Musim Kemarau-Buntut Van Der Wijck Ditutup, 2.162 Jiwa di Sleman Krisis Air

Musim Kemarau-Buntut Van Der Wijck Ditutup, 2.162 Jiwa di Sleman Krisis Air

Jauh Hari Wawan S - detikJogja
Sabtu, 26 Okt 2024 16:33 WIB
Blue plastic water tank used in residential constructions in Brazil
Ilustrasi krisis air di Sleman. Foto: Getty Images/ViniSouza128
Sleman -

Krisis air bersih di Sleman kian meluas. Total, sudah tiga kapanewon dan 2.162 jiwa terdampak. Selain faktor cuaca, kekeringan juga terjadi akibat ditutupnya selokan Van Der Wijck.

"Kekeringan meluas ke Banyurejo Kapanewon Tempel. Per tanggal 24 Oktober ada 458 KK dengan 2.162 jiwa terdampak," kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Sleman, Makwan, kepada wartawan melalui pesan singkat, Sabtu (26/10/2024).

Makwan menjelaskan, tiga kapanewon terdampak meliputi Minggir, Moyudan, dan Tempel. Di Kapanewon Tempel, Makwan menyampaikan dampak kekeringan ini menyebabkan warga di Kalurahan Banyurejo kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman melakukan distribusi hidran umum (tangki air) sebagai tempat untuk menampung dropping air bersih di beberapa dusun di Banyurejo.

"BPBD Sleman distribusi HU 12 unit pinjam pakai dari BP2W DIY, 2 unit dari DLH Sleman," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Setelah itu, BPBD Sleman melakukan dropping air bersih di titik-titik HU tersebut. Dropping air bersih untuk memenuhi kebutuhan warga akan dilakukan setiap hari.

"Mulai hari ini di-dropping air bersih. Semoga warga tidak kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan dasar," tuturnya.

Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Bambang Kuntoro, menambahkan di Kapanewon Moyudan dan Minggir tercatat ada 1.366 jiwa yang kemudian mengalami kekurangan air bersih dan membutuhkan dropping air.

"Dropping air sejak 9 Oktober kemarin, yang terdampak di Kapanewon Minggir dan Moyudan. Dari data per tanggal 17 kemarin ada 366 KK dengan jumlah 1.366 jiwa terdampak," kata Bambang.

Bambang merinci, kebutuhan air bersih di Kapanewon Minggir meliputi Kalurahan Sendangrejo, Sendangagung, dan Sendangsari. Sementara di Moyudan di Kalurahan Sumberrahayu dan Sumberagung.

"Di Moyudan tercatat permintaan dropping di tiga sekolah, SD Muhammadiyah Gamplong, TK ABA Gamplong, dan SD Muhammadiyah Ngijon," urainya.

Dijelaskan Bambang, pascapenutupan aliran Van Der Wijck dan Selokan Mataram, sumur warga mulai mengering. Selain itu, debit air dari Pamsimas juga ikut turun.

"Jadi ini dampak kemarau juga penutupan selokan Van Der Wijck, Mataram. Ada penurunan debit air sumur, ada yang kering ada yang diambil keruh. Kemudian Pamsimas juga nggak jalan karena sumurnya kering," ujarnya.

Saat ini, BPBD Sleman menyiagakan dua truk tangki air di Kalurahan Sendangsari. Satu truk bisa mengangkut 5 ribu liter air.

"Kalau dropping kita sesuai permintaan. Tapi mobil kami standby-kan di Kalurahan Sendangsari, kalau misal relawan mau pakai untuk dropping malam silakan, tapi operasional pribadi," pungkas dia.




(apu/ams)

Hide Ads