Cancel culture selama ini dikenal sebagai sebuah istilah yang kerap berkaitan dengan seorang publik figur. Namun, sebenarnya apa itu cancel culture?
Istilah cancel culture mungkin tidak asing lagi di telinga sebagian orang. Hal ini dikarenakan, cancel culture dianggap sebagai tindakan yang memberikan dampak begitu besar bagi siapa saja yang mengalaminya. Terlebih lagi apabila cancel culture berlaku pada publik figur.
Tidak jarang para publik figur yang mengalami cancel culture bisa mempertaruhkan karier yang telah dibangun selama ini. Oleh karena itu, cancel culture dianggap sebagai sebuah keputusan yang begitu besar untuk dibuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penasaran ingin mengetahui gambaran mengenai cancel culture? Temukan pembahasannya secara rinci di dalam artikel ini.
Mengenal Lebih Dekat Cancel Culture
Cambridge Dictionary mendefinisikan cancel culture sebagai cara berperilaku yang terjadi di masyarakat atau kelompok, terutama di ranah media sosial. Tindakan ini melibatkan orang-orang yang menolak atau berhenti mendukung seseorang dikarenakan sebuah alasan.
Cancel culture juga dapat disebut sebagai budaya pembatalan yang mana menjadi sebuah budaya saat tidak adanya kesempatan bagi orang-orang yang telah berbuat sesuatu kepada masyarakat umum. Inilah yang membuat siapa saja yang mendapatkan cancel culture akan meminta maaf dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.
Sementara itu, di dalam jurnal 'Cancel Culture sebagai Respons Masyarakat terhadap Perilaku Kasus Perselingkuhan: Kajian pada Akun Instagram @arawindak' karya Stella Jehovani Ratna Mourina, bahwa cancel culture adalah perilaku masyarakat yang berusaha mengucilkan, menolak, memboikot, hingga mengejek individu. Namun demikian, tindakan tersebut bukanlah tanpa alasan.
Sering kali individu yang mendapatkan cancel culture dikarenakan berperilaku atau berkata-kata yang keluar dari tatanan hidup bermasyarakat. Kebanyakan cancel culture dialami oleh orang-orang yang memiliki pengaruh. Misalnya saja publik figur, tokoh ternama, hingga merek yang menawarkan produk tertentu.
Penyebab Cancel Culture
Lantas apa yang menjadi penyebab terjadinya cancel culture? Masih merujuk dari sumber sebelumnya, cancel culture disebabkan karena seseorang telah mengatakan atau melakukan sesuatu yang dianggap menyinggung.
Kemudian dijelaskan dalam jurnal bertajuk 'Cancel Culture in the Frame of Comparison of Indonesia and South Korea' karya Dipta Ninggar Anjarini, bahwa terdapat berbagai penyebab seseorang mendapatkan cancel culture. Namun demikian, cancel culture kerap kali berkaitan dengan skandal yang melibatkan publik figur atau orang ternama lainnya.
Penyebab cancel culture tidak jarang dikarenakan tudingan bullying, perilaku yang kasar, sikap tidak sopan, hingga pelecehan yang telah dilakukan. Inilah yang membuat sosok pelakunya akan diboikot oleh masyarakat secara luas.
Contoh Cancel Culture
Mengutip dari laman Britannica, cancel culture merupakan sebuah frasa yang telah digunakan sejak tahun 2016 silam. Budaya pembatalan ini biasanya akan semakin membesar di media sosial. Inilah yang membuat selebriti, tokoh ternama, merek, hingga tokoh politik akan mengalami dampak yang begitu besar setelah mendapatkan cancel culture.
Contoh cancel culture pernah terjadi pada seorang eksekutif hubungan masyarakat yang telah membuat lelucon tentang AIDS. Dikatakan bahwa orang tersebut mengunggah cuitan di Twitter (sekarang X) saat akan melakukan perjalanan ke luar negeri. Akibat dari cuitan tersebut, dirinya mengalami cancel culture yang berdampak besar di dalam kariernya. Tidak hanya diboikot, ia juga harus kehilangan pekerjaan.
Cancel culture juga pernah dialami oleh penulis buku best seller Harry Potter Series, yaitu JK Rowling. Diungkap dalam laman Washington Times, JK Rowling sempat menyuarakan kekhawatirannya akan hak transgender yang justru membahayakan hak perempuan. Hal ini mendapatkan reaksi yang begitu keras dari publik.
Publik yang kontra dengan pendapat JK Rowling memberikan kritikan tajam. Bahkan mereka memboikot buku-buku yang ditulis JK Rowling dan menyerukan agar pihak penerbit menghentikan pembayaran royalti kepada penulis yang satu ini.
Cara Mengatasi Cancel Culture
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya cancel culture akan membuat seseorang yang mengalaminya cenderung meminta maaf dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan. Namun demikian, situasi ini juga mungkin sulit untuk diatasi oleh siapa saja yang mengalaminya. Lantas, bagaimana cara mengatasi cancel culture?
Dijelaskan dalam laman Texas Tech University, bahwa cara yang paling utama untuk mengatasi cancel culture ada pada diri sendiri orang yang bersangkutan. Mereka dapat mengamati perilaku diri sendiri dan memilih untuk tidak semakin terlibat dalam reaksi yang diberikan oleh pihak lain.
Kemudian dijelaskan bahwa mereka juga perlu belajar untuk menghindari membuat masalah pribadi yang mampu menjadi konsumsi publik. Bersikap terbuka terhadap perspektif lain juga perlu dilakukan oleh pihak yang mendapatkan cancel culture.
Tidak hanya bagi pihak yang mengalaminya, cara menangani cancel culture juga dapat dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Saat mengetahui ada orang terdekat atau yang dikenal menjadi target cancel culture, maka usahakan untuk membantu mereka dengan menyediakan sumber daya yang diperlukan.
Misalnya saja mengajukan diri sebagai mediator hingga mengingatkan perilaku mereka agar situasi tidak semakin parah. Memberikan arahan agar selalu berhati-hati dalam berucap maupun berperilaku menjadi cara agar menyelamatkan mereka dari situasi yang berantakan sekaligus mencegahnya tidak semakin melebar.
Itulah tadi sekilas penjelasan mengenai cancel culture sebagai wujud sanksi sosial yang dilakukan dalam skala besar. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan baru bagi detikers, ya.
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu