Kisah Pilu Mbah Sarno, Eks Militer Sukarela 2 Kali Gagal Berstatus Veteran

Kisah Pilu Mbah Sarno, Eks Militer Sukarela 2 Kali Gagal Berstatus Veteran

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Sabtu, 03 Agu 2024 08:10 WIB
Mbah Sarno eks Militer Sukarela.
Mbah Sarno eks Militer Sukarela. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja.
Gunungkidul -

Di Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, hidup seorang mantan anggota Militer Sukarela bernama Mbah Sarno. Kakek 84 tahun itu tinggal sebatang kara di rumahnya yang berukuran 8x6 meter.

Sudah lebih kurang 20 tahun, Mbah Sarno hidup seorang diri. Di usia senjanya, Mbah Sarno masih berharap bisa menjadi seorang veteran. Harapan Mbah Sarno tentunya tidak muluk-muluk mengingat kisah perjuangan yang sudah dilakukannya untuk Tanah Air.

Mbah Sarno mengisahkan dirinya pernah terlibat dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora). Akan tetapi, statusnya belum bisa menjadi veteran. Dia juga pernah mengajukan status veteran hingga dua kali sejak 2014.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya menangis. Nelongso, hampir setiap hari. Saya daftar dua kali lewat veteran," ujar Sarno dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di rumahnya, Jumat (2/8/2024).

"Saya mengurus tunjangan atau pensiun, saya tidak berhasil. Padahal saya mengingat perjuangan saya. Teman-teman saya banyak yang mati," imbuhnya.

ADVERTISEMENT
Mbah Sarno eks Militer Sukarela.Mbah Sarno eks Militer Sukarela. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Dia mengatakan dirinya pernah terlibat dalam pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) hingga Operasi Trikora. Dirinya menjadi seorang anggota Militer Sukarela sejak 1960 tergabung dalam Batalyon Infanteri (Yonif) 409.

"Tugas (sebagai anggota Militer Sukarela) mulai dari tahun 1960. DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) di Jawa Barat. Kedua di Sumatera pemberantasan PRRI," ucapnya

"Ketiga kali di Sulawesi itu memberantas Kahar Muzakkar. Keempat kali itu ke Irian, merebut Irian Barat (Trikora)," lanjutnya.

Dia sudah tidak menjadi anggota Militer Sukarela sejak tahun 1969. Selain itu, Sarno mengatakan dirinya ikut membersihkan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1966-1967.

"Saya tugas sampai 1969," katanya.

Sebelum purnatugas, Sarno diberi penghargaan bintang sewindu. Penghargaan itu dia dapatkan setelah sembilan tahun bertugas.

"Akhirnya sudah 9 tahun itu diserahkan saya sudah dapat bintang sewindu juga," sebutnya.

Saat ini Sarno tidak berpenghasilan dan hidup sebatang kara. Kakek itu saat ini tinggal di sebuah rumah kecil.

"Saya sekarang menganggur. Sekarang saya sebatang kara," tuturnya.

Terpisah, seorang tetangga Sarno, Sukiran (58) membenarkan Sarno telah tinggal di rumah tersebut sebatang kara sejak kurang lebih 20 tahun silam. Selain itu, Sukiran mengungkapkan Sarno pernah menjalani operasi prostat dua kali dan hernia satu kali di RS Pantai Rahayu.

"Sekitar 20-an tahun sebatang kara di situ," ungkap Sukiran.

Mbah Sarno eks Militer Sukarela.Mbah Sarno eks Militer Sukarela. Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Selama sekitar 20 tahun juga, Sukiran mengungkapkan Sarno tidak bekerja. Dia mengatakan Sarno menganggur karena usianya dan kondisi kesehatannya.

Pantauan detikJogja di lokasi, rumah Sukiran yang berukuran kira-kira 8 x 6 meter hanya memiliki ruang tamu dan satu kamar tidur. Adapun lantainya hanya berupa tanah. Dindingnya hanya lembaran gedek dengan atap genteng.

Saat itu kesunyiannya hanya ditemani oleh lantunan lagu dari suara radio tua. Hanya terdapat sebuah lampu penerangan di ruang tamunya.

Di sebuah meja di ruang tamu, Sukiran memperlihatkan bukti perjuangannya saat menjadi anggota Militer Sukarela. Salah satunya yakni sebuah surat tanda penghargaan Setya Lencana Wira Dharma.

Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, A. H. Nasution. Surat tersebut tertanggal 26 Maret 1966. Dituliskan pula Sarno berpangkat Prajurit Satu (Pratu).




(apl/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads