Kisah Romo Mangun Pejuang Kaum Pinggiran

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Minggu, 20 Jul 2025 15:55 WIB
Buku 'Mangun, Sebuah Novel' karya Sergius Sutanto. (Foto: Dinda Leo Listy/detikJateng)
Jogja -

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau Romo Mangun merupakan sosok legendaris yang banyak dikenal sebagai pejuang kaum marginal atau wong cilik. Beberapa kiprahnya yang cukup dikenal masyarakat adalah mendirikan Rumah Warna-warni di Kali Code, Jogja, hingga menginisiasi Dinamika Edukasi Dasar (DED) di bidang pendidikan.

Romo Mangun lahir di Ambarawa pada 6 Mei 1929 silam. Namanya cukup tenar di masyarakat sebagai seorang rohaniwan dan arsitek. Dia cerdas, peduli, dan berani melawan demi kaum pinggiran. Berikut sepenggal kisahnya.

Bangun Rumah Warna-warni Kali Code

Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah mendirikan Rumah Warna-warni di Kali Code, Jetis, Kota Jogja. Dia menginisiasi pembangunan rumah di bantaran Kali Code untuk membantu warga tak mampu di kawasan tersebut.

"Di tahun 1980-an, di wilayah situ di bawah Jembatan Gondolayu itu kalau sekarang Sultan Ground. Wilayah itu tempat pembuangan sampah terus dihuni gelandangan dan pemulung, mereka datang dari berbagai wilayah, karena wilayah itu dekat dengan pusat kota. Sehingga mereka datang ke Jogja cari tanah mahal, jadi menyerbu tempat di situ. Mereka mendirikan rumah di situ dari kardus," ujar Ketua Gerakan Cinta Code, Harris Syarif Usman, kepada detikJogja, Sabtu (19/7/2025).

Kemudian pada 1982 ada banjir besar di Jogja dan rumah-rumah tersebut tersapu banjir. Lalu, datang Romo Mangun memberi bantuan untuk warga. Dia memberi alternatif ikut membangun rumah yang layak tanpa biaya.

"Dibangun rumah-rumah itu dari 1983 masih dari bambu, gedek, didampingi beberapa mahasiswa, ada dari ASRI. Dicat warna-warni, makanya disebut Kampung Warna-warni," tambah Harris.

Upaya Romo Mangun membangun rumah di bantaran Kali Code sempat menemui tantangan. Harris bilang, salah satunya, Pemerintah Kota (Pemkot) Jogja sempat tak mengizinkan dibangun rumah di kawasan tersebut.

"Terus Pemkot ingin menggusur itu, waktu itu sempat berselisih dengan Pemkot. Pemkot inginnya digusur tapi Romo minta jangan, dipakai warga yang tidak punya. Bahkan Romo sempat mengancam mogok makan,, sehingga diizinkan dari Pemkot sampai sekarang," tuturnya.

"Peninggalannya ada rumah serbaguna. Romo juga mendapatkan penghargaan dari Uzbekistan," kata Harris.

Hingga saat ini, rumah di kawasan Kali Code peninggalan Romo Mangun masih eksis dan menjadi kawasan wisata.

Penggagas DED

Selain itu, Romo Mangun juga aktif di bidang pendidikan. Dia menginisiasi Dedikasi Edukasi Dasar yang saat ini berlokasi di Rumah Kuwera, Depok, Sleman. Hal ini diceritakan oleh Didit Dananta, salah satu penggagas DED yang juga rekan Romo Mangun.

"Saya kenal dia gara-gara saya punya teman anak-anak jalanan waktu itu. Romo dengar, kemudian awal 80-an itu sampai ke telinga saya bahwa beliau ingin ketemu saya. Beliau masih tinggal di pinggir kali kuburan Terban. Janjian dengan Romo di situ. Kami kenalan dan Romo mengajak saya, di mana waktu itu Romo membuka lokasi pengabdian di sebelah selatan Jembatan Gondolayu," kata Didit.

"Terus Romo minta saya duluan ke situ, pakai itu untuk kamu dan anak-anak (jalanan) itu. kami tinggal di sana dan beberapa bulan kemudian Romo menyusul bikin rumah di Jembatan Gondolayu. Di situ istilahnya kami ngoyo woro, salah satunya tentang keprihatinan pendidikan di Indonesia dan muncul gagasan, awalnya muncul Gerakan Edukasi Dasar," jelasnya.

Namun, Didit bilang, saat itu kondisi pemerintah Indonesia pada era 80-an kurang memungkinkan untuk mendirikan Gerakan Edukasi Dasar. Sehingga, nama tersebut diubah menjadi Dedikasi Edukasi Dasar (DED).

"Ada proses di mana saya dan teman-teman itu termasuk Romo Mangun istilahnya mencoba mempertajam pemikiran Gerakan Edukasi Dasar. Kita prihatin bagaimana anak-anak SD itu dihambat pemikiran kritisnya dengan model pembelajaran pada waktu itu. maka muncullah Gerakan Edukasi, untuk menyiasatinya dinamakan Dinamika Edukasi Dasar," ujar Didit.

DED sendiri muncul sebagai bentuk kepedulian Romo Mangun terhadap pendidikan anak-anak kurang mampu. Selain DED, dia juga membangun SD Mangunan dengan tujuan yang serupa.

"Terus juga ada SD Mangunan, ini salah satu dari DED itu tadi dibangunnya SD Mangunan. Ini salah satu dasar dari gagasan DED itu, salah satu idealisnya Romo. Di mana ada profesor yang ada di dalamnya, karena profesor mengajar di SD," kata Didit.

Perjuangan di Kedung Ombo

Cerita kepedulian Romo Mangun yang cukup banyak diceritakan tentu tentang kisahnya mengadvokasi warga di Kedung Ombo. Kala itu, Romo Mangun membantu memperjuangkan hak masyarakat yang tengah berkonflik.

"Itu sudah banyak diceritakan, saya ingat bahwa ketika dia mau masuk ke Kedung Ombo. Orang tidak tahu bagaimana dia bisa masuk ke Kedung Ombo. Saya ingat saya pernah melihat video, Romo mangun masuk ke dalam sebuah back hoe yang akan dibawa ke Kedung Ombo, dan bersembunyi di situ, edan," ungkap Gregorius Budi Subanar atau Romo Banar, Dosen Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja.

Kehadiran Romo Mangun di wilayah tersebut untuk bercerita, terutama dengan anak-anak di Kedung Ombo.

"Sampai segitunya. Orang membayangkan memperjuangkan di sana. Tapi sampai mana dia masuk wilayah yang dikepung. Jadi sebegitunya, dan itu ditulis dalam sebuah puisinya Joko Pinurbo, bagaimana perlahan-lahan desa-desa di Kedung Ombo itu ditenggelamkan. Romo mengunjungi tempat itu, dan bagaimana dia mengunjunginya," kata dia.

"Joko Pinurbo diceritakan bagaimana Romo bercerita dengan anak-anak di sana. Masuknya lewat perahu dan perahu itu tidak pernah sampai dan si nelayan itu mati di dalam perahu Romo Mangun, itu judulnya juga Perahu," pungkas Romo Banar.



Simak Video "Video: Rekaman CCTV Innova Seruduk Brio dan 4 Motor di Timoho Jogja"

(afn/ams)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork