King cobra (Ophiophagus hannah) adalah ular berbisa terpanjang di dunia, dengan panjang yang bisa mencapai 5,5 meter. Ular ini hidup di hutan tropis dan hutan pegunungan di Asia Tenggara, mulai dari India hingga Indonesia. Tahukah kamu detikers jika ular king cobra memiliki cara perkembangbiakan yang terbilang unik dan bikin geleng-geleng kepala? Lantas, bagaimana cara ular king cobra kawin?
Dikutip dari laman Saint Louis Zoo, induk king cobra bisa bertelur sebanyak 20 hingga 43 butir pada setiap siklusnya. Meski begitu, king cobra saat ini dikategorikan sebagai spesies yang terancam punah karena hilangnya habitat dan maraknya tindak perburuan oleh manusia
Penasaran seperti apa proses kawin ular king cobra, detikers? Mari simak pembahasan lengkapnya yang dihimpun dari laman Reach the World, Smithsonian's National Zoo & Conservation Biology Institute, Better Planet Education, serta Animal Diversity berikut ini!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Ular King Cobra Kawin
King cobra adalah salah satu spesies ular yang memiliki proses kawin unik dan kompleks. Proses perkawinan ular king cobra dimulai ketika betina siap mencari pasangan. Untuk menarik perhatian jantan, betina melepaskan feromon dari tubuhnya, yang berfungsi sebagai sinyal kimia.
Begitu seekor jantan mendeteksi aroma ini, ia akan segera mendekati betina. Perkawinan ini cukup dramatis karena kedua ular sering kali tampak saling terbelit erat, mengesankan kekuatan dan ketahanan keduanya dalam proses ini.
Pada saat mendekati betina, ular jantan melakukan gerakan yang bisa dianggap sebagai semacam 'tarian'. Gerakan ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan perlahan agar betina merasa nyaman dan tidak terancam.
Begitu betina menerima kehadiran jantan, mereka akan mulai saling melilit dalam posisi yang memungkinkan pejantan melakukan pembuahan pada telur-telur yang ada di tubuh betina. Proses ini bisa berlangsung berjam-jam, dan keduanya tetap dalam posisi yang saling terkait.
Uniknya, tidak seperti kebanyakan ular lainnya, king cobra jantan dan betina dapat bekerja sama dalam mencari lokasi sarang. Mereka bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain bersama untuk menghindari area yang terlalu terbuka atau berbahaya.
Setelah menemukan tempat yang sesuai, yaitu daerah yang lembap dan terlindungi, mereka mulai mengumpulkan dedaunan dan ranting untuk membangun sarang. Betina kemudian akan bertelur di sarang yang sudah dipersiapkan.
King cobra betina memiliki kemampuan khusus untuk menjaga telur mereka. Ia akan duduk di atas sarang, memanfaatkan panas tubuhnya untuk memastikan suhu tetap stabil selama masa inkubasi. Sementara itu, pejantan tidak sepenuhnya pergi; ia berada di sekitar sarang untuk menghalau predator yang mendekat. Kerja sama ini menjadi salah satu alasan mengapa king cobra dianggap sebagai ular yang bisa membentuk pasangan tetap.
Setelah telur menetas, betina akan meninggalkan sarangnya agar tidak mengancam anak-anaknya sendiri. Hal ini dikarenakan king cobra, sebagai predator, memiliki insting untuk berburu. Dengan meninggalkan sarang, king cobra betina mengurangi risiko memburu anak-anaknya secara tidak sengaja.
Musim Kawin King Cobra
Musim kawin king cobra biasanya berlangsung pada awal tahun, dari Januari hingga April, yang bertepatan dengan musim hujan di banyak wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Musim hujan menciptakan lingkungan yang lembap dan hangat, yang ideal bagi king cobra untuk berkembang biak. Pada saat ini, lingkungan yang basah dan subur mendukung proses pencarian tempat sarang yang aman dan tersembunyi.
Di musim kawin ini, king cobra jantan akan lebih aktif dalam mencari betina yang siap kawin. Selama periode ini, ular jantan bisa melakukan perjalanan jauh hanya untuk menemukan pasangan. Kehadiran betina yang melepaskan feromon akan menarik lebih dari satu jantan, yang kemudian berkompetisi untuk memenangkan hati sang betina. Dalam kompetisi ini, jantan yang lebih besar biasanya memiliki peluang lebih besar untuk berhasil.
Pada musim kawin, king cobra betina dan jantan akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama untuk memastikan keberhasilan perkawinan dan menjaga telur hingga menetas. Suasana musim hujan dengan banyaknya vegetasi yang basah memungkinkan mereka menyusun sarang dengan tumpukan daun dan ranting, yang akan membantu melindungi telur dari kondisi cuaca ekstrem. Setelah telur-telur ini diletakkan, betina akan menjaga sarang dengan agresif, terutama jika ada ancaman yang mendekat.
Menariknya, musim kawin ini juga menjadi waktu ketika king cobra bisa menjadi lebih berbahaya bagi manusia karena sifat agresifnya saat menjaga sarang. Mereka akan mempertahankan wilayah mereka dengan sangat hati-hati, memastikan tidak ada ancaman bagi telur-telur yang sedang diinkubasi. Begitu anak-anak ular menetas di akhir musim hujan, king cobra betina biasanya meninggalkan sarangnya untuk menghindari kemungkinan memangsa anak-anaknya sendiri.
Demikian penjelasan lengkap mengenai cara ular king cobra kawin. Semoga bermanfaat!
(sto/apu)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu