Reruntuhan Candi Plembutan di Kalurahan Plemburan, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul menjadi bukti perkembangan Hindu-Buddha di wilayah tersebut. Di reruntuhan itu ditemukan beberapa fragmen yang mempunyai sejarah panjang.
Pantauan detikJogja di lokasi pada Jumat (26/7), tampak candi berupa reruntuhan. Area candi juga ditutup menggunakan pagar besi.
Dari luar tampak batu bangunan candi tertumpuk di beberapa tempat. Area tengah berupa gundukan tanah dengan tumpukan bebatuan candi di sebelah timur Laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun di sebelah barat setidaknya ada empat tumpukan batu yang ukurannya berbeda-beda. Di tiga tumpukan, batu ditata sejajar di tanah memanjang berbentuk persegi panjang. Pada satu tumpukan, batu disusun seakan berbentuk kubus.
Kebanyakan batu bangunan candi itu berbentuk persegi panjang. Warnanya hitam dan putih.
Beberapa batu tampak berbentuk lingkaran meski ada yang sudah pecah seperti dibelah menjadi dua. Sejumlah batu candi lainnya memiliki beberapa pola yang berbeda, beberapa di antaranya berpola sama.
Tampak ada satu batu yang memiliki ukiran berbentuk ketupat. Batu lainnya seperti diukir sehingga tampak memiliki tiga tangga. Ukurannya pun hanya sekitar 10 cm X 10 cm. Ada juga satu batu terpahat huruf L yang menonjol di permukaan.
![]() |
Diperkirakan Ada Sejak Abad Ke-8
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Gunungkidul, Andi Riana, menjelaskan Candi Plembutan diperkirakan sudah ada sejak abad ke-8 hingga 10 masehi. Dia mengungkapkan candi tersebut merupakan bukti sejarah dari perkembangan Hindu dan Buddha di Gunungkidul.
"Kalau untuk bangunan candi abad 8,9, 10," ungkap Andi saat dihubungi detikJogja, Jumat (26/7/2024).
Lebih lanjut, Andi mengatakan, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jogja telah melakukan ekskavasi sebanyak dua kali pada 1997 dan 2000. Namun begitu, pihaknya tidak menemukan adanya prasasti saat itu sehingga sulit untuk memastikan Candi Plembutan dibangun pada tahun berapa.
"Kebetulan tidak ditemukan prasasti. Kita hanya mengira-ngira (Candi Plembutan dibangun pada) perkembangan Hindu Buddha," kata Andi.
Perkiraan waktu dibangunnya candi itu berdasarkan temuan beberapa artefak pada saat proses ekskavasi. Andi menyebutkan adapun penemuan yang menjurus Candi Plembutan dibangun pada masa perkembangan Hindu Buddha antaranya adalah arca ganesha.
"Di sana ditemukan arca ganesha meskipun tidak utuh kita tahu latar belakang agamanya itu agama Hindu," jelasnya.
Bangunan Atas Candi Plembutan Berupa Kayu
Selain arca ganesha, Andi mengatakan ditemukan pula beberapa batuan umpak. Dia menjelaskan batuan umpak berfungsi sebagai alas tiang. Dari penemuan batuan umpak itu disimpulkan bahwa bangunan atas Candi Plembutan menggunakan material kayu.
"Ditemukan beberapa umpak. Jadi disimpulkan mengapa bangunan Candi Plembutan batunya sedikit kemungkinan di atasnya kemungkinan bermaterial kayu," ungkapnya.
Andi menjelaskan bentuk umpak umumnya berupa lingkaran atau heksagon. Namun begitu, sisa bangunan kayu Candi Plembutan tidak ditemukan karena habis termakan usia. detikJogja menemukan beberapa batuan umpak berbentuk lingkaran di reruntuhan Candi Plembutan.
Dia mengungkapkan beberapa candi Hindu bangunan di atasnya dibuat dari kayu.
Adapun batuan Candi Plembutan yang memiliki pahatan berupa ketupat dan tangga, Andi menyebutkan kemungkinan sebagai batu bertakik. Batu bertakik berfungsi sebagai pengunci bangunan candi. Batu yang memiliki pola huruf L kemungkinan bagian dari bangunan pojok candi.
"Betul itu adalah batu bertakik yang berfungsi sebagai pengancing," ungkapnya.
![]() |
Denah Candi Plembutan
Andi menyebutkan Candi Plembutan menghadap ke barat. Hal itu diketahui dari bagian pintu candi.
"Berdasarkan ekskavasi arah hadapnya ke barat," kata Andi.
Arah hadap Candi Plembutan ke barat itu, Andi menjelaskan, sama dengan candi Hindu pada umumnya. Selain ke arah barat, dia mengatakan candi Hindu juga biasanya menghadap ke timur. Arah hadap candi itu melambangkan awal dan akhir kehidupan.
"Kita bisa mengindikasikan arah hadap itu arah matahari terbit, awal kehidupan, dan arah matahari terbenam, akhir dari kehidupan," ucapnya.
Adapun bentuk Candi Plembutan yakni bujur sangkar dengan ukuran 13 x 13 meter. Dia menyebutkan hanya ada satu bangunan candi.
"Bentuknya bujur sangkar 13 x 13 meter," sebutnya.
Tumpukan batu di sebelah barat dan selatan, Andi menerangkan sebagai sisa dari pondasi bangunan candi. Bebatuan di tengah merupakan tempat Yoni disimpan.
"Yang ditengah itu tempat untuk menempatkan Yoni. Yang mengelilingi itu fondasinya
Adapun batuan pembentuk Candi Plembutan, Andi mengungkapkan dari batuan tufa atau batu putih. Batuan tufa merupakan batu yang rapuh sehingga runtuhnya Candi Plembutan diduga karena sudah termakan usia.
"Batu penyusun candinya batu tufa yang rapuh. Kemungkinan Candi Plembutan runtuh karena sudah termakan usia karena batuan penyusunnya kan tufa," terangnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya....
Temuan di Candi Plembutan
Andi menyebutkan selain arca ganesha, pihaknya menemukan fragmen yoni. Namun begitu pihaknya tidak menemukan fragmen lingga sebagai pasangan dari yoni.
"Ada juga fragmen yoni," sebutnya.
Dilansir dari laman Jogjacagar, ditemukan pula fragmen arca siwa dan makara. Selain itu ditemukan pula fragmen hiasan ardha candarakapala.
Selanjutnya, Andi mengungkapkan pihaknya juga menemukan gerabah. Dia menjelaskan gerabah itu digunakan untuk kelengkapan sembahyang.
"Biasanya itu kelengkapan sembahyangnya itu menggunakan gerabah," katanya.
Selain itu, Andi menyebutkan ditemukan pula koin uangVereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Meski mata uang itu ada beberapa abad setelahnya, Andi menjelaskan mata uang itu digunakan sebagai syarat dari proses sembahyang masyarakat saat itu.
"Kemungkinan uang itu bagian dari ritual mereka saat sembahyang. Umat Hindu kan mengadakan ritualnya ada yang menggunakan mata uang itu (koin) sebagai pelengkap ritualnya," jelasnya.
Lebih lanjut, Andi mengungkapkan pihaknya kecil kemungkinan akan melakukan ekskavasi di Candi Plembutan karena datanya yang sedikit. Untuk mengetahui bentuk utuh Candi Plembutan pun kemungkinannya kecil.
"Sepertinya tidak (untuk mengekskavasi lagi) karena batuan pembentuk bangunannya banyak yang hilang dan minimnya data," ungkapnya.
Simak Video "Video: Viral Lurah di Gunungkidul Disiram, Disebut Karena Masalah Utang"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/apl)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM