Seorang guru ngaji di Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, S, diduga melecehkan 10 muridnya yang berusia di bawah 12 tahun. Kapolres Gunungkidul, AKBP Ary Murtini, mengaku tak bisa memproses hukum kasus ini karena keluarga korban tidak membuat aduan.
"Kami tanya juga ibu-ibu dan bapak-bapak (orang tua korban) pada keukeuh untuk tidak melaporkan kepada kami," kata Ary kepada wartawan saat ditemui di salah satu warung makan di Wonosari, Gunungkidul, Rabu (24/7).
Ary mengatakan jika tidak ada laporan dari keluarga maupun korban terkait dugaan pelecehan itu, pihaknya tidak dapat memproses hukum kasus tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau pengaduan harus ada keluarga atau korban yang melapor. Tapi kalau tidak ada, kami tidak bisa," katanya.
Di sisi lain, Ary membenarkan adanya kasus pelecehan seksual terhadap 10 anak di bawah umur yang dilakukan S sebagai guru ngaji. Dia mengungkapkan keluarga korban menilai hal tersebut merupakan aib yang perlu ditutup rapat.
"Menurut mereka aib keluarga yang ditutup rapat-rapat demi privasi putrinya yang masih sangat kecil kelas 1 sampai kelas 6 SD," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, kasus dugaan pelecehan yang dilakukan guru ngaji ini terjadi di Kapanewon Saptosari, Gunungkidul. Akibatnya, S dikenai sanksi sosial untuk pergi dari rumahnya.
Lurah setempat berinisial SB mengungkapkan S mengajar ngaji di rumahnya sejak Ramadan tahun ini. Dia mengatakan S pun mengakui perbuatannya.
"Yang bersangkutan memang melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Ada permintaan dari orang tua untuk menjaga psikis anak yang bersangkutan untuk meninggalkan tempat," kata Lurah saat dihubungi wartawan, Senin (22/7).
Lurah menerangkan S telah meninggalkan rumahnya pada Jumat (19/7). Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membicarakan kasus tersebut untuk menjaga kesehatan mental korban. Kasus pelecehan anak di bawah umur ini pun tidak dilaporkan ke polisi.
"Tidak (dilaporkan ke kepolisian). Alasan dari orang tua kalau anak itu ditanya takut teringat lagi," jelasnya.
(ams/ahr)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan