Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengumumkan peluncuran inisiatif baru untuk mendirikan negara Palestina. Usulan ini dilakukan dengan menggalang dukungan untuk penerapan solusi dua negara (two state solution), setelah upaya internasional selama beberapa dekade selalu gagal.
Dilansir detikNews dari Al Arabiya, Jumat (27/9/2024), aliansi global untuk implementasi solusi dua negara itu disampaikan dalam pidato Pangeran Faisal saat pertemuan yang melibatkan Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Norwegia.
Pangeran Faisal menyebut pertemuan perdana untuk aliansi global itu bakal digelar di Riyadh. Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan pertemuan lanjutan bakal digelar di Riyadh dan Brussels.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pidatonya, Pangeran Faisal menyebut inisiatif ini adalah upaya bersama negara-negara Arab dan Eropa.
"Kita akan melakukan segala upaya untuk mencapai rencana yang bisa diandalkan dan tidak dapat diubah untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan komprehensif," ujar dia.
Pangeran Faisal menegaskan perlunya bergerak secara kolektif demi mewujudkan gencatan senjata. Dia juga berharap solusi dua negara bisa segera diterapkan.
"Yang terutama adalah negara Palestina merdeka," tegas dia.
Diketahui, Israel membombardir Jalur Gaza dan memicu kehancuran besar-besaran sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu. Serangan itu dilakukan usai Hamas menyerang Israel bagian selatan hingga menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang disandera.
Lebih dari 41 ribu orang dilaporkan tewas di Jalur Gaza gegara rentetan serangan Israel sejauh ini.
Pangeran Faisal kembali menegaskan perang yang berlangsung telah memicu bencana kemanusiaan. Termasuk juga kejahatan Israel di Tepi Barat, Masjid Al-Aqsa, dan tempat-tempat suci umat Muslim dan Kristen lainnya.
Pangeran Faisal menyebut Israel selalu berdalih membela diri. Namun, hal itu tidak membenarkan pembunuhan puluhan ribu warga sipil, pemindahan paksa, penggunaan kelaparan sebagai alat perang, penghasutan, dehumanisasi, dan penyiksaan sistematis, termasuk kekerasan seks dan kejahatan lainnya oleh militer Israel.
Saudi pun telah berulang kali menegaskan tak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina. Hal ini mengacu pada perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sementara itu, mayoritas anggota parlemen Israel, Knesset, menolak solusi dua negara. Sedangkan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu konsisten menolak komitmen itu.
Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), sempat mengatakan bahwa Riyadh tidak akan mengakui Israel tanpa adanya negara Palestina. MBS juga mengutuk keras 'kejahatan pendudukan Israel' terhadap rakyat Palestina.
"Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tidak kenal lelah menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa Kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa hal tersebut," tegas MBS di depan Dewan Syura, pekan lalu.
Simak Video 'Presiden Palestina di Majelis PBB: Hentikan Genosida di Gaza!':
(ams/cln)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang
Ponsel Diplomat Kemlu yang Tewas Misterius Ternyata Hilang