Sumiran-Sugiati Setia Jadi Penghuni Terakhir 'Kampung Mati': Nyaman

Sumiran-Sugiati Setia Jadi Penghuni Terakhir 'Kampung Mati': Nyaman

Tim detikJogja - detikJogja
Jumat, 05 Jul 2024 13:30 WIB
Kondisi rumah satu-satunya di Kampung Mati, Dusun Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Jumat (16/6/2023).
Kondisi rumah satu-satunya di Kampung Mati, Dusun Watubelah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Jumat (16/6/2023). Foto: dok. Jalu Rahman Dewantara/detikJateng
Kulon Progo -

Pasangan suami istri (pasutri), Sumiran (50) dan Sugiati (51) setia menjadi penghuni terakhir 'Kampung Mati' di tengah hutan perbukitan Menoreh, Kabupaten Kulon Progo. Pasutri ini mengaku nyaman sehingga tetap mendiami rumah lamanya itu meski sudah dibangunkan rumah baru yang dekat permukiman.

"Ya karena memang nyaman Mas, apalagi kalau di sini gampang nyari airnya, deket sama sumber air. Kalau yang rumah baru itu kadang susah dapet air, misal mau ke sungai juga jauh," kata Sugiati saat ditemui di rumahnya, Senin (1/7/2024).

Rumahnya di 'Kampung Mati' secara administratif berada di Dusun Watubelah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo. Oleh warga sekitar, kampung itu diberi nama Kampung Suci.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jaraknya sekitar 33 kilometer dari pusat Kota Jogja, 12 kilometer dari kota Wates ibu kota Kulon Progo. Dari pintu masuk kampung hingga titik utama, yakni di tengah hutan Dusun Watubelah, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki sejauh 2 kilometer. Jalannya setapak, tanah berbatu, dengan tingkat kemiringan hingga 70 derajat.

Saat detikJogja mengunjungi 'Kampung Mati' pada Senin (1/7), tampak puing-puing bangunan bekas rumah para warga masih terlihat jelas. Diketahui, para warga itu memilih pindah tempat tinggal karena faktor geografis. Kini pasutri Sumiran dan Sugiati menjadi satu-satunya keluarga yang jadi penghuninya.

ADVERTISEMENT

Sejak akhir 2023, keluarga Sumiran sebenarnya sudah punya hunian baru yang dekat dengan akses utama menuju jalan desa. Rumah itu dari program bedah rumah dan bantuan para donator. Meski demikian, keluarga ini ternyata lebih sering beraktivitas di rumah lamanya di 'Kampung Mati'.

"Saya dan suami lebih sering di sini mas, kadang juga tidurnya di sini. Kalau anak-anak itu yang sering di rumah baru," ungkap Sugiati. Pasutri ini memiliki dua anak yakni Agus Sarwanto (24) dan Dewi Septiani (11).

Senada, Sumiran juga merasa lebih tenang tinggal di Kampung Mati. "Saya masih senang di sini, tempatnya nyaman. Umpami pados kayu cerak ten mriki (seumpama cari kayu lebih dekat di sini)," kata Sumiran.

Pria yang bekerja sebagai tukang kayu ini mengatakan rumah barunya lebih diprioritaskan untuk Agus dan Septi. Bagi Septi, rumah baru itu jadi tempat transit sepulang sekolah.

"Ya rumah baru ditempati tapi (oleh) anak-anak, kalau pulang sekolah kan di sana ada tempatnya. Kalau ke sini kasihan anak kecil," ungkapnya.

Rumah baru Sumiran di Dusun Watubelah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Senin (1/7/2024).Rumah baru Sumiran di Dusun Watubelah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo, Senin (1/7/2024). Foto: dok. Jalu Rahman Dewantara/detikJogja

Penjelasan Dukuh Watubelah

Dukuh Watubelah, Sutatik mengatakan keluarga Sumiran jadi penghuni terakhir 'Kampung Mati' sejak warga kampung tersebut berbondong-bondong pindah sekitar lima tahun lalu.

"Kampung Suci itu ya dulunya banyak warganya, di Kampung Suci itu sekitaran 12-an KK, tapi karena dengan medan yang sulit, cuma jalan setapak, jadi yang punya lahan di atas mereka pada pindah. Nah karena Pak Sumiran belum punya lahan dulunya, jadi tinggal Pak Sumiran saja yang belum pindah," kata Sutatik.

Seiring waktu berjalan, ada kerabat dari pihak Sumiran yang mengizinkan lahannya untuk didirikan rumah. Lahan itulah yang kini jadi hunian baru untuk keluarga Sumiran.

"Setelah salah satu keluarga ada yang mengizinkan, silakan didirikan rumah dengan bantuan bedah rumah itu makanya Pak Sumiran juga ditarik ke atas. Namun karena beberapa kendala jadi belum ditempati sampai tahun kemarin, tahun 2023," ucapnya.

"Nah baru saja kemarin itu karena datangnya para YouTuber, setelah itu dibantu YouTuber untuk membereskan semua itu jadi saat ini sudah klir dan Pak Sumiran sudah bisa tinggal di sana. Cuma itu belum bisa disertifikat, tapi sudah boleh ditempati," imbuh Sutatik.

Sutatik membenarkan bahwa Sumiran dan istrinya memang lebih sering tinggal di rumah lamanya di 'Kampung Mati'.

"Masih karena aktivitas sehari-harinya kan tukang, biasanya kalau tukang itu katanya malam sampai jam 2, jadi kalau pas di atas (rumah baru) kan berisik ya, mungkin ngerasa nggak enak ya, jadinya kalau malam tetap di rumah lama," ujarnya.

Adapun untuk rumah baru masih tetap dikunjungi keluarga ini setiap hari. "Setiap harinya tetap dikunjungi, tetap ada, cuma untuk bermalam karena tukang itu kan jadi sering di bawah (rumah lama)," pungkasnya.




(rih/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads