Telah umum diketahui bahwa bendera Merah Putih yang dikibarkan saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 adalah hasil jahitan Fatmawati. Berikut kisah Fatmawati menjahit Sang Saka Merah Putih!
Dirangkum dari buku Kisah Merah Putih oleh Panitia Peringatan Hari Pahlawan 2017, menurut Mohammad Yamin, pemilihan warna merah putih untuk bendera Indonesia telah terjadi sejak zaman dahulu. Bahkan, Mohammad Yamin meyakini sejak zaman batu!
Sang pahlawan nasional percaya bahwa masyarakat Nusantara telah memakai warna ini sejak 6.000 tahun silam. Salah satu buktinya terdapat di situs pekuburan kuno batu berpahat di Gunung Dempo, Sumatra Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kubur tersebut, terdapat pewarnaan merah putih dan penggambaran seorang perwira yang memanggul bendera dwi warna. Hal ini menjadi landasan bagi Mohammad Yamin untuk meyakini bahwa warna merah dan putih telah dipakai sejak era Megalitik.
Dalam perkembangan selanjutnya, warna ini juga terus dipakai, mulai dari masa Hindu-Buddha hingga zaman penyusunan kemerdekaan (abad ke-16 sampai 19). Pada abad ke-19 inilah bendera Merah Putih tercatat dijahit oleh Fatmawati untuk dikibarkan saat proklamasi.
Kisah Fatmawati Menjahit Bendera Merah Putih
Diringkas dari buku Sejarah Hukum Indonesia oleh Prof Dr Sutan Remy Sjahdeini SH, kisah dimulai ketika Soekarno dan para pejuang lain sedang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Kala itu Fatmawati, istri Soekarno, tidak sengaja mendengar bahwa bendera Indonesia belum tersedia.
Dengan sigap ia memutuskan untuk menjahit bendera Merah Putih tersebut. Lewat perantara Chaerul Basri, pemuda asal Bukit Tinggi, Sumatra Barat, Fatmawati meminta kain merah dan putih kepada Shimizu, komando barisan propaganda Jepang Gerakan Tiga A.
Hitoshi Shimizu kemudian meminta rekannya mencarikan permintaan Fatmawati. Usai mendapatkannya, Shimizu menyerahkan dua blok kain berukuran 2 x 3 meter itu kepada Fatmawati.
Menurut uraian dalam situs Kementerian Sekretariat Negara, kedua kain tersebut berbahan katun asal Jepang. Adapun momen pemberiannya adalah pada Oktober 1944. Artinya, kabar yang beredar bahwa bendera jahitan Fatmawati berasal dari spanduk atau seprai tidaklah benar.
Dikutip dari detikEdu, sosok 'Ibu Negara' ini dikisahkan menjahit bendera Merah Putih dengan mesin jahit yang dioperasikan berbekal kedua tangannya. Sebab, saat itu ia tengah hamil tua dan dokter melarang Fatmawati memakai kaki untuk mengoperasikan mesin jahit.
Fatmawati mengisahkan momen legendaris tersebut dalam sebuah kutipan yang berbunyi,
"Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih."
Biografi Fatmawati, Sang Penjahit Bendera Merah Putih
Disarikan dari jurnal berjudul Peran Fatmawati dalam Memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia (1945-1955) oleh Destiara Andini Ulandari, Fatmawati lahir pada Senin, 5 Februari 1923 di Bengkulu. Orang tuanya bernama Siti Chadijah dan Hassan Din yang sama-sama aktif membela tanah air via organisasi agama, Muhammadiyah.
Ketika berusia 6 tahun, Fatmawati mulai bersekolah formal. Pada 1930, Fatmawati melanjutkan pendidikan ke Hollandsch Inlandsche School (HIS). Di sana, ia belajar banyak hal, mulai dari agama, bahasa Belanda, hingga olahraga dan ilmu pengetahuan umum.
Perkembangan selanjutnya, Fatmawati yang sedang duduk di kelas 4, harus ikut pindah bersama orang tuanya ke Palembang karena alasan ekonomi. Oleh karena itu ia pindah bersekolah di HIS Muhammadiyah Bukit Kecil.
Pada 14 Februari 1938, Soekarno tiba di Bengkulu akibat pengasingan. Dalam kondisi itu, Hassan Din berkunjung ke kediaman Soekarno dan berdiskusi. Berkat tawaran anak angkat Soekarno, Fatmawati lalu melanjutkan pendidikan di RK Vakschool Maria Purissima dan lulus dalam usia 17 tahun.
Usai tinggal di rumah Soekarno per Agustus 1938, hubungan keduanya menjadi semakin dekat. Setelah melalui lika-liku hubungan cinta yang rumit, pada Juli 1943 Fatmawati menerima telegram dari Soekarno.
Telegram berbahasa Jepang itu berisikan pesan agar Fatmawati menikahi Soekarno dengan diwakilkan Sarjono. Menginjak usia 20 tahun, Fatmawati telah secara resmi menjadi istri Soekarno, dan enam bulan kemudian ia menunjukkan tanda-tanda kehamilan.
Dikutip dari laman resmi Kementerian Sosial, pernikahan Fatmawati dengan Soekarno dikaruniai lima orang putra, yakni Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Sosoknya gigih, terus menemani perjuangan Soekarno, sehingga ia diganjar gelar pahlawan nasional.
Sepak terjang Fatmawati berakhir kala ia dijemput maut dalam perjalanan pulang dari Arab Saudi. Sang penjahit Merah Putih tercatat mengalami serangan jantung saat pesawat yang ditumpangi transit di Kuala Lumpur. Jenazahnya kemudian disemayamkan di TPU Karet Bivak Jakarta dalam usia 57 tahun.
Demikian kisah lengkap Fatmawati menjahit bendera Merah Putih yang berkibar bebas saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Semoga menambah wawasan detikers, ya!
(sto/dil)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM