Hama tikus di sawah sangat merugikan para petani. Tanaman bisa habis dirusak dan dimakan oleh hewan pengerat tersebut sehingga mengakibatkan gagal panen. Agar tidak dirugikan, petani sebaiknya memahami cara membasmi tikus sawah paling ampuh.
Menurut Amanda Patappari Firmansyah dalam bukunya Pengantar Pelindungan Tanaman, ciri khas serangan tikus pada tanaman padi di sawah dapat dikenali dari pola kerusakannya. Umumnya, kerusakan dimulai dari bagian tengah petakan sawah, lalu menyebar ke arah pinggir. Dalam kondisi serangan yang parah, tikus dapat merusak hampir seluruh tanaman, sehingga hanya menyisakan satu hingga dua baris tanaman padi di tepi petakan. Pola ini menjadi tanda khas yang membedakan serangan tikus dari hama lainnya.
Karena sangat merugikan, kita sebaiknya memahami cara membasmi tikus sawah yang ampuh. Pada kesempatan ini, detikJogja akan membagikan beberapa cara yang dihimpun dari buku Pengantar Dasar Agronomi tulisan Andi Adriani Wahditiya, Buku Pintar Penanggulangan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) oleh Sugara Raharjo, serta laman resmi Pemerintah Kota Malang. Mari kita simak!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Membasmi Tikus Sawah Paling Ampuh
Untuk membasmi tikus yang menjadi salah satu musuh utama petani di sawah, kita bisa menerapkan cara sederhana, mulai dari sanitasi hingga kimiawi.
1. Menutup Lubang Tikus di Sekitar Sawah
Salah satu cara paling sederhana tapi efektif dalam membasmi hama tikus adalah dengan menutup lubang-lubang yang ada di sekitar sawah. Lubang tersebut biasanya menjadi tempat tikus bersembunyi dan berkembang biak. Dengan menutupnya, tikus akan kehilangan tempat tinggal dan merasa terganggu.
Langkah ini harus dilakukan secara rutin, terutama di awal musim tanam. Petani perlu memeriksa seluruh area sawah termasuk tanggul, pematang, dan saluran air. Begitu ditemukan lubang tikus, segera ditutup menggunakan tanah padat atau lumpur. Pastikan lubang benar-benar tertutup rapat.
Menutup lubang juga bisa digabungkan dengan teknik lain seperti gropyokan atau fumigasi untuk hasil lebih optimal. Metode ini relatif aman dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia.
2. Memberi Umpan Dedak dan Karak
Rozikin, seorang petani dari Kelurahan Kebonsari, Malang, menemukan cara unik dan efektif untuk mengendalikan tikus. Ia menggunakan umpan berupa dedak gabah dan karak yang diletakkan di sekitar pematang sawah. Jarak peletakannya sekitar dua meter sekali.
Dengan cara ini, tikus akan memilih memakan dedak dan karak daripada merusak tanaman padi. Metode ini terbukti berhasil karena tikus tidak lagi menyerang padi secara agresif. Bahkan kalau pun tikus tetap memakan padi, kerusakannya hanya sedikit.
Rozikin telah menerapkan cara ini selama sepuluh tahun dan panennya tetap melimpah. Metode ini tergolong ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan peliharaan, dan tidak membutuhkan alat atau bahan beracun.
3. Sanitasi Lahan
Sanitasi merupakan langkah penting dalam pengendalian hama tikus. Tujuannya adalah menjaga kebersihan sawah dari rumput liar, gulma, dan semak belukar yang menjadi tempat ideal bagi tikus untuk bersarang.
Petani perlu membersihkan saluran irigasi, tanggul, dan pematang sawah dari tanaman liar. Lingkungan yang bersih dan terbuka membuat tikus tidak nyaman tinggal di sana. Akibatnya, tikus akan berpindah ke tempat lain yang lebih tertutup.
Sanitasi harus dilakukan secara rutin, terutama sebelum masa tanam dimulai. Selain mengusir tikus, sanitasi juga membantu mencegah hama lain seperti walang sangit dan keong. Dengan kondisi lahan yang bersih, produktivitas tanaman akan meningkat.
4. Gropyokan (Berburu Tikus Secara Massal)
Gropyokan adalah kegiatan berburu tikus secara bersama-sama dengan membongkar sarang mereka. Kegiatan ini umumnya dilakukan secara massal melibatkan banyak orang di satu kawasan pertanian.
Biasanya gropyokan dilakukan pada malam hari ketika tikus aktif keluar dari sarangnya. Petani membawa obor atau lampu penerang. Saat tikus terlihat, mereka akan dipukul atau ditangkap. Menariknya, tikus cenderung tidak langsung lari saat terkena cahaya, sehingga lebih mudah ditangkap.
Metode ini sangat efektif bila dilakukan serempak dalam skala luas. Selain mengurangi populasi tikus dengan cepat, gropyokan juga menciptakan efek jera pada tikus yang tersisa. Petani dapat mengulangi kegiatan ini secara berkala untuk mempertahankan hasil.
5. Pengemposan (Fumigasi)
Fumigasi atau pengemposan dilakukan dengan cara membakar campuran belerang dan bahan organik seperti jerami padi atau sabut kelapa. Asap hasil pembakaran dimasukkan ke dalam liang tikus menggunakan alat khusus yang disebut 'emposan'.
Asap atau gas belerang yang masuk ke liang tikus dapat membunuh tikus di dalamnya. Teknik ini sangat efektif karena dilakukan saat tikus masih berada di liang. Agar gas tidak keluar, lubang ditutup dengan tanah liat setelah asap dimasukkan.
Namun, metode ini harus dilakukan dengan hati-hati oleh orang yang berpengalaman. Alat emposan menjadi panas setelah digunakan dan dapat membahayakan jika tidak ditangani dengan benar. Selain itu, bau asap juga dapat menyebabkan pusing bagi orang yang sensitif terhadap gas.
6. Menggunakan Ular Jinak
Ular adalah salah satu musuh alami tikus. Di beberapa wilayah, petani memanfaatkan ular jinak sebagai cara alami untuk mengendalikan tikus. Ular ini dilepas di sekitar sawah untuk mengusir atau memangsa tikus.
Meskipun terdengar ekstrem, pendekatan ini cukup efektif karena tikus akan merasa terancam dan enggan mendekati sawah. Selain itu, ular tidak akan merusak tanaman seperti anjing atau hewan peliharaan lainnya.
Cara ini harus dilakukan dengan hati-hati dan hanya oleh petani yang sudah terbiasa. Ular yang digunakan juga harus sudah dijinakkan agar tidak membahayakan manusia. Keberadaan ular juga bisa membantu menjaga ekosistem alami di sekitar lahan pertanian.
7. Menggunakan Racun atau Rodentisida
Penggunaan racun atau rodentisida juga merupakan cara populer dalam membasmi tikus sawah. Racun dicampur dengan umpan yang disukai tikus, seperti potongan ubi jalar. Salah satu metode melibatkan merendam potongan ubi dalam air yang mengandung fosforus.
Rodentisida dibagi menjadi dua jenis: racun akut dan racun antikoagulan. Racun akut bekerja cepat dan langsung membunuh tikus, tetapi bisa menimbulkan jera bagi tikus lain. Oleh karena itu, racun jenis ini sebaiknya hanya digunakan sekali dalam satu musim tanam.
Rodentisida antikoagulan bekerja lebih lambat, membunuh tikus dalam waktu tiga hingga tujuh hari setelah dikonsumsi. Racun ini lebih aman digunakan secara berkala karena tikus tidak menyadari bahwa umpan tersebut mematikan.
Saat menggunakan racun, sangat penting untuk menjaga lokasi umpan agar tidak dijangkau hewan peliharaan atau ternak. Penempatan umpan juga harus terlindungi dari hujan agar tetap efektif.
Itulah tadi sejumlah cara membasmi tikus sawah paling ampuh agar tidak datang lagi. Semoga bermanfaat!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM