Eks anggota Militer Sukarela di Kalurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul, Sarno (84), belum menyandang status veteran. Terlebih dia tinggal sendiri di rumah berdinding gedek ukuran 8x6 meter. Lurah Genjahan, Agung Nugroho mengungkapkan alasan mengapa Sarno tidak bisa menerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Agung mengungkapkan Sarno tidak bisa menerima bantuan RTLH. Alasannya adalah Sarno tidak memiliki lahan sendiri.
"Kalau desa ini mau memberikan bantuan RTLH terkendala karena beliau sudah tidak memiliki lahan yang ada di sini," kata Agung saat ditemui wartawan di rumah Sarno, Senin (5/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun syarat untuk bisa menerima bantuan RTLH, Agung menyebutkan warga harus memiliki lahan pribadi. Namun, Sarno menempati rumah itu di atas lahan milik keponakannya.
"Syarat untuk kami bisa memberikan bantuan RTLH, perumahan atau bagaimana bentuknya, memang syaratnya harus mempunyai tanah atas nama beliau sendiri atau salah satu keluarga yang mengatasnamakan Pak Sarno," katanya.
Selanjutnya, Agung menyebutkan Sarno merupakan warganya yang masuk di 10 masyarakat termiskin di wilayah Padukuhan Susukan II, Bahkan, Agung menyebutkan Sarno di peringkat kelima untuk warga paling miskin.
"Pak Sarno tertidakmampunya ada di ranking lima besar," ungkapnya.
Pernah Dapat Bantuan Saat COVID-19
Terpisah, Kamituwa Kalurahan Genjahan, Anggit Prabowo mengungkapkan Kakek Sarno pernah mendapatkan bantuan saat merebaknya pandemi COVID-19. Adapun bantuan tersebut tidak melulu berupa uang tetapi juga sembako yang bernilai sekitar Rp 300 ribu.
"Bantuan Sosial Tunai untuk lewatnya dari Dinsos selama 6 bulan. Penerimaannya sekitar 300 sebulan," kata Anggit saat dihubungi detikJogja, Senin (5/8/2024).
Namun begitu, Anggit mengatakan Sarno tidak mendapatkan Bantuan Sosial Tunai lagi. Terakhir Sarno mendapatkan bantuan tersebut pada tahun 2021.
"Terakhir dapat bantuan tahun 2021," ucapnya.
Adapun bantuan dari pemerintah pusat, Anggit menyebutkan Sarno belum mendapatkannya. Dia menerangkan pihaknya akan mendata ulang apakah Sarno masuk ke Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
"Kalau dari pusat tidak dapat. Kita akan mendata ulang apakah Mbah Sarno masuk DTKS atau tidak," jelasnya.
Jika Sarno masuk ke DTKS, Anggit menerangkan pihaknya akan mengusulkannya untuk menjadi peserta Program Keluarga Harapan (PKH). Jika tidak masuk DTKS, pihaknya akan menginput nama Sarno.
"Kita prioritaskan seumpama ada PKH," ujarnya.
![]() |
Masih Diperhatikan Keluarga
Lebih lanjut, Anggit mengatakan keluarga Sarno yang lain masih ada meski tidak satu atap. Meski begitu, Anggit tidak paham alasan Sarno memilih untuk tinggal sendiri. Dia mengatakan keluarga Sarno hadir saat eks Militer Sukarela itu membutuhkan.
"Kurang tahu kalau itu (alasan Sarno tinggal sendiri). Walau tidak tinggal bersama itu masih diperhatikan," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Sarno hidup sendiri selama kurang lebih 20 tahun di rumahnya yang merupakan bekas kandang ayam itu. Adapun lahan dan rumah yang ditinggali Sarno adalah milik keponakannya.
Sarno mengungkapkan dirinya pernah terlibat dalam operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) di Irian Jaya Barat hingga pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
"Tugas (sebagai anggota Militer Sukarela) mulai dari tahun 1960. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat. Kedua di Sumatera pemberantasan PRRI," ucap Sarno saat ditemui di rumahnya, Jumat (2/8/2024).
"Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar. Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat (Trikora)," lanjutnya.
Sarno pun mengajukan status veteran selama dua kali sejak tahun 2014. Namun begitu hingga kini dirinya belum menyandang status tersebut.
"Saya menangis. Nelongso, hampir setiap hari. Saya daftar dua kali lewat veteran," ungkapnya.
"Saya mengurus tunjangan atau pensiun, saya tidak berhasil. Padahal saya mengingat perjuangan saya. Teman-teman saya banyak yang mati," imbuhnya.
Saat ini Sarno tidak bekerja sebab usianya yang sudah tua dan kondisi kesehatannya. "Saya sekarang menganggur. Sekarang saya sebatang kara," tuturnya.
(apu/cln)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan
Siapa yang Menentukan Gaji dan Tunjangan DPR? Ini Pihak yang Berwenang