Pasangan suami istri, (pasutri) Sumiran (50) dan Sugiarti (51), setia menjadi penghuni terakhir 'Kampung Mati' di tengah hutan perbukitan Menoreh, Kulon Progo. Pasutri itu mengaku betah karena merasa nyaman tinggal di rumah lamanya meski sudah dibangunkan rumah di dekat permukiman warga.
Rumah di 'Kampung Mati' itu tepatnya berada di Dusun Watubelah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulon Progo. Warga sekitar menyebut kampung itu dengan nama Kampung Suci.
Jarak kampung ini dengan Kota Jogja sekitar 33 kilometer, sedangkan dari Kota Wates sekitar 12 kilometer. Dari pintu masuk kampung hingga titik utama di tengah hutan Dusun Watubelah, hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki sejauh 2 kilometer. Jalannya setapak, tanah berbatu, dan dengan kemiringan hingga 70 derajat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi seperti itu, pasutri Sumiran dan Sugiati masih bertahan di rumahnya. Padahal di kiri-kanan rumah mereka tampak jelas puing-puing bangunan bekas rumah warga.
"Ya karena memang nyaman Mas, apalagi kalau di sini gampang nyari airnya, deket sama sumber air. Kalau yang rumah baru itu kadang susah dapet air, misal mau ke sungai juga jauh," kata Sugiati saat ditemui di rumahnya, Senin (1/7/2024).
Keluarga penghuni 'Kampung Mati' ini memiliki dua anak yakni Agus Sarwanto (24) dan Dewi Septiani (11). Sebenarnya sejak akhir 2023, keluarga Sumiran sudah punya hunian baru di wilayah Dusun Watubelah, dan dekat dengan akses utama menuju jalan desa.
Rumah ini merupakan program bedah rumah dan bantuan dari para donatur. Toh tetap saja Sumiran dan Sugiati lebih sering menghuni di rumah lamanya.
"Saya dan suami lebih sering di sini mas, kadang juga tidurnya di sini. Kalau anak-anak itu yang sering di rumah baru," ucap Sugiati saat ditemui di Kampung Mati.
![]() |
Hal senada juga disampaikan Sumiran. Dia mengaku lebih betah tinggal di 'Kampung Mati' karena lebih memudahkannya bekerja.
"Saya masih senang di sini, tempatnya nyaman. Umpami pados kayu cerak ten mriki (seumpama cari kayu lebih dekat di sini)," kata Sumiran yang bekerja sebagai tukang kayu ini.
Sumiran menyebut rumah barunya lebih sering ditinggali kedua anaknya Agus dan Septi. Sedangkan bagi Septi, rumah baru itu menjadi tempat transit sepulang sekolah.
"Ya rumah baru ditempati tapi (oleh) anak-anak, kalau pulang sekolah kan di sana ada tempatnya. Kalau ke sini kasihan anak kecil," jelas dia.
Terpisah, Dukuh Watubelah, Sutatik menjelaskan keluarga Sumiran menjadi satu-satunya penghuni di 'Kampung Mati'. Warga kampung itu berbondong-bondong pindah sejak sekitar lima tahun lalu.
"Kampung Suci itu ya dulunya banyak warganya, di Kampung Suci itu sekitaran 12-an KK, tapi karena dengan medan yang sulit, cuma jalan setapak, jadi yang punya lahan di atas mereka pada pindah. Nah karena Pak Sumiran belum punya lahan dulunya, jadi tinggal Pak Sumiran saja yang belum pindah," kata Sutatik.
Seiring berjalannya waktu, ada kerabat dari pihak Sumiran yang mengizinkan tanahnya untuk didirikan rumah. Tanah itulah yang kini jadi hunian baru untuk keluarga Sumiran. Bangunan itu pun juga bantuan dari donatur.
"Setelah salah satu keluarga ada yang mengizinkan, silakan didirikan rumah dengan bantuan bedah rumah itu, makanya Pak Sumiran juga ditarik ke atas. Namun karena beberapa kendala jadi belum ditempati sampai tahun kemarin, tahun 2023," ucapnya.
"Nah baru saja kemarin itu karena datangnya para YouTuber, setelah itu dibantu YouTuber untuk membereskan semua itu jadi saat ini sudah klir dan Pak Sumiran sudah bisa tinggal di sana. Cuma itu belum bisa disertifikat, tapi sudah boleh ditempati," sambung Sutatik.
Dia pun membenarkan jika Sumiran dan istrinya Sugiati lebih nyaman tinggal di rumah lamanya. Sutatik menduga ini juga terkait pekerjaan Sumiran sebagai tukang kayu.
"Masih karena aktivitas sehari-harinya kan tukang, biasanya kalau tukang itu katanya malam sampai jam 2, jadi kalau pas di atas (rumah baru) kan berisik ya, mungkin ngerasa nggak enak ya, jadinya kalau malam tetap di rumah lama," ujarnya.
Adapun untuk rumah baru masih tetap dikunjungi keluarga ini setiap hari. "Setiap harinya tetap dikunjungi, tetap ada, cuma untuk bermalam karena tukang itu kan jadi sering di bawah (rumah lama)," pungkasnya.
(ams/ams)
Komentar Terbanyak
Pakar UII Tak Percaya Ada Beking di Kasus Ijazah Jokowi: Ini Perkara Sepele
Mencicip Kue Kontol Kejepit di Keramaian Pasar Kangen Jogja
Siapa Beking Isu Ijazah yang Dicurigai Jokowi?