Inggris kamitetep lebih dikenal sebagai household casebearer.

Bagi detikers yang belum mengetahui gambaran tentang kamitetep, umumnya kamitetep ini sering kali dijumpai dalam wujud yang masih kepompong. Bentuknya pipih menyerupai ulat, tapi memiliki kantong atau kepompong di dalamnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya dapat dijumpai di lantai-lantai rumah atau lokasi lain, kamitetep juga sesekali muncul di tembok. Inilah yang membuat kamitetep menjadi salah satu hewan paling mudah dijumpai di sekitar kita.

Nah, agar lebih memahami secara lebih dekat tentang kamitetep ini, ada beberapa informasi menarik yang akan diuraikan dalam artikel ini. Yuk, baca fakta kamitetep di bawah ini.

ADVERTISEMENT

7 Fakta Kamitetep

1. Asal Kamitetep

Dijelaskan dalam laman Ask an Entomologist, kamitetep atau household casebearer umumnya dapat dijumpai di sekitar area rumah. Jenis ngengat yang satu ini lebih banyak hidup didaerah yang kering, sehingga mereka cenderung bisa dengan mudahnya beradaptasi di lingkungan tempat tinggal manusia.

Para ahli entomologi menyakini spesies ngengat ini berasal dari Afrika atau Australia. Namun, kebiasaan hewan ini berpindah-pindah di seluruh dunia bersama dengan manusia membuat habitatnya cenderung dapat dijumpai di berbagai belahan dunia.

Bahkan bisa dibilang habitat kamitetep ini tidak jauh dari tempat tinggal manusia. Inilah yang membuat kamitetep sangat mudah dijumpai di sekitar kita dan sering kali muncul tanpa bisa diduga sebelumnya.

2. Makanan Kamitetep

Dikenal sebagai hewan yang tidak berbahaya bagi manusia secara langsung, mungkin tidak sedikit orang yang penasaran tentang sumber makanan kamitetep. Apalagi mengingat ngengat yang satu ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil. Masih mengacu dari sumber yang sama, ada berbagai sumber makanan yang bisa didapatkan oleh kamitetep di area sekitar tempat mereka tinggal.

Salah satunya adalah serangga yang sudah mati. Mereka cenderung bisa memakan sisa-sisa makanan yang berasal dari hewan lain. Bahkan, kamitetep juga menyukai sutra yang dihasilkan dari jaring laba-laba yang sudah ditinggalkan oleh pemiliknya. Inilah yang membuat kamitetep cenderung tidak bergantung pada sumber makanan yang berasal dari manusia.

3. Cukup Bergantung Pada Laba-laba

Sebelumnya sudah disinggung salah satu sumber makanan kamitetep adalah sutra dari jaring laba-laba. Nah, ternyata hal ini tidak terlepas dari kebiasaan ngengat ini untuk bergantung kepada hewan lain, yaitu laba-laba. Masih mengutip dari sumber sebelumnya, kamitetep cukup sering hidup di bawah jaring laba-laba.

Mereka cenderung banyak dijumpai di area sekitar jaring laba-laba karena dengan begitu ada sumber makanan yang bisa didapatkan. Baik itu berasal dari bangkai serangga yang ditinggalkan oleh laba-laba maupun sutra yang dihasilkannya. Inilah yang membuat kamitetep bisa dibilang cukup bergantung pada laba-laba.

4. Tahapan Hidup yang Menarik

Sebagian orang sering kali menemukan kamitetep dalam kondisi yang masih terbalut oleh kepompong. Hal inilah yang justru menjadi daya tarik dari kamitetep yang mungkin jarang dijumpai pada jenis ngengat atau serangga lainnya. Dikutip dari Nature Pest, kamitetep ternyata membuat wadah pelindung yang terus dibawanya ke mana pun dirinya pergi.

Wadah pelindung yang menyerupai kepompong atau kantong pelindung inilah yang membuatnya cukup terlihat mencolok. Kamitetep membuat kantong kecil untuk melindungi dirinya tersebut dari bahan-bahan yang dijumpai di sekitar. Sebut saja sutra yang dihasilkan oleh hewan lain maupun kotoran.

Meskipun begitu, kamitetep pada akhirnya akan berubah menjadi ngengat dewasa. Biasanya kamitetep yang tumbuh menjadi ngengat dewasa memiliki tubuh yang berwarna cokelat keabu-abuan. Tidak hanya itu saja, ciri khas lainnya juga terdapat pada bagian tubuh yang dipenuhi dengan sisik-sisik halus dan kecil.

5. Berganti Kulit

Tidak hanya memiliki wadah pelindung yang membuat kamitetep menjadi unik, ngengat yang satu ini juga ternyata bisa berganti kulit. Masih dijelaskan dalam Nature Pest, perkembangan hidup kamitetep dimulai dari telur dan berubah menjadi larva, yang mana pada tahapan larva inilah yang paling banyak kita jumpai.

Kemudian setelah itu, kamitetep akan tumbuh menjadi pupa hingga dewasa yang dikenal sebagai ngengat. Nah, pada proses peralihan larva menjadi pupa inilah kamitetep akan berganti kulit dalam waktu beberapa kali. Mereka akan berganti kulit sebelum masuk ke tahap pupa.

Inilah yang membuat kepompong kamitetep biasanya ada yang masih aktif dijadikan sebagai wadah tempat berlindung. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya karena sudah memasuki fase kehidupan selanjutnya.

6. Menghasilkan Telur dalam Jumlah Banyak

Masih seputar proses perkembangbiakan kamitetep, ada juga fakta menarik seputar tahapan bertelurnya. Mengutip dari laman Hulett, ngengat yang sudah tumbuh dewasa akan memasuki tahapan kawin. Kemudian ngengat betina akan menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup banyak. Seekor ngengat betina mampu menghasilkan hingga 200 butir telur.

Tidak hanya sampai di situ saja, telur-telur kamitetep ini akan ditempelkan pada bagian puing-puing yang ada di sekitar area tempat tinggal manusia. Selain menjadi tempat untuk menaruh telurnya, puing-puing tersebut juga bisa dijadikan sebagai sumber makanan bagi para larva.

Maka tak heran, keberadaan kamitetep ini bisa dibilang cukup sering dijumpai tersebar di berbagai area sekitar tempat tinggal tanpa terkecuali. Ini mengingat habibat alami dan tempat perkembangbiakan berasal dari lingkungan yang sama.

7. Siklus Hidup yang Tergolong Lambat

Sebelum berubah menjadi ngengat dewasa, kamitetep harus melalui siklus hidup berupa larva dan pupa. Namun demikian, ternyata butuh waktu yang tidak sebentar bagi mereka hingga benar-benar siap untuk menapaki kehidupan sebagai ngengat dewasa.

Seperti dijelaskan dalam laman University of Florida, telur kamitetep biasanya membutuhkan waktu selama 10 hari agar bisa menetas. Kemudian larva perlu menunggu waktu sekitar 50 hari hingga siap untuk berkembang sebagai pupa.

Nah, kamitetep hanya akan berada dalam siklus hidup sebagai pupa sekitar 15 hari saja. Namun, ada juga beberapa kamitetep yang bisa jadi berada dalam tahapan pupa lebih cepat atau lambat. Bahkan rata-rata kamitetep perlu menunggu waktu selama 62-86 hari siklus telur menjadi ngengat dewasa.

Cara Mengobati Gatal Akibat Kamitetep

Lantas, apakah kamitetep bisa menggigit? Meskipun termasuk jenis ngengat, kamitetep ternyata tidaklah menggigit. Dijelaskan dalam AFP, seorang ahli entomologi dan profesor di Universiti Sains Malaysia, Abdul Hafiz Ab Majid, menjelaskan kamitetep atau household casebearer ini bukanlah ancaman langsung bagi manusia.

Alasannya karena kamitetep tidak menggigit manusia maupun menularkan penyakit tertentu. Kemudian, seorang dosen di Universiti Putra Malaysia dari Departemen Ilmu Kehutanan dan Keanekaragaman Hayati juga turut menjelaskan tentang efek kamitetep. Dikatakan ngengat kecil ini tidak mungkin menjadi penyebab gigitan serangga.

Meskipun tidak memicu gigitan, ternyata kamitetep bisa saja menimbulkan gatal-gatal. Hal ini diungkap oleh pakar ilmu serangga dan hama tumbuhan bernama Prof Ir Edhi Martono, MSc, PhD dari Fakultas Pertanian UGM Jogja, seperti dikutip dari detikHealth. Namun demikian, gatal-gatal yang diakibatkan oleh kamitetep justru disebabkan oleh faktor lain.

Faktor tersebut salah satunya berasal dari selubung larva atau selimut yang membalut tubuh kamitetep ini. Selubung larva tersebut sering kali terkontaminasi oleh debu dan kotoran, sehingga saat kulit manusia berkontak langsung dengan bagian tubuh ngengat tersebut.

Meskipun begitu, gatal yang dihasilkan serupa dengan sensasi gatal pada umumnya. Beberapa gejala yang bisa muncul akibat kamitetep ini umumnya mirip seperti reaksi alergi. Masih dikutip dari sumber yang sama, seorang praktisi kesehatan kulit bernama Dr dr I Gusti Nyoman Darmaputra SpKK, SubspOBK, FINSDV, FAADV menyebut beberapa gejala gatal akibat kamitetep.

Sebut saja seperti pembengkakan, gatal di area kulit yang kemerahan, iritasi atau nyeri di bagian kulit, hingga kemerahan yang semakin melebar. Sementara itu, ada langkah sederhana yang dapat dilakukan sebagai cara mengobati gatal akibat kamitetep.

Langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi tindakan menggaruk karena bisa memicu gejala yang lebih parah. Kemudian cuci dengan air sabun bagian yang terpapar dengan selubung larva kamitetep. Kalau sudah, kompres dengan air dingin diharapkan mampu mengurangi gejala gatal yang dihasilkan. Apabila gejala yang muncul tidak membaik jangan ragu untuk berkonsultasi kepada ahli medis atau dokter.

Itulah tadi rangkuman mengenai fakta kamitetep yang banyak dijumpai di sekitar kita lengkap dengan cara mengobati gatal akibat terpapar hewan ini. Semoga informasi ini membantu, ya.




(anm/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads