Suasana Jelang Prosesi Mubeng Beteng 1 Suro di Keraton Jogja

Suasana Jelang Prosesi Mubeng Beteng 1 Suro di Keraton Jogja

Adji G Rinepta - detikJogja
Minggu, 07 Jul 2024 22:58 WIB
Suasana jelang prosesi Mubeng Beteng di Kompleks Keraton Jogja, Minggu (7/7/2024) malam.
Suasana jelang prosesi Mubeng Beteng di Kompleks Keraton Jogja, Minggu (7/7/2024) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat malam ini menggelar tradisi Mubeng Beteng untuk menyambut tahun baru 1 Muharram 1446 Hijriah. Ratusan warga memadati kompleks Keraton dan melebur dalam suasana khidmat.

Pantauan detikJogja, warga mulai berdatangan sekitar pukul 19.30 WIB, Minggu (7/7). Dari anak-anak, orang tua, hingga turis mancanegara tampak antusias menyaksikan prosesi tersebut.

Ketua Paguyuban Abdi Dalem Keraton, KRT Kusumanegara mengatakan prosesi acara mubeng beteng kali ini sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Yaitu, diawali dengan pembacaan macapat oleh abdi dalem pada pukul 19.30 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana jelang prosesi Mubeng Beteng di Kompleks Keraton Jogja, Minggu (7/7/2024) malam.Suasana jelang prosesi Mubeng Beteng di Kompleks Keraton Jogja, Minggu (7/7/2024) malam. Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

"Rangkaian acara seperti tahun lalu, dimulai dengan adanya macapat dari pukul 19.30 WIB hingga 22.00 WIB," jelasnya kepada wartawan di sela prosesi, Minggu (7/7/2024) malam.

Usai pembacaan macapat, para abdi dalem akan mulai berjalan setelah kentongan besi dipukul sebanyak 12 kali yang menandakan tepat pukul 00.00 WIB. Dari pihak keraton diwakili oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi untuk mengantarkan keberangkatan para abdi dalem.

ADVERTISEMENT

"Rencananya, menurut informasi yang kami terima, itu GKR Mangkubumi. Sampai saat ini belum ada perubahan, tapi sewaktu-waktu bisa berubah," paparnya.

Prosesi mubeng beteng akan dilakukan oleh abdi dalem keraton tanpa alas kaki. Mereka akan berjalan mengitari tembok atau beteng keraton secara berlawanan dengan arah jarum jam. Dalam perjalanannya, para abdi dalem tidak berbicara atau mbisu.

"Diharapkan dengan mbisu ini kekhidmatan, keheningan, kekhusyukan, dalam prosesi berdoa kepada Sang Pencipta dapat tersampaikan," ucap KRT Kusumanegara.

Rutenya yaitu berangkat melalui Kamandhungan Lor (Keben) menuju ke Ngabean, Pojok Beteng Kulon, lalu ke Plengkung Gading Wetan, terus melalui Jalan Ibu Ruswo sampai ke Alun-alun Utara, dan kembali ke Kamandhungan Lor.

"Kurang lebih 4 kilometer. Peserta kalau tahun lalu sekitar hampir 4 ribu. Tahun ini kemungkinan sama, karena berbarengan dengan libur sekolah," ujar KRT Kusumanegara.

Salah satu pengunjung, Bagas (29) warga Sleman mengaku baru kali ini melihat tradisi mubeng beteng.

"Baru kali ini, tapi nggak sampai selesai mungkin. Penasaran aja," kata dia kepada wartawan di lokasi.

Sementara itu salah seorang warga Jogja, Suratmi (57) mengaku setiap tahun mengikuti prosesi Mubeng Beteng.

"Nggih, niki mirengke mocopatan (iya tiap tahun ikut, ini sedang mendengarkan pembacaan macapat),"ucap dia.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads