Sejarah Idul Adha: Kisah Nabi Ibrahim Diuji Keikhlasannya

Sejarah Idul Adha: Kisah Nabi Ibrahim Diuji Keikhlasannya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Rabu, 12 Jun 2024 14:10 WIB
Ilustrasi Idul Adha
Ilustrasi Idul Adha. Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja
Jogja -

Idul Adha adalah nama hari raya Islam yang dilaksanakan sekali tiap tahun. Meski telah bertahun-tahun dirayakan, tahukah detikers bagaimana sejarahnya? Berikut ini sejarah Idul Adha yang perlu diketahui!

Hari Raya Idul Adha memiliki tiga nama lain, yakni Hari Raya Haji, Idul Kurban, dan Idul Nahr. Dinamakan Hari Raya Haji karena bertepatan dengan momen kegiatan wukuf di Arafah para jemaah haji sebagaimana informasi dari situs Pengusu Cabang NU Sumenep.

Sementara itu, penamaan Idul Kurban adalah karena pada hari tersebut, umat Islam yang memiliki kemampuan dapat membuktikan takwanya kepada Allah, yakni dengan menyembelih hewan kurban. Adapun istilah Idul Nahr berarti Hari Raya Penyembelihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagaimana kita ketahui. Nabi Ibrahim dahulu diuji Allah SWT untuk mengorbankan putranya sendiri, Nabi Ismail AS. Dengan keteguhannya, Nabi Ibrahim menjalankan perintah tersebut tanpa merasa ragu.

Kisah ujian yang dihadapi Nabi Ibrahim inilah yang disebut-sebut sebagai sejarah Idul Adha. Mari simak sejarah Idul Adha yang telah detikJogja siapkan selengkapnya di bawah ini.

ADVERTISEMENT

Sejarah Kurban Pertama Kali di Bumi

Dikutip dari laman resmi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), jauh sebelum kisah Nabi Ibrahim terjadi, kurban pertama telah lebih dahulu dilakukan oleh dua anak Nabi Adam, Habil dan Qabil.

Berdasarkan uraian dalam Jurnal Anwarul berjudul "Metamorfosis Kurban dalam Agama Islam dan Yahudi" oleh Mahlaini Rambe dkk, kurban pertama ini diperintahkan oleh Nabi Adam dalam rangka melerai perselisihan di antara anaknya.

Dari istrinya, Hawa, Nabi Adam memiliki dua pasang anak kembar, yakni Qabil dengan Iqlima dan Habil dengan Labuda. Alkisah, Nabi Adam berencana menikahkan silang keempat anaknya ini. Qabil dengan Labuda, sedangkan Habil dengan Iqlima.

Qabil tidak terima dengan putusan ini, sebab, menurutnya, Iqlima lebih menarik. "Dia adalah saudara perempuanku, yang lahir bersamaku, dan dia lebih cantik dari saudara perempuanmu, jadi aku lebih berhak menikahinya," tegas Habil sebagaimana tertera dalam kitab karangan Ibnu Katsir.

Untuk menyelesaikan problem ini, Nabi Adam memerintahkan kedua anaknya untuk berkurban. Orang yang persembahannya diterima Allah berhak menikahi Iqlima. Habil dan Qabil lantas mempersiapkan persembahannya. Sementara itu, Nabi Adam bertolak menuju Mekkah.

Habil yang seorang peternak hewan, mempersembahkan seekor kambing gemuk. Sementara itu, Qabil yang merupakan petani, menghadirkan beberapa batang gandum dengan kualitas kurang baik. Api putih turun dan menyambar persembahan Habil, tanda bahwa kurbannya diterima.

Sementara itu, persembahan Qabil dibiarkan begitu saja oleh Allah SWT. Melihat kejadian demikian, Qabil menjadi marah dan berkata mengancam, "Kamu tidak bisa menikahi saudara kembarku,".

Qabil lantas membunuh Habil. Kejadian ini difirmankan Allah SWT dengan jelas dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 27-31. Setelah membunuh Habil, Qabil melihat burung gagak yang menguburkan saudaranya di dalam tanah.

Sontak, ia berkata, "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?". Itulah sejarah pertama kalinya kurban dilakukan, yakni oleh Habil dan Qabil.

Sejarah Idul Adha dari Kisah Nabi Ibrahim

Dirujuk dari buku Kisah Para Nabi oleh Imaduddin Abu Fida' Isma'il bin Katsir al-Quraisy Ad-Dimasyqi, Nabi Ibrahim lahir di Ghauthah, Damaskus. Ia merupakan anak tengah dengan dua orang saudara, yakni Nahur dan Haran.

Saat berhijrah, Nabi Ibrahim selalu berdoa memohon kepada Allah SWT agar dikaruniai anak sholeh. Doanya terkabul, melalui Siti Hajar, Nabi Ibrahim memiliki putra yang kelak dikenal dengan nama Nabi Ismail. Adapun usia Nabi Ibrahim saat dikaruniai Ismail adalah 86 tahun.

Ketika Ismail telah cukup umur, Nabi Ibrahim bermimpi diperintahkan untuk menyembelih putra sulungnya itu. Ibnu Abbas berkata, "Mimpi para nabi adalah wahyu".

Perintah ini adalah ujian untuk sang nabi. Sebagaimana kita ketahui, Ismail baru lahir pada saat Nabi Ibrahim telah memasuki usia tua. Selain itu, kelahirannya pun telah diuji karena ia pernah meninggalkan istrinya, Siti Hajar, dan anaknya, di tengah lembah tanpa suara yang tandus lagi gersang. Hal ini pun juga dilakukannya karena perintah Allah.

Namun, Nabi Ibrahim tidak ragu, ia mematuhi perintah yang diberikan oleh Rabb-nya. Nabi Ibrahim segera mengutarakan mimpi tersebut kepada Ismail. Ia berkata:

"Wahai anakku! Sesungguhnya, aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu," Ismail menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaaAllah, engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar".

Ismail lalu dibaringkan layaknya posisi hewan yang akan disembelih. Salah satu pelipisnya menyentuh tanah. Nabi Ibrahim membaca basmalah dan takbir, sementara Ismail mengucapkan kalimat syahadat untuk menyonsong kematiannya.

Ketika Nabi Ibrahim hendak menggerakkan pisaunya di leher Ismail, Allah memanggilnya, "Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nyata,".

Allah lalu mengganti Ismail dengan hewan kurban. Menurut pendapat yang masyhur di kalangan jumhur ulama, hewan kurban yang dimaksud adalah domba putih. Ia memiliki mata yang lebar dan juga tanduk.

Imam Tsauri menuturkan bahwa kambing ini telah digembalakan di surga selama 40 tahun. Said bin Jubair menambahkan, kambing tersebut pernah memakan rerumputan surga. Peristiwa ujian yang diterima Nabi Ibrahim dan Ismail ini tertera dalam Al-Quran surat Ash-Shaffat ayat 102-107.

ΩΩŽΩ„ΩŽΩ…Ω‘ΩŽΨ§ Ψ¨ΩŽΩ„ΩŽΨΊΩŽ Ω…ΩŽΨΉΩŽΩ‡Ω Ψ§Ω„Ψ³Ω‘ΩŽΨΉΩ’ΩŠΩŽ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ ΩŠΩ°Ψ¨ΩΩ†ΩŽΩŠΩ‘ΩŽ Ψ§ΩΩ†Ω‘ΩΩŠΩ’Ω“ Ψ§ΩŽΨ±Ω°Ω‰ فِى Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩŽΩ†ΩŽΨ§Ω…Ω Ψ§ΩŽΩ†Ω‘ΩΩŠΩ’Ω“ Ψ§ΩŽΨ°Ω’Ψ¨ΩŽΨ­ΩΩƒΩŽ ΩΩŽΨ§Ω†Ω’ΨΈΩΨ±Ω’ Ω…ΩŽΨ§Ψ°ΩŽΨ§ ΨͺΩŽΨ±Ω°Ω‰Ϋ— Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ ΩŠΩ°Ω“Ψ§ΩŽΨ¨ΩŽΨͺِ Ψ§ΩΩ’ΨΉΩŽΩ„Ω’ Ω…ΩŽΨ§ ΨͺΩΨ€Ω’Ω…ΩŽΨ±ΩΫ– سَΨͺΩŽΨ¬ΩΨ―ΩΩ†ΩΩŠΩ’Ω“ اِنْ شَاۀَؑ اللّٰهُ Ω…ΩΩ†ΩŽ Ψ§Ω„Ψ΅Ω‘Ω°Ψ¨ΩΨ±ΩΩŠΩ’Ω†ΩŽ ۝ّ٠ْ ΩΩŽΩ„ΩŽΩ…Ω‘ΩŽΨ§Ω“ Ψ§ΩŽΨ³Ω’Ω„ΩŽΩ…ΩŽΨ§ وَΨͺΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ‡Ω— Ω„ΩΩ„Ω’Ψ¬ΩŽΨ¨ΩΩŠΩ’Ω†ΩΫš ۝ّ٠٣ ΩˆΩŽΩ†ΩŽΨ§Ψ―ΩŽΩŠΩ’Ω†Ω°Ω‡Ω Ψ§ΩŽΩ†Ω’ ΩŠΩ‘Ω°Ω“Ψ§ΩΨ¨Ω’Ψ±Ω°Ω‡ΩΩŠΩ’Ω…ΩΫ™ ۝ّ٠ـ Ω‚ΩŽΨ―Ω’ Ψ΅ΩŽΨ―Ω‘ΩŽΩ‚Ω’Ψͺَ Ψ§Ω„Ψ±Ω‘ΩΨ€Ω’ΩŠΩŽΨ§Ϋš Ψ§ΩΩ†Ω‘ΩŽΨ§ ΩƒΩŽΨ°Ω°Ω„ΩΩƒΩŽ Ω†ΩŽΨ¬Ω’Ψ²ΩΩ‰ Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩΨ­Ω’Ψ³ΩΩ†ΩΩŠΩ’Ω†ΩŽ ۝ّ٠Ω₯ Ψ§ΩΩ†Ω‘ΩŽ Ω‡Ω°Ψ°ΩŽΨ§ Ω„ΩŽΩ‡ΩΩˆΩŽ Ψ§Ω„Ω’Ψ¨ΩŽΩ„Ω°Ϋ€Ψ€ΩΨ§ Ψ§Ω„Ω’Ω…ΩΨ¨ΩΩŠΩ’Ω†Ω ΫΩ‘Ω Ω¦ΩˆΩŽΩΩŽΨ―ΩŽΩŠΩ’Ω†Ω°Ω‡Ω بِذِبْحٍ ΨΉΩŽΨΈΩΩŠΩ’Ω…Ω ۝ّ٠٧

Artinya: "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar." (102)"

"Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), (103) Kami memanggil dia, "Wahai Ibrahim, (104) sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu." Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (105) Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (106) Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. (107)"

Hikmah Kurban

Setelah mengetahui sejarahnya, tak ada salahnya juga untuk mengetahui hikmah kurban. Dirangkum dari buku Belajar Qurban Sesuai Tuntunan Nabi SAW karya Muhammad Abduh Tuasikal, ini beberapa hikmahnya:

1. Rasa Syukur

Ibadah kurban dilakukan dalam rangka bersyukur kepada Allah atas nikmat hidup yang telah diberikan kepada kita.

2. Menghidupkan Syariat Nabi Ibrahim

Kurban dilaksanakan untuk menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim, sebagaimana telah dikisahkan selengkapnya di atas.

3. Mengingat Kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail

Kurban dapat menjadi pengingat akan kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail yang menaaati perintah Allah. Pengorbanan semacam inilah yang nantinya akan diberi ganjaran berlipat. Sebagaimana Allah SWT memberikan domba dari surga untuk disembelih untuk menggantikan Ismail.

4. Ibadah yang Baik

Kurban adalah ibadah yang lebih baik dibanding bersedekah dengan uang senilai hewan kurban. Ibnul Qayyim berkata, "Penyembelihan yang dilakukan pada waktu mulia lebih afdal daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut..."

5. Meraih Takwa

Kurban dilakukan untuk meraih takwa. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hajj ayat 37, "Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.".

Demikian sejarah lengkap Idul Adha yang setiap muslim perlu ketahui. Semoga uraiannya memperkaya wawasan detikers, ya!




(cln/apl)

Hide Ads