Lonjakan pasien chikungunya terjadi di pulau-pulau Kepulauan Samudra Hindia akhir-akhir ini. Dikhawatirkan, penyakit yang disebabkan virus ini meluas ke wilayah-wilayah lain. Sebenarnya, chikungunya itu penyakit apa?
World Health Organization (WHO) mendefinisikan chikungunya sebagai penyakit akibat virus yang ditularkan oleh nyamuk. Umumnya, nyamuk yang bertanggung jawab membawa chikungunya adalah Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kedua spesies nyamuk ini mudah dikenali karena kaki loreng hitam-putih khasnya. Aedes aegypti dikenal sebagai nyamuk rumahan, sedangkan Aedes albopictus seringnya dijumpai di daerah kebun, hutan, maupun taman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah kamu atau anggota keluarga merasakan kondisi tubuh tidak enak setelah digigit nyamuk? Boleh jadi, hal itu merupakan gejala chikungunya. Guna memastikan, telaah gejala, penyebab, dan cara mengobati penyakit chikungunya via paparan berikut!
Gejala Penyakit Chikungunya
Perlu dicatat, tanda-tanda chikungunya tidak langsung muncul setelah digigit nyamuk. Kira-kira 3-7 hari setelahnya, sejumlah gejala mulai bermunculan.
Gejala paling lazim menurut keterangan dari Center for Disease Control and Prevention (CDC) adalah demam dan nyeri sendi. Indikasi lain infeksi chikungunya adalah sakit kepala, nyeri otot, ruam, dan pembengkakan sendi.
Dikutip dari Medical News Today, ciri lain serangan chikungunya adalah ruam makulopapular (mirip campak), mual, muntah, dan konjungtivitis. Hanya saja, tanda-tanda ini terbilang jarang terjadi.
Untuk tambahan, gejala chikungunya bisa jadi baru keluar setelah hampir 2 minggu tepatnya 12 hari sebagaimana dilansir European Centre for Disease Prevention and Control. Namun, biasanya dalam waktu 3-7 hari gejalanya sudah terasa.
Penyebab Chikungunya dan Asal-usulnya
Telah disinggung sekilas di atas, chikungunya disebabkan infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk betina. Nama virusnya sendiri adalah chikungunya yang kemudian biasa disingkat menjadi CHIKV.
WHO menerangkan bahwa nama ini berasal dari bahasa Kimakonde di Tanzania Selatan. Kurang lebih, artinya adalah 'membungkuk ke atas'. Posisi ini merujuk pada penampilan bungkuk seorang yang terinfeksi dengan nyeri sendi parah.
Berdasarkan uraian dari Pan American Health Organization, virus chikungunya pertama kali dideskripsikan di Tanzania pada tahun 1952. Pengisolasian perdananya kemudian dilakukan pada 1958 di Thailand.
Wabah chikungunya pertama yang tercatat terjadi di Thailand pada 1967 silam. Selang tiga tahun setelahnya, giliran India yang menderita. Mulai 2004 hingga sekarang, wabah chikungunya menjadi lebih sering terjadi dan meluas. Hal ini tidak lepas dari fakta bahwasanya virus ini telah beradaptasi lebih kuat.
Cara Chikungunya Menular
CHIKV ditularkan oleh nyamuk betina yang sudah terinfeksi. Biasanya, jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang menjadi biang keladi. Keduanya adalah tipe nyamuk yang berburu darah manusia pada siang hari.
Sebagaimana detikers ketahui, hanya nyamuk betina saja yang 'menyiksa' manusia dengan cara menghisap darah. Ketika mereka menghisap darah penderita chikungunya, CHIKV turut masuk ke tubuh nyamuk.
Di dalam tubuh serangga berkaki 6 tersebut, CHIKV bereplikasi selama beberapa hari. Virus ini juga masuk kelenjar ludah. Akibatnya, ketika nyamuk menggigit manusia lain yang sehat, CHIKV turut menyebar.
Siklus ini terus berlangsung secara terus-menerus sehingga menyebabkan munculnya penderita-penderita baru. Tidak hanya di tubuh nyamuk saja, CHIKV juga bereplikasi di badan manusia sehingga membuatnya kemungkinan infeksinya semakin besar.
Cara Mengobati Chikungunya
Kembali dirujuk dari CDC, sampai sekarang, belum ada obat khusus chikungunya. Oleh karena itu, metode pengobatannya sebatas istirahat dan penggunaan obat pereda nyeri saja.
Apabila terjangkit, detikers disarankan segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Kemungkinan besar, kamu akan diberi asetaminofen atau parasetamol. Namun, bisa juga obat lain sesuai kondisi pasien.
CDC memperingatkan untuk tidak mengonsumsi aspirin atau obat antiinflamasi non-steroid (seperti ibuprofen) sebelum demam berakhir. Mengingat pemakaiannya bisa memicu pendarahan.
Guna mencegah mata rantai penyebaran chikungunya berlanjut, selama minggu pertama infeksi, detikers diminta menjaga diri sebaik mungkin dari gigitan nyamuk. Dengan begitu, penyebaran chikungunya bisa dibatasi.
Cara Mencegah Chikungunya
Berhubung chikungunya disebarkan lewat nyamuk, pencegahannya difokuskan pada usaha untuk mencegah gigitan serangga satu ini. Disadur dari Centre for Health Protection dari Hong Kong, berikut sejumlah tipsnya:
- Selalu kenakan atasan dan celana yang panjang nan longgar.
- Pilih baju dengan warna terang.
- Gunakan obat nyamuk dengan kandungan DEET pada bagian tubuh yang tak terlindungi pakaian.
- Khusus ibu hamil, kandungan DEET obat nyamuk yang diperbolehkan adalah 30%. Adapun anak-anak, batasnya adalah 10%.
- Hindari pemakaian kosmetik atau produk perawatan kulit yang beraroma.
- Apabila ingin memakai sunscreen, pastikan juga untuk mengoleskan obat nyamuk di atasnya.
Selain mencegah tusukan jarum nyamuk ke tubuh, detikers juga sebisa mungkin menjaga lingkungan. Tujuannya adalah menghambat perkembangbiakan nyamuk. Di antara hal yang bisa dilakukan adalah:
- Tutup bak mandi dengan rapat.
- Buang semua kaleng dan botol bekas ke tempat sampah tertutup.
- Ganti air vas bunga seminggu sekali.
- Keringkan genangan-genangan air di sekitar rumah.
- Simpan makanan dengan benar.
- Buang sampah secara teratur.
Tidak perlu risau, sebagian besar pasien chikungunya bakalan pulih total. Mantan penderita chikungunya kemungkinan besar akan kebal terhadap infeksi ke depannya. Semoga pembahasannya bermanfaat, ya!
(sto/afn)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja