Siap Pimpin Iran, Reza Pahlavi Minta Dukungan Ambil Alih Kekuasaan Khamenei

Internasional

Siap Pimpin Iran, Reza Pahlavi Minta Dukungan Ambil Alih Kekuasaan Khamenei

Novi Christiastuti - detikJogja
Selasa, 24 Jun 2025 13:54 WIB
Reza Pahlavi, the exiled son of the last Shah of Iran, speaks during a press conference about the situation in Iran and the need to support Iranians, in Paris, France, June 23, 2025. REUTERS/Abdul Saboor Purchase Licensing Rights
Reza Pahlavi saat jumpa pers di Paris, Prancis. Foto: REUTERS/Abdul Saboor Purchase Licensing Rights
Jogja -

Reza Pahlavi, putra Shah terakhir Iran yang diasingkan sejak revolusi tahun 1979, menyatakan siap memimpin Iran sementara untuk mengambil alih kekuasaan Ayatollah Ali Khamenei sebagai pemimpin tertinggi Iran. Dia pun meminta dukungan negara Barat mengubah rezim di Teheran itu.

Dilansir detikNews seperti dilansir Politico pada Selasa (24/6/2025), Pahlavi meminta masyarakat Internasional membantu warga Iran untuk menggulingkan kediktatoran keagamaan Khamenei.

Ketika diwawancarai Pahlavi di Paris, Perancis, pada Senin (23/6/2025) menerangkan upaya militer dibutuhkan untuk menggulingkan rezim tersebut. Guna mendukung kelompok oposisi, dia menyebutkan, butuh langkah praktis seperti internet, komunikasi lebih baik, dan aksi massa yang masif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ada di sini pada hari ini untuk menyerahkan diri kepada rekan-rekan senegara saya untuk memimpin mereka di jalan perdamaian," kata Pahlavi dalam konferensi pers pada Senin (23/6) waktu setempat.

"Kami adalah orang-orang yang bangga, orang-orang tua, dan orang-orang tangguh ... Inilah momen kita. Saya bersama Anda. Mari kita membangun Iran yang baru ini bersama-sama," cetusnya.

ADVERTISEMENT

Pahlavi telah berada di luar Iran selama 46 tahun terakhir usai monarki digulingkan revolusi Islam pada 1979. Sementara itu, pemerintahan Shah memiliki polisi keamanan negara yang ditakuti dan Pahlavi mendapat banyak kritikan dari kalangan aktivis oposisi yang menolak kembalinya monarki.

Meski begitu, Pahlavi yang kini berusia 64 tahun mempunyai pendukung dari penganut monarki di dalam maupun luar Iran. Pendukungnya pun mengadvokasi perubahan rezim di Teheran dalam beberapa dekade.

Saat ini, Pahlevi melirik peluang terbaiknya untuk mewujudkan tujuan tersebut. Keruhnya kekacauan di Iran semakin menjadi sejak perang antara negara tersebut dengan Israel pada 13 Juni lalu dan terlibatnya Amerika Serikat (AS) mengebom fasilitas nuklir di Teheran.

Walaupun AS maupun Israel tidak bertujuan mengubah rezim tersebut, Pahlevi mengungkapkan upaya militer dapat menggulingkan kediktatoran Khamenei dan perubahan rezim semakin menguat di masyarakat internasional.

Menurut Pahlavi, rezim Khamenei berpeluang besar untuk tumbang pada akhir tahun ini. Adalah sebuah kesalahan dalam penilaian Pahlavi bagi negara Barat, terutama di Eropa, yang menyuarakan deeskalasi konflik dan kembali ke meja perundingan

"Perundingan adalah sia-sia karena rezim ini telah membuktikan berkali-kali bahwa mereka tidak akan pernah mengubah perilakunya. Anda telah berunding cukup lama dengan rezim ini. Sudah saatnya kita berinvestasi pada rakyat Iran sebagai jaminan yang Anda untuk otoritas yang akan menjamin perdamaian bagi Anda, keamanan bagi dunia, dan yang terpenting kebebasan bagi negara saya sendiri," ujarnya.




(afn/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads