Seorang TKW atau pekerja migran asal Batang, Jawa Tengah, Ribut Uripah (56), sempat dilaporkan hilang usai berangkat ke Malaysia sejak 2006. Ribut akhirnya ditemukan setelah beredar video dirinya tinggal sendirian di hutan Malaysia.
Video itu diunggah di akun TikTok @bansos.pmi.omtris dan di Instagram, salah satunya di akun @batanginfo.id. Video itu diunggah Rabu (5/3) dan menuai banyak respons dari netizen.
Dilansir detikJateng, diketahui Ribut merupakan warga Desa Candirejo, Kecamatan Bawang, Batang. Pihak keluarga pun senang bercampur sedih mengetahui video Ribut tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kakak tertua Ribut, Tamat (75) didampingi istrinya Misni (60), mengaku senang adiknya yang hilang selama belasan tahun akhirnya ditemukan dalam kondisi sehat. Namun dirinya juga sedih mengetahui adik bungsunya itu hidup sendirian di hutan.
"Senang jelas senang melihat itu. Sedih juga, kenapa hidup di hutan sendirian. Bahkan, karena mendengar kabar hidup sendiri di hutan itu, saya dan suami saya, tidak bisa tidur nyenyak," kata Misni saat ditemui di rumahnya, Kamis (6/3/2025).
Misni menceritakan Ribut berangkat menjadi TKW di Malaysia sejak 2006. Saat itu Ribut pamit hendak bekerja sebagai asisten rumah tangga.
"Berangkat menjadi pembantu rumah tangga ke Malaysia tahun 2006. Adik saya sudah punya anak satu, saat itu berumur 4 tahun, masih ada suaminya," katanya.
Saat berangkat ke Malaysia, anak Ribut dititipkan ke kakak yang lainnya. Sedangkan suami Ribut hingga saat ini pihak keluarga juga tidak mengetahui rimbanya.
"Tahun pertama kerja, masih berkirim surat, bahkan uang untuk biaya sekolah anaknya. Namun setelah itu, sampai kemarin, tidak ada kabarnya," ungkapnya.
Lama tidak ada kabar, membuat pihak keluarga cemas. Bahkan, pihak keluarga mendatangi kantor penyalur tenaga kerja, namun kantornya sudah tutup. Berbagai cara dilakukan untuk mencari keberadaan Ribut Uripah, termasuk dengan mendatangi orang pintar.
Lama kelamaan, pihak keluarga berpasrah. Bahkan sudah menganggap Ribut sudah tidak ada.
"Kami bingung, mau usaha apalagi. Makanya kita berdoa terbaik. Tiap Kamis-Jumat kita kirim berdoa. Kami kira sudah tidak ada," tambah Misni.
Hingga akhirnya kemarin, sebuah video viral di wilayah Bawang, yang menunjukkan keberadaan Ribut Uripah, yang selama ini dicarinya.
"Sudah lama ya, 19 tahun atau 20 tahun. Wong anaknya saat ini sudah kuliah di Semarang," katanya.
Kamis (6/3) pagi, pihak desa bersama Muspika Bawang mendatangi rumahnya. Untuk pertama kalinya pihak keluarga tersambung dengan Ribut melalui panggilan video group.
"Senang bisa ngobrol, tadi ada adik saya (ribut), Pak Yoyok juga," kata Misni.
"Adik saya ingin pulang ke sini, pengin melihat anaknya yang sudah kuliah juga," tambahnya.
Sempat Tak Mau Dievakuasi
Ribut disebut-sebut sempat tidak mau dievakuasi oleh relawan dari hutan tersebut. Hal itu diungkap oleh mantan Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo. Pria yang kini menjabat sebagai anggota Komisi I DPR RI itu bahkan sempat berkomunikasi langsung dengan Ribut melalui video call.
Saat dihubungi, Yoyok mengaku awalnya dia memperoleh informasi adanya wanita Batang yang tinggal di hutan Malaysia itu melalui media sosial. Dia akhirnya langsung mencari pihak yang mengunggah informasi tersebut.
"Videonya muncul di TikTok viral. Kita langsung tracking akun yang memviralkan itu, ketemulah orang asal Medan itu namanya Mas Kris," ungkapnya.
"Beliaunya itu aktivis nonpemerintah yang memang beberapa kali mencoba memfasilitasi orang yang terlantar, butuh bantuan di Malaysia sana," tambah Yoyok.
Simak Video 'Sederet Fakta TKW Hilang 19 Tahun Ditemukan Tinggal di Hutan Malaysia':
Selengkapnya di halaman selanjutnya
Yoyok kemudian mengandalkan jaringan yang dimiliki sehingga bisa berkontak dengan warga Batang yang menjadi TKI di Malaysia dan lokasinya berdekatan dengan lokasi Ribut. Akhirnya warga Batang itu bisa menemukannya. Hanya saja, lanjutnya, saat itu Ribut tidak bersedia dievakuasi.
"Alhamdulillah akhirnya bisa ditemukan. Kondisi ibu itu, memang kondisinya memang takut ketemu orang asing," jelasnya.
Akhirnya Yoyok melunakkan dengan melakukan video call pada Ribut. Ia merayu dengan menggunakan bahasa dan dialek lokal.
"Saya rayu dengan bahasa dialek Bawang, biar beliaunya juga ingat. Sampean nengkono kenapa njulah. Bali bae nju saiki. Neng Bawang wis ana sepur (Kamu di situ ngapain, mbakyu. Pulang yuk sekarang. Di Bawang sudah ada kereta)," rayu Yoyok.
Dengan pendekatan seperti itu, akhirnya Ribut, mulai membuka komunikasi. Bahkan, ia yang sebelumnya tidak mau untuk dievakuasi ke tempat penampungan di KBRI, akhirnya lunak.
"Alhamdulillah, setelah melalui pendekatan, berkah Ramadan, mau diajak komunikasi, sudah mau dievakuasi ke penampungan KBRI," katanya.
Ribut kemudian dibawa ke penampungan di KBRI. Langkah selanjutnya, pihaknya langsung koordinasi dengan semua instansi terkait.
Diperkirakan akan memakan waktu lebih dari seminggu untuk pemulangan Ribut.
"Ini memang tidak mudah, ada prosedur-prosedurnya. Pemerintah hadir, sudah ditanggung, difasilitasi, nanti saya jemput di Bandara Soekarno-Hatta, pada waktunya nanti," jelas Yoyok.
Simak Video 'Sederet Fakta TKW Hilang 19 Tahun Ditemukan Tinggal di Hutan Malaysia':
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas