Kisah Ojol Nikahi Janda di Gunungkidul, Pertama Jumpa Saat Antar Sidang Cerai

Kisah Ojol Nikahi Janda di Gunungkidul, Pertama Jumpa Saat Antar Sidang Cerai

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Kamis, 08 Agu 2024 07:30 WIB
Pasangan nikah gratis di HeHa Stone Valley Krisna Hartanto (38) warga Bantul dan Hanum Prastika (33) warga Kota Jogja saat ditemui, Rabu (7/8/2024).
Pasangan nikah gratis di HeHa Stone Valley Krisna Hartanto (38) warga Bantul dan Hanum Prastika (33) warga Kota Jogja saat ditemui, Rabu (7/8/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Gunungkidul -

25 pasangan mengikuti nikah massal gratis di HeHa Stone Valley, Kapanewon Tepus, Gunungkidul. Salah satu pasangannya mempunyai kisah unik menjalin kasih usai bertemu sebagai ojek dan pelanggan.

Pasangan itu bernama Krisna Hartanto (38) warga Bantul dan Hanum Prastika (33) warga Kota Jogja. Mereka kompak mengenakan kostum pernikahan adat Jawa berwarna hitam.

Hanum mengisahkan dirinya mengenal Krisna sejak setahun lalu. Saat itu Hanum memesan ojek online ketika hendak mengurus perceraiannya di Pengadilan Agama di Bantul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suami kan driver. Saya pas itu mau sidang cerai ke PA. Pesan (ojek online) dapatnya ini," kata Hanum sembari tersipu malu saat ditemui detikJogja, Rabu (7/8/2024).

Krisna sendiri sempat berpikir apakah akan menjemput kembali Hanum usai mengantarnya. Krisna pun menanyakan hal tersebut ke Hanum sehingga Hanum memintanya untuk menunggu hingga sidang perceraian selesai.

ADVERTISEMENT

"Nanti balik lagi nggak ya. Dia minta nunggu. Ya sudah tak tunggu," ungkapnya.

Saat itu pun Krisna memberanikan diri untuk meminta nomor ponsel Hanum. Komunikasi mereka berdua pun terjalin sejak pertemuan tersebut.

"Minta nomor itu," katanya.

Kesempatan dekatnya mereka berdua juga karena jarak. Hanum mengatakan dirinya saat itu memang menyewa kamar kos yang kebetulan dekat dengan rumah Krisna. Mereka pun sering bertemu.

"Kan saya kos di daerah Kasihan dekat rumahnya ini. Terus sering main, ngobrol juga nyambung," tutur Hanum.

Kedekatan mereka berdua berlangsung sejak November 2023. Akhirnya mereka memutuskan untuk berkeluarga. Hanum tidak menyangka jodohnya adalah driver ojek online yang tidak lain adalah suaminya saat ini, Krisna.

"Dekatnya sejak November. Malah nggak nyangka (bakal berjodoh) soalnya cuma mesan driver," ungkap Hanum.

Dirinya mendapatkan informasi soal nikah gratis itu dari media sosial. Dia pun menawarkan kesempatan itu kepada Krisna.

"Dapat info dari Instagram terus ikutan ini," kata Hanum.

"Kemudian ada nikah gratis ini, istri yang nemu. Sepakat langsung gas," timpal Krisna dengan tawa renyahnya.

Hanum berharap pernikahan mereka bisa langgeng. Selain itu mereka berharap memiliki rumah baru.

"Harapannya bisa sakinah mawadah warahmah," ungkapnya.

Krisna mengungkapkan begitu antusias mengikuti acara tersebut. Dia berpikir kapan lagi menikah di HeHa Stone Valley.

"Antusias sekali karena kapan lagi menikah di HeHa," ungkapnya dengan nada antusias.

Suasana nikah gratis yang diikuti 25 pasangan di HeHa Stone Valley, Gunungkidul, Rabu (7/8/2024).Suasana nikah gratis yang diikuti 25 pasangan di HeHa Stone Valley, Gunungkidul, Rabu (7/8/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Digelar Meriahkan HUT Ke-79 RI

Pernikahan massal itu dihelat di HeHa Stone Valley. Ketua panitia acara nikah massal, RM. Riyan Budi Nuryanto menuturkan alasan dipilihnya tempat nikah massal gratis di HeHa Stone Valley karena memiliki keunikan tersendiri. Dia mengatakan tempat tersebut berada di ketinggian tebing.

"Kenapa HeHa Stone Valley dan bukan tempat lainnya karena kita cari yang beda. Orang biasanya cari yang romantis ya. Kita cari yang tinggi dan viewnya ke laut," ungkapnya.

Selain itu Riyan berkata dirinya mengusung konsep wedding tourism bernama Nikah Bareng Merdeka untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia.

"Acara ini untuk menyambut HUT RI ke-79 sekaligus mengangkat konsep wedding tourism," ungkap Riyan saat ditemui wartawan di lokasi, Rabu (7/8/2024).

Dia mengatakan acara tersebut diumumkan melalui media sosial sejak dua pekan lalu. "Kita umumkan sejak dua minggu yang lalu," katanya.

Konsep tersebut diharapkan bisa meningkatkan kunjungan wisatawan di Gunungkidul. Adapun konsep wedding tourism itu berkonsep nikah massal yang unik. Menurutnya keunikannya yakni berada di lokasi Geopark Gunungsewu di ketinggian tebing.

"Tidak seperti acara pernikahan pada umumnya, dengan venue Stone Valley yang berada di lokasi eksotis Geopark Gunungsewu pada ketinggian tebing batu purba, dengan panorama lembah yang indah, dan hamparan laut selatan yang menawan, akan menjadi daya tarik wisata yang baru dan berbeda," jelasnya.

Nikah gratis di HeHa itu juga menyediakan mahar tiwul dan cincin berwanra merah putih. Intip makna filosofinya di halaman berikut:

Suasana nikah gratis yang diikuti 25 pasangan di HeHa Stone Valley, Gunungkidul, Rabu (7/8/2024).Suasana nikah gratis yang diikuti 25 pasangan di HeHa Stone Valley, Gunungkidul, Rabu (7/8/2024). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Alasan Filosofis Mahar Tiwul dan Cincin Batu Merah Putih

Selain konsepnya di tengah momen perayaan HUT Ke-79 RI, hal unik lainnya dalam nikah bareng ini adalah maharnya berupa tiwul serta cincin batu berwarna merah dan putih. Riyan mengungkapkan alasan di baliknya.

Warna merah dan putih dipilih untuk merepresentasikan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia (RI) ke-79.

"Kita ini dalam rangka membangun kebangsaan dalam momen HUT RI ke-79. Makanya warna merah putih kita wujudkan di dalam tiwul dan batunya," katanya.

Alasan dipilihnya batu untuk menghiasi cincinnya yakni agar senada dengan tempat diselenggarakannya acara tersebut di HeHa Stone Valley yang berdiri di atas Geopark Gunungsewu. Selain itu dipilihnya batu untuk merepresentasikan tekad pengantin untuk mambangun bangsa dan keluarga.

"Kenapa harus dengan batu karena senada dengan Geopark Gunungsewu. Harapannya adalah mengandung filosofi agar manten bisa memiliki tekad yang membatu untuk membangun keluarga dan bangsa," ucapnya.

Adapun dipilihnya tiwul karena makanan tradisional tersebut merupakan khas Gunungkidul. Dia juga berharap agar tiwul bisa mendunia

"Tiwul ini salah satu makanan khas Gunungkidul. Itu menjadi kekayaan kita makanya harus kita junjung tinggi dan bisa mendunia," katanya.

Halaman 2 dari 2
(apu/cln)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads