Istilah autisme bukanlah hal yang baru dan cukup familiar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun demikian, mungkin masih ada orang yang belum memahami secara lebih dekat mengenai apa itu autisme?
Menurut KBBI, autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan serta keinginannya. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami autisme kerap mengalami perilaku hubungan dengan orang lain yang cenderung terganggu.
Kemudian dikatakan dalam buku 'Autisme: Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-anak' yang ditulis oleh Faisal Lubis Yatim, bahwa autisme bukanlah suatu gejala penyakit, melainkan berupa sebuah sindrom. Biasanya seseorang yang memiliki kondisi autisme seolah-olah memiliki dunianya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas seperti apa gambaran mengenai autisme ini? Sebagai cara memahaminya dengan lebih dekat, terdapat rangkuman informasi seputar autisme yang sayang untuk dilewatkan. Temukan penjelasannya melalui artikel ini, ya.
Pengertian Autisme
Mengacu pada buku 'Pendidikan Anak Autisme' yang disusun oleh Prof Dr Mega Iswari Biran, MPd dan Dr Nurhastusi MPd, terdapat sejumlah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut seseorang yang menyandang autis. Ada yang menyebutnya sebagai autis, tetapi tidak sedikit yang menggunakan istilah autisme hingga autism.
Pengertian autisme dapat dimaknai sebagai sebuah istilah dari gangguan perkembangan komunikasi, sosial, dan perilaku pada anak. Apabila melihat secara etimologis, maka istilah autisme berasal dari kata "auto" dan "isme". Kata auto berarti diri sendiri atau secara otomatis, sedangkan isme adalah sebuah paham atau aliran. Oleh karena itu, autisme dapat diartikan juga sebagai sebuah paham oleh seseorang yang tertarik pada dunianya sendiri.
Kemudian penyandang autisme juga kerap menunjukkan perilaku yang seolah-olah tidak peduli dengan stimulus yang berasal dari orang lain. Bahkan hal ini yang membuat sebagian penyandang autis terkadang mengalami kesulitan untuk membangun hubungan dengan orang lain.
Sementara itu, menurut sebuah jurnal bertajuk 'Menguak Belantara Autisme' oleh S A Nugraheni, pengertian autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi, berhubungan dengan orang lain, hingga memberikan tanggapan dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Berdasarkan laporan dari World Health Organization (WHO), autisme yang dikenal sebagai gangguan spektrum autisme dapat dialami oleh sekitar 1 dari 100 anak. Meskipun karakteristik autisme dapat dideteksi sejak usia dini, tetapi kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan tidak terdiagnosis hingga seseorang berusia lanjut. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bagi orang-orang di sekitarnya untuk memberikan akses dan dukungan bagi penyandang autis dalam menjalani perawatan yang diperlukan.
Gejala Autisme
Lantas bagaimana gejala yang ditunjukkan oleh seseorang yang mengalami autisme? Masih merujuk dari buku yang sama, dikatakan bahwa gejala autisme ditandai dengan adanya perilaku yang berbeda dan dapat dilihat pada anak-anak sebelum berusia 3 tahun. Gejala autisme yang kerap muncul adalah fungsi yang abnormal pada tiga bidang kehidupan. Ketiganya adalah interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas sekaligus berulang-ulang.
Kemudian berdasarkan informasi yang dibagikan dalam laman American Psychiatric Association, tanda-tanda awal autisme dapat disadari oleh orang tua, pengasuh, maupun dokter sebelum anak-anak berusia 1 tahun. Namun demikian, gejala yang ditunjukkan dapat semakin terlihat ketika anak-anak sudah berusia 2-3 tahun. Terdapat beberapa gejala autisme yang dapat ditunjukkan oleh penyandangnya. Berikut beberapa di antaranya:
- Mengalami pembagian kepentingan dengan orang lain yang semakin berkurang.
- Mengalami kesulitan dalam menghargai emosi yang ditunjukkan oleh diri sendiri atau orang-orang di sekitarnya.
- Menunjukkan keengganan dalam mempertahankan kontak mata.
- Menunjukkan kesulitan menjalin pertemanan dengan orang lain.
- Memperlihatkan perilaku yang berulang-ulang.
- Memperlihatkan perilaku hipersensitivitas sensorik, misalnya saja terhadap suara yang keras.
- Melakukan gerakan stereotip berupa berputar, mengayun, hingga mengepakkan tangan.
- Melakukan aktivitas berupa menyusun mainan atau benda-benda dengan bentuk yang sangat khusus.
Sementara itu, merujuk dari laman National Health Services, terdapat sejumlah perilaku yang ditunjukkan oleh penyandang autisme. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:
- Mengalami kesulitan untuk berinteraksi maupun berkomunikasi dengan orang lain.
- Mengalami kesulitan dalam memahami apa yang orang lain rasakan serta pikirkan.
- Merasakan hal-hal semisal suara keras dan silaunya cahaya yang dianggap sangat mengganggu.
- Membutuhkan waktu yang cenderung tidak sebentar dalam memahami suatu informasi.
- Mengalami kecemasan maupun rasa kesal terhadap hal-hal yang tidak biasa di sekitarnya.
- Melakukan berbagai hal yang sama berulang kali.
Cara Penanganan Autisme
Terdapat sejumlah cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk menangani penyandang autisme yang diharapkan dapat dilakukan sebagai upaya dalam perawatan. Tidak terkecuali bagi para orang tua yang memiliki anak-anak autis. Masih merujuk dari laman yang sama, berikut yang bisa dilakukan oleh orang tua:
- Mempelajari hal-hal yang berkaitan tentang gangguan autisme.
- Menyusun rutinitas yang terstruktur dan konsisten untuk anak.
- Menjalin komunikasi bersama dengan orang tua lain dari anak-anak penyandang autisme.
- Mencari bantuan profesional agar dapat berkonsultasi terkait kondisi yang dialami oleh anak-anak.
Kemudian dikatakan dalam buku 'Tips Menangani Siswa yang Membutuhkan Perhatian Khusus: Ragam Sifat dan Karakter Murid "Spesial" dan Cara Penanganannya' oleh Bambang Putranto, SPd, terdapat 11 jenis terapi yang dapat dilakukan sebagai bentuk upaya dalam merawat para penyandang autisme. Berikut 11 jenis terapi yang dimaksud:
- Applied Behavioral Analysis (ABA) dengan melatih anak terbiasa mendengarkan berbagai pujian maupun penghargaan.
- Terapi wicara yang dilakukan agar membantu anak-anak mengatasi kesulitan dalam berkomunikasi.
- Terapi okupasi dengan melatih kemampuan motorik halus mereka.
- Terapi fisik dengan melatih kemampuan motorik kasar mereka.
- Terapi sosial yang dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk terlibat pergaulan dengan teman-teman sebayanya.
- Terapi bermain dengan mengajari anak cara bermain.
- Terapi perilaku dengan mencari solusi dan melakukan perubahan lingkungan.
- Terapi perkembangan yang dapat dilakukan dengan mempelajari minat, kemampuan, dan perkembangan pada anak secara berkala.
- Terapi visual dengan memperkenalkan anak-anak terhadap gambar maupun visual.
- Terapi biomedis yang dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan anak-anak secara menyeluruh.
- Terapi musik yang diberikan dengan memperkenalkan anak-anak terhadap bidang seni, salah satunya musik.
Namun demikian, sejumlah terapi tadi perlu untuk dikonsultasikan terlebih dahulu dengan terapis maupun dokter yang profesional dalam menangani penyandang autisme. Oleh karena itu, jangan ragu untuk mencari bantuan dari mereka apabila diperlukan.
Nah, itulah tadi penjelasan mengenai apa itu autisme lengkap dengan gejala dan cara penanganannya. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan detikers terkait kondisi autisme, ya.
(sto/cln)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu