Stunting adalah salah satu masalah kesehatan yang dihadapi sejumlah masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Tetapi, sebenarnya apa itu stunting?
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), banyak anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif anak.
Fenomena ini mencerminkan tantangan besar dalam upaya menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas. Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, hingga pola pengasuhan yang kurang optimal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk, simak artikel berikut ini untuk memahami lebih dalam tentang stunting adalah apa, dari pengertian, penyebab, hingga dampaknya!
Pengertian Stunting
Mengutip dari laman resmi WHO, stunting adalah kondisi yang menggambarkan pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial. Anak yang stunting memiliki tinggi badan lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-rata tinggi anak seusianya berdasarkan standar WHO.
Kondisi ini biasanya terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan, yang merupakan periode kritis untuk pertumbuhan dan perkembangan. Stunting tidak hanya memengaruhi fisik anak, tetapi juga kemampuan kognitif dan kesehatannya secara keseluruhan. Oleh karena itu, stunting dianggap sebagai salah satu indikator penting dalam menentukan kualitas kesehatan masyarakat suatu negara.
Penyebab Stunting
Mengutip laman Our World in Data, berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya stunting pada anak, di antaranya:
1. Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi adalah penyebab utama stunting, terutama selama 1.000 hari pertama kehidupan. Pada periode ini, bayi sangat membutuhkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan otaknya. Makanan yang tidak mencukupi dari segi kuantitas dan kualitas, seperti rendahnya asupan protein, zat besi, dan vitamin, menjadi faktor utama.
Kekurangan gizi juga dapat terjadi jika ibu hamil tidak mendapatkan makanan bergizi selama masa kehamilan. Akibatnya, bayi lahir dengan berat badan rendah dan risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting.
2. Infeksi Berulang
Infeksi berulang seperti diare, pneumonia, dan infeksi saluran pencernaan dapat menghambat pertumbuhan anak. Ketika anak sakit, tubuhnya lebih banyak menggunakan energi untuk melawan penyakit daripada untuk tumbuh.
Selain itu, infeksi sering mengganggu penyerapan nutrisi di saluran pencernaan, sehingga nutrisi yang dikonsumsi tidak terserap dengan optimal. Infeksi yang berulang juga dapat menyebabkan peradangan kronis, yang berkontribusi pada stunting. Oleh karena itu, pencegahan dan pengobatan infeksi sejak dini sangat penting.
3. Praktik Pengasuhan yang Tidak Optimal
Cara pengasuhan yang kurang tepat, seperti pemberian makanan tambahan yang tidak sesuai usia atau kurangnya stimulasi, berkontribusi pada stunting. Sebagai contoh, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tidak bergizi atau terlalu dini dapat berdampak negatif.
Selain itu, anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian emosional yang cukup cenderung mengalami stres yang dapat memengaruhi perkembangan otak dan tubuh mereka. Pengasuhan yang baik memerlukan pemahaman orang tua tentang pentingnya makanan bergizi dan stimulasi positif untuk mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Ciri-ciri Stunting
Mengutip laman National Center for Biotechnology Information, berikut merupakan beberapa ciri-ciri stunting pada anak, di antaranya:
1. Tinggi Badan Rendah untuk Usianya
Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang jauh di bawah rata-rata anak seusianya. Ini disebabkan oleh gangguan pertumbuhan yang terjadi secara perlahan selama waktu yang cukup lama.
Orang tua sering kali baru menyadari kondisi ini setelah anaknya dibandingkan dengan teman sebayanya. Jika tidak segera ditangani, stunting dapat berdampak jangka panjang pada kualitas hidup anak. Oleh karena itu, penting untuk memantau pertumbuhan anak secara rutin melalui pemeriksaan kesehatan.
2. Perkembangan Kognitif Terhambat
Stunting tidak hanya memengaruhi fisik tetapi juga kemampuan kognitif anak. Anak yang stunting cenderung memiliki masalah dalam kemampuan belajar, daya konsentrasi, dan penyelesaian masalah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya nutrisi penting yang diperlukan untuk perkembangan otak, terutama selama periode emas pertumbuhan.
Akibatnya, anak-anak ini berisiko memiliki performa akademik yang rendah di sekolah. Ini menunjukkan bahwa stunting berdampak luas, bukan hanya pada tubuh tetapi juga pada masa depan anak.
3. Rentan terhadap Penyakit
Anak yang stunting lebih mudah sakit karena sistem imun mereka yang lemah. Kekurangan gizi mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, sehingga anak-anak ini lebih sering terkena penyakit seperti diare dan pneumonia.
Penyakit-penyakit ini pada gilirannya semakin memperburuk kondisi stunting karena nutrisi yang dimiliki tubuh digunakan untuk melawan penyakit. Oleh karena itu, anak yang mengalami stunting memerlukan perhatian kesehatan yang lebih intensif.
Dampak Stunting
Berdasarkan informasi yang dikutip dari laman Concern Worldwide, berikut adalah dampak yang ditimbulkan dari terjadinya stunting pada anak, diantaranya:
1. Kesehatan Jangka Panjang
Stunting tidak hanya berdampak pada masa kanak-kanak tetapi juga pada kesehatan saat dewasa. Anak-anak yang mengalami stunting berisiko lebih tinggi terkena penyakit kronis seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi di masa depan.
Ini disebabkan oleh perubahan permanen pada metabolisme tubuh akibat kekurangan gizi kronis. Selain itu, pertumbuhan fisik yang terhambat juga dapat menyebabkan masalah tulang dan otot di kemudian hari. Oleh karena itu, pencegahan stunting sejak dini sangat penting untuk mencegah masalah kesehatan jangka panjang.
2. Kerugian Ekonomi
Orang dewasa yang mengalami stunting saat kecil cenderung memiliki kemampuan kerja dan produktivitas yang lebih rendah. Hal ini dapat berdampak pada tingkat pendapatan mereka, yang pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup keluarga mereka.
Selain itu, biaya kesehatan yang tinggi untuk mengatasi dampak stunting juga menjadi beban ekonomi. Dalam skala nasional, stunting dapat memengaruhi produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan, yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara.
3. Efek Antar Generasi
Stunting dapat menciptakan siklus kemiskinan yang sulit diputus. Anak-anak dari orang tua yang mengalami stunting berisiko lebih tinggi mengalami kondisi yang sama, terutama jika mereka hidup dalam kondisi lingkungan yang sama.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, yang menjadi awal dari siklus stunting. Oleh karena itu, penting untuk memutus rantai ini melalui intervensi yang efektif dan berkelanjutan.
Demikian informasi singkat mengenai stunting mulai dari pengertian, penyebab, hingga dampaknya. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!
Artikel ini ditulis oleh Rheina Meuthia Ashari, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM