Rangkaian Peristiwa Sejarah Indonesia dari Masa Penjajahan hingga Reformasi

Rangkaian Peristiwa Sejarah Indonesia dari Masa Penjajahan hingga Reformasi

Nur Umar Akashi - detikJogja
Kamis, 01 Agu 2024 12:55 WIB
teach the spirit of patriotism
Ilustrasi peristiwa sejarah Indonesia Foto: Getty Images/iStockphoto/Yamtono_Sardi
Jogja -

Bung Karno pernah berpesan kepada bangsa Indonesia untuk tidak melupakan sejarahnya. Untuk memenuhi pesan itu, yuk, baca rangkaian peristiwa sejarah Indonesia dari masa penjajahan hingga reformasi berikut ini!

Sejak masa penjajahan hingga era reformasi, sejumlah peristiwa penting telah terjadi dengan latar belakang yang berbeda-beda. Beberapa di antaranya tentu telah akrab di pikiran detikers sekalian. Sebut saja Proklamasi Kemerdekaan dan Serangan Umum 1 Maret.

Namun, apakah hanya dua peristiwa itu saja yang terjadi? Tentu tidak! Bila dirinci satu per satu, kejadian penting selama masa penjajahan sampai reformasi akan sangat panjang. Karenanya, dalam kesempatan kali ini, detikJogja akan meringkas beberapa di antaranya yang penting diketahui.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedatangan Bangsa Belanda (1596)

Jatuhnya Konstantinopel akibat gempuran Pasukan Turki Utsmani memengaruhi sejarah dunia, termasuk Indonesia. Sebab, dengan jatuhnya kota tersebut, orang-orang barat, seperti Belanda, mencari jalur lain yang menghubungkan dunia timur dan barat.

Dikutip dari artikel ilmiah berjudul Sejarah Pemahaman 350 Tahun Indonesia Dijajah Belanda oleh Ulil Absiroh dkk, Belanda pertama kali datang pada 1596 di bawah pimpinan Cornelis De Houtman. Setelahnya, bangsa Belanda bolak-balik mendatangi Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kehadiran bangsa Belanda di Indonesia mulanya bertujuan memiliki motif ekonomi. Mereka membeli rempah-rempah dari para penduduk lokal. Namun, lama-kelamaan, kondisi tersebut berubah dan menjadi penjajahan karena tingginya tingkat persaingan di antara para negara pendatang.

Bubarnya VOC dan Berdirinya Hindia Belanda (1799-1800)

VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) adalah perusahaan pedagang Belanda di Indonesia. Usai pertama kali didirikan pada 1602 di Banten, VOC bubar pada 31 Desember 1799. Setelah bangkrut, kekuasaan VOC diambil alih pemerintah Belanda.

Pada 1 Januari 1800, secara resmi Nusantara berstatus wilayah kekuasaan Kerajaan Belanda dengan nama Hindia-Belanda (Nederlands-Indie). Setelah itu, berturut-turut, berbagai kerugian menimpa bangsa Indonesia.

Perang Jawa/Perang Diponegoro (1825-1830)

Dilansir laman resmi SMAN 13 Semarang, Perang Jawa atau Perang Diponegoro terjadi pada 1825-1830. Dari catatan sejarah, perang ini tercatat sebagai konflik berdarah yang menewaskan ratusan ribu rakyat Jawa dan puluhan ribu orang Belanda.

Perang Jawa dilatarbelakangi kegeraman Pangeran Diponegoro akan politik Belanda yang ikut campur urusan keraton. Di samping itu, tindakan Belanda memasang tonggak-tonggak di wilayah makam leluhur sang pangeran juga memicu api amarah.

Budi Utomo Lahir (1908)

Dikutip dari laman resmi Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), Budi Utomo, organisasi pertama di Indonesia berdiri pada 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh para pelajar STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen).

Sumpah Pemuda/Kongres Pemuda II (1928)

Lebih dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, Kongres Pemuda II terjadi pada 27-28 Oktober 1928. Dirujuk dari laman resmi Museum Sumpah Pemuda, kongres ini dihadiri oleh sejumlah tokoh yang kelak memegang peranan penting. Di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Amir Sjarifudin.

Dari hasil Kongres Pemuda II, muncul tiga butir putusan yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ketiganya berbunyi:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Kedatangan Pasukan Pendudukan Jepang (1942)

Diringkas dari Modul Sejarah Kelas XI oleh Irma Samrotul Fuadah, wilayah Indonesia pertama yang disentuh Jepang adalah Tarakan, Kalimantan Timur, pada 11 Januari 1942. Selanjutnya, secara berturut-turut, Jepang menduduki Balikpapan, Pontianak, Samarinda, dan Banjarmasin.

Serangan Jepang yang terjadi secara tepat dan bertubi-tubi membuat Gubernur Jenderal AWL Tjarda van Starkenborgh Stachouwer menyerah. Ia menyerahkan kekuasaan Indonesia ke tangan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.

Lahirnya Pancasila (1945)

Menurut uraian dalam laman Museum Pendidikan Nasional, pada 29 April 1945, Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk. Dalam sidang pertamanya yang digelar pada 29 Mei-1 Juni 1945, sejumlah tokoh bangsa menyampaikan gagasan dasar negaranya.

Setelah diskusi, Panitia Sembilan yang ditugasi untuk merumuskan Pancasila berhasil menelurkan lima butir poin Pancasila pada 22 Juni 1945. Namun, perdebatan mengenai isinya masih terjadi.

Baru pada 18 Agustus 1945, Bung Hatta membacakan rumusan akhir Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD Negara. Hari lahir Pancasila sendiri ditetapkan pada 1 Juni 1945, tepat ketika Bung Karno pertama kali mengemukakan usulannya.

Peristiwa Rengasdengklok (1945)

Dirangkum dari buku Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan oleh Dr Aman MPd, sebelum proklamasi terjadi, golongan tua dan muda Indonesia berbeda pendapat. Golongan tua ingin proklamasi dijalankan berdasar maklumat Jepang, yakni pada 24 Agustus 1945.

Di sisi lain, golongan muda ingin bertindak sendiri. Dari hasil rapat, mereka sepakat untuk menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang. Karenanya, kedua tokoh tersebut diculik dan dibawa ke Rengasdengklok yang terletak di Jawa Barat.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945)

Akibat penculikan dari golongan muda, Soekarno dan Mohammad Hatta berubah pikiran dan menyetujui bahwasanya proklamasi harus segera digaungkan. Beberapa orang kemudian berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan naskah proklamasi.

Hadir di tempat itu, Sukarni, BM Diah, dan Mbah Diro dari golongan pemuda. Sementara itu, dari golongan tua, di antaranya ada Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo. Setelah naskah disepakati, Sayuti Melik diminta untuk mengetiknya.

Sebelum naskah dibacakan, terlebih dahulu digelar upacara yang dipimpin oleh Latief Hendraningrat tanpa adanya protokol. Lalu, Bung Karno memulai pidato disusul pembacaan teks proklamasi. Usai membaca teks proklamasi, Sang Saka Merah Putih dikibarkan oleh Latief dan Suhud perlahan-lahan.

Pertempuran Surabaya (1945)

Selepas proklamasi, Indonesia tidak langsung terbebas sepenuhnya dari belenggu penjajah. Bahkan, pada 25 Oktober 1945, Pasukan Sekutu pimpinan Brigjen AWS Mallaby justru mendarat di Tanjung Perak, Surabaya.

Hadirnya pasukan asing ini memicu kecurigaan tentara dan para pemuda. Setelah terbukti ditunggangi NICA, pada 27 Oktober 1945, pertempuran menyala tidak dapat dihindarkan lagi. Akibat perang tersebut, Brigjen Mallaby menjemput ajalnya.

Pihak Sekutu yang marah mengutus Mayor Jenderal Mansergh untuk membalas. Pada 10 November 1945, Surabaya digempur lewat darat, laut, dan udara. Namun, para pejuang terus bertahan sampai tiga minggu lamanya. Namun, karena kekuatan yang tidak berimbang, Surabaya akhirnya dikuasai sekutu.

Pertempuran Ambarawa (1945)

Menyusul kecamuk api di Surabaya, pada 20 November sampai 15 Desember, pertempuran sengit terjadi di Ambarawa antara TKR (Tentara Keamanan Rakyat) bersama pemuda melawan Pasukan Inggris.

Alasan pecahnya perang ini sama dengan peristiwa sebelumnya, yakni kedatangan Pasukan Sekutu yang ditunggangi NICA, kali ini di Semarang. Setelah bertempur dengan sengit, pasukan Indonesia berhasil memukul mundur musuhnya ke Semarang.

Pertempuran Medan Area (1945)

Di pulau lain, yakni Sumatera, Pasukan Sekutu pimpinan Brigjen TED Kelly mendarat. Sikap pasukan Belanda yang congkak menimbulkan rasa tidak senang di kalangan pemuda dan TKR. Akibatnya, pecah pertempuran pada 13 Oktober 1945.

Berkali-kali konsentrasi TKR berusaha dihancurkan, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, pada 10 Agustus 1946, usai Sekutu menguasai Medan, diadakan pertemuan antara komandan-komandan pasukan di Medan Area. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan untuk membentuk Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang terus melanjutkan perjuangan.

Bandung Lautan Api (1946)

Bandung telah diduduki Sekutu sejak Oktober 1945. Pasukan Sekutu memerintah pemuda dan TKR untuk menyerahkan senjata hasil rampasan. Selain itu, TKR juga diperintah untuk pergi meninggalkan Bandung Utara paling lambat pada 29 Oktober 1945.

Akibat maklumat pertama diabaikan, maklumat kedua diberikan. TKR, yang kala itu berubah nama menjadi TRI, kemudian perlahan-lahan mundur akibat perintah markas besar. Sembari mundur, mereka melakukan sabotase dan penyerangan ke markas sekutu. Hal ini menyebabkan lautan api melahap Bandung Selatan.

Peristiwa Merah Putih di Manado (1946)

Peristiwa Merah Putih di Manado merupakan sebuah peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Februari 1946, di kota Manado, Sulawesi Utara.

Di Manado, semangat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia sangat tinggi di kalangan masyarakat dan pemuda setempat. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi perjuangan mengadakan aksi pengibaran bendera Merah Putih di berbagai sudut kota Manado.

Perjanjian Linggarjati (1946)

Perjuangan dalam bentuk diplomasi salah satunya adalah Perjanjian Linggarjati yang terjadi pada 15 November 1946. Dalam perjanjian ini, terdapat tiga pokok utama kesepakatan, yakni:

  1. Pemerintah Belanda secara de facto mengakui pemerintah RI atas Jawa, Madura, dan Sumatera.
  2. Pemerintah Belanda dan RI membentuk Negara Indonesia Serikat yang wilayahnya meliputi seluruh Hindia Belanda.
  3. Dibentuknya Uni Indonesia Belanda.

Perjanjian Renville (1947)

Dunia internasional yang bersimpati kepada perjuangan Indonesia membantu mewujudkan upaya diplomasi. Singkat kata, pihak Belanda dan RI sepakat bertemu di atas kapal bernama Renville pada 8 Desember 1947.

Poin-poin kesepakatan Perjanjian Renville adalah:

  1. Kesepakatan gencatan senjata.
  2. Disetujuinya Garis Demarkasi Van Mook.
  3. Kesepakatan untuk menyelesaikan konflik dengan bantuan KTN (Komisi Tiga Negara).
  4. Dibentuknya Negara Indonesia Serikat.
  5. Kedaulatan Indonesia tetap di tangan Belanda selama masa peralihan.

Serangan Umum 1 Maret (1949)

Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan sebuah serangan besar yang dilancarkan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) terhadap pasukan Belanda di Yogyakarta, yang pada saat itu menjadi ibu kota Indonesia.

Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto dengan dukungan dari Panglima Besar Jenderal Sudirman. Tujuan utama serangan ini adalah untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia masih ada dan memiliki kekuatan militer yang cukup untuk melawan penjajah.

Pada dini hari tanggal 1 Maret 1949, serangan dimulai dengan koordinasi yang baik antara berbagai kesatuan TNI. Dalam waktu enam jam, pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta.

Serangan ini menunjukkan kemampuan militer Indonesia dalam merencanakan dan melaksanakan operasi militer skala besar. Keberhasilan ini memberikan semangat dan dorongan moral yang tinggi kepada rakyat Indonesia serta mempermalukan pihak Belanda yang mengklaim telah berhasil menguasai seluruh wilayah Indonesia.

Perundingan Roem Royen dan Konferensi Meja Bundar (1949)

Perjanjian Roem-Royen menandai eksisnya hubungan RI dalam kancah internasional. Pada 14 April 1949, Amerika Serikat memfasilitasi perundingan dengan Belanda. Indonesia diwakili oleh Moh Roem, sedangkan Belanda oleh Van Royen.

Setelah Perundingan Roem-Royen, Konferensi Meja Bundar menyusul digelar pada 23 Agustus-2 November 1949. Hasil pokok dari Konferensi Meja Bundar adalah:

  1. Merekomendasikan terbentuknya Negara Indonesia Serikat.
  2. Dibentuknya UNI RIS dengan Kerajaan Belanda.
  3. Penyerahan Kedaulatan oleh Belanda kepada RIS tanpa syarat.

Pemberontakan G30S/PKI (1965)

Pemberontakan Gerakan 30 September (G30S/PKI) adalah peristiwa yang terjadi pada malam tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965 di Jakarta, Indonesia. Pemberontakan ini dipimpin oleh sekelompok perwira militer yang tergabung dalam organisasi yang menamakan dirinya 'Gerakan 30 September'.

Mereka berupaya untuk mengkudeta pemerintah dan menguasai kekuasaan dengan menculik dan membunuh enam jenderal Angkatan Darat dan seorang perwira menengah. Para korban tersebut kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.

Dalam waktu singkat, Gerakan 30 September berhasil menguasai beberapa lokasi strategis di Jakarta, termasuk stasiun radio dan beberapa markas militer. Namun, upaya mereka untuk mengambil alih kekuasaan dengan cepat digagalkan oleh pasukan militer yang setia kepada pemerintah.

Mayor Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), mengambil alih komando dan memimpin operasi penumpasan pemberontakan tersebut. Pada tanggal 1 Oktober, pemberontakan berhasil dipadamkan, dan pasukan yang terlibat dalam G30S/PKI ditangkap atau dibunuh.

Setelah pemberontakan tersebut, terjadi aksi balasan yang melibatkan penangkapan, penahanan, dan eksekusi massal terhadap orang-orang yang diduga terlibat atau mendukung PKI.

Runtuhnya Orde Baru (1998)

Keruntuhan masa pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto pada Mei 1998 menjadi titik balik kebangkitan era reformasi Indonesia. Dilihat dari laman Kabupaten Sukoharjo, rakyat yang telah muak bergabung membentuk aliansi besar.

Presiden Soeharto didesak untuk mundur setelah berkuasa selama 32 tahun. Beliau akhirnya menyatakan mundur dari posisinya pada 21 Mei 1998. Era reformasi yang akan segera dimulai, dituntut bisa mengubah sistem politik, transparansi dalam pemerintahan, dan penegakan hukum lebih baik.

Nah, itulah rangkaian peristiwa sejarah dari masa penjajahan sampai reformasi. Semoga bisa membuka mata detikers mengenai peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di tanah air kita.




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads