Sejarah Jatuhnya Konstantinopel, Penyebab Bangsa Eropa Masuk Indonesia

Sejarah Jatuhnya Konstantinopel, Penyebab Bangsa Eropa Masuk Indonesia

Nur Umar Akashi - detikJogja
Kamis, 15 Agu 2024 16:35 WIB
Tepat hari ini 568 tahun yang lalu atau 29 Mei 1453, Kekaisaran Turki Utsmani berhasil mencatatkan sejarah besar dengan menaklukkan Konstantinopel.
Ilustrasi sejarah Konstantinopel Foto: Getty Images
Jogja -

Keruntuhan Konstantinopel akibat serbuan orang-orang Turki membawa efek domino. Salah satunya adalah kedatangan bangsa Eropa untuk mencari rempah-rempah di Indonesia. Bagaimana sejarah jatuhnya Konstantinopel?

Dikutip dari laman History, Konstantinopel adalah kota kuno di Turki yang sekarang dikenal dengan nama lain, Istanbul. Pertama kali dihuni pada abad tujuh sebelum Masehi, Konstantinopel berkembang menjadi kota pelabuhan hebat berkat lokasinya yang strategis.

Pada 330 Masehi, kota ini menjadi milik Kaisar Bizantium, Konstantinus, dengan arsitektur megah dan kekayaan luar biasa. Selama 1.100 tahun berikutnya, Konstantinopel terus berdiri teguh hingga akhirnya, Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman menyerbu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa hubungannya dengan datangnya bangsa Eropa? Dirujuk dari laman Perpustakaan Komnas Perempuan, Konstantinopel merupakan kota penghubung dunia barat dan timur. Oleh karenanya, pasokan rempah-rempah orang Eropa datang melalui kota ini.

Namun, semenjak kejatuhannya pada 1453, pasokan rempah-rempah menjadi tersendat dan mengakibatkan harganya melonjak. Akibatnya, orang-orang Eropa termotivasi untuk secara langsung mendatangi sumber rempah-rempah tersebut.

ADVERTISEMENT

Lantas, seperti apa kisah penaklukan Konstantinopel? Baca sejarah lengkapnya yang telah detikJogja siapkan melalui uraian berikut ini!

Latar Belakang Serbuan ke Konstantinopel

Dirangkum dari situs World History Encyclopedia, Konstantinopel terkenal sebagai benteng perkasa yang berhasil bertahan selama berabad-abad. Orang-orang Arab, Khan Bulgar, Syemon, hingga keturunan Viking pernah mencoba merebutnya, tetapi gagal.

Apa sebabnya? Konstantinopel terletak di tepi laut sehingga sulit ditembus. Di samping itu, Konstantinopel juga memiliki armada laut tangguh yang berlabuh di pelabuhannya. Tak hanya itu, Tembok Theodosian yang kokoh juga berperan penting.

Pada 1394 dan 1422 Masehi, Kekaisaran Ottoman menyerang Konstantinopel, tetapi dipukul mundur. Naiknya sultan baru, yakni Mehmed II, pada 1451, agaknya menjadi angin segar bagi bala tentara Ottoman.

Usai melakukan serentetan persiapan yang panjang, seperti menduduki benteng-benteng di Selat Bosforus, Mehmed II mulai bergerak untuk menyapu Konstantinopel. Keyakinan sang sultan semakin kuat berkat kehancuran pasukan Salib di Varna pada 1444 Masehi.

Berbekal kondisi ini, Kekaisaran Bizantium yang kini menguasai Konstantinopel tidak memiliki banyak bala bantuan. Memang benar, bahwasanya Venezia dan Genoa sempat mengirim kapal bersenjata. Namun, semuanya terjebak blokade Ottoman.

Dalam situasi seperti itu, penduduk kota benteng ini hanya dapat menimbun makanan dan senjata serta berharap agar tembok-tembok besar Konstantinopel melindungi mereka sekali lagi. Sayangnya, hanya dengan pasukan pertahanan kurang dari 5.000 orang dan 26 kapal, Konstantinopel menjadi lemah.

Kala itu, Kaisar Bizantium yang memerintah adalah Konstantinus XI. Ia dibersamai sejumlah tokoh seperti Loukas Notaras dan pakar pengepungan asal Genoa, Giovanni Giustiniani.

Meriam Penghancur Sultan Mehmed II

Dalam kisah serbuan Konstantinopel, menarik untuk disimak bahwasanya Pasukan Ottoman memakai meriam super besar untuk menghancurkan dinding benteng. Meriam ini ditemukan oleh seorang insinyur Hungaria bernama Urban.

Mulanya, Urban menawarkan meriam ini pada bangsa Bizantium. Namun, Konstantinus tidak dapat memenuhi harga yang diminta Urban. Oleh karena itu, Urban beralih dan menawarkannya pada Sultan Mehmed II.

Melihat kemungkinan keberhasilan meriam tersebut, Sultan Mehmed II bersedia membayar empat kali lipat. Ketika diuji coba pada November 1452, hasilnya sangat memuaskan. Sebuah kapal Venezia yang melanggar larangan melintas, ditembak dan terhempas keluar air saat berlayar di Bosforus.

Selain meriam penghancur, Sultan Mehmed II menyiapkan tak kurang dari 60.000-80.000 pasukan Ottoman. Di samping itu, meriam-meriam kecil yang mampu menembak lebih dari 100 kali sehari juga dipersiapkan.

Sejarah Jatuhnya Konstantinopel

Pada 2 April 1453 Masehi, meriam raksasa beserta Pasukan Ottoman telah berada di hadapan Konstantinopel. Tiga hari kemudian, Sultan Mehmed mengirim tuntutan agar Konstantinus XI menyerah, tetapi tidak mendapat balasan.

Pada 6 April, serangan dimulai. Meriam-meriam Ottoman mulai bergemuruh memekakkan telinga membombardir Tembok Theodosian yang terkenal tangguh. Bongkahan demi bongkahan dinding tembok mulai runtuh.

Pasukan pertahanan Bizantium hanya dapat membalas dengan meriam kecilnya pada siang hari. Setiap malam, celah-celah dinding yang mulai retak juga diperbaiki sebaik mungkin untuk mencegah serangan frontal Pasukan Ottoman.

Memasuki minggu keenam, Konstantinopel masih bertahan dengan gagah perkasa. Untuk memecah kebuntuan, Sultan Mehmed II membangun jalur darat yang bisa dilalui kapalnya untuk menyeberangkan armada tersebut ke perairan Tanduk Emas (Golden Horn).

Usaha berani ini membuahkan hasil, kapal-kapalnya kini telah berada di wilayah Perairan Tanduk Emas yang sebelumnya dilindungi rantai. Kehadiran kapal-kapal ini menyebabkan Konstantinopel rentan diserang dari dua arah, darat dan laut.

Pada 29 Mei, setelah rentetan tembakan meriam, pasukan kelas dua Ottoman merangsek maju. Gerakan ini disusul oleh pasukan gelombang kedua, dan akhirnya, korps elit Ottoman, Janissari, turut melakukan serbuan.

Akibat kecerobohan para penjaga Gerbang Kerkoporta, para Janissari berhasil mendobrak masuk benteng dan memanjat ke atas tembok. Pasukan ini kemudian lanjut membukakan gerbang utama yang menyebabkan aliran besar Pasukan Ottoman membanjiri kota.

Dalam kondisi carut-marut, Konstantinus XI terbunuh. Besar kemungkinan, ia tewas di dekat Gerbang Saint. Baru pada sore harinya, Sultan Mehmed II memasuki kota sebagai pertanda keruntuhan total Konstantinopel. Peristiwa ini terjadi pada 29 Mei 1453.

Nah, demikian sejarah jatuhnya Konstantinopel, kota benteng yang menjadi saraf perdagangan antara barat dan timur. Semoga menambah cakrawala pengetahuan detikers, ya!




(sto/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads